Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mencegah Virus Corona dan Menjalankan Syariat Ibadah Berjamaah. Mana Yang Penting?

stop corona

بسم الله الرحمن الرحيم
الحَمدُ لِلهِ الذِى اَرسَلَ رَسولَهُ بِالْهُدَى ودِينِ الحَقِّ لِيَظهِرَهُ عَلَى  الدينِ كُلِّه و كَفَى باِللهِ شَهِيدًا . اللهُمَّ صَلِ و سلّم علَىَ سَيِّدِنا محَمَّدٍ و علَىَ آلهِ وَ اَصْحاَبِهِ اَخْمعِينَ 
segala puji hanya milik Allah SWT, tuhan semesta alam, dialah Allah yang mempunyai segala kekuatan dan kehendak atas setiap makhluk ciptaannya
alhamdulillah segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt  sebagai bentuk ketaqwaan kita kepada Allah, hanya Allah Yang Maha diatas segala-galanya.
لاحول ولا قوة الاّ بالله العلي العظيم

        sepatutnya kita sebagai mukkallaf yang  allah swt anugerahkan akal pikiran supaya selalu bersyukur akan nikmat yang allah swt berikan.
shalawat beserta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda nabi Muhammad SAW. keluarga, para sahabat, dan mudah mudahan kita selaku umatnya mendapat syafaat dari beliau.
ketika dihadapkan dengan pandemi global corona yang melanda sebagian besar negara di dunia, tidak terkecuali dengan beberapa negara yang mayoritas penduduknya beragama islam, begitupun dengan indonesia. kontroversi  pendapat tak bisa terelakan antara yang setuju dengan aturan penutupan sementara tempat ibadah sebagai bentuk penanganan merebaknya virus dengan yang tidak setuju dengan penutupan tempat ibadah dengan alasan tidak lebih takut kepada virus daripada tuhan.
Allah swt berfirman:
أينما تكون يدرككم الموت ولو كنتم في بروج مشيدة
“Dimana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada dalam benteng yang tinggi lagi kokoh “ (QS.Al-Nisa :78)
Allah swt firman:
ولكل أمة أجل فإدا جاء أجلهم لا يستأخرون ساعة ولا يستقدمون
“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu ter tentu ,maka apabila datang batas waktunya mereka tidak dapat mengundurkanya barang sedikitpun, dan tidak pula bisa memajukanya”. (QS. Al-A’raf : 34 )
        dua ayat ini memberikan kabar bahwa kematian merupakan hal yang tidak bisa ditawar tawar lagi, diprediksikan, tidak bisa direncanakan, dimanapun tempatnya, jika kematian sudah menjemput maka siapapun tidak bisa menghindarinya, termasuk diatur dengan mempercepat ataupun menggundurkannnya walaupun itu hanya sesaat.
Oleh karena itu mari kita isi kesempatan hidup kita ini dengan mempersiakan diri untuk menghadapi  kehidupan akhirat nanti.
3 hal yang bisa dipersiapkan untuk kehidupan akhirat yang kekal abadi.
1. amal saleh
hal pertama yang harus dipersiapkan untuk akhirat adalah amal saleh yaitu dengan mengerjakan  perbuatan  terpuji yang terhindar dari riya (pamer) dan sesuai dengan syariat.  amal saleh adalah amal yang harus di dalamnya terdapat empat hal yaitu ilmu, niat, kesabaran dan ikhlas. dan terpenting adalah amal baik harus dibarengi dengan keikhlasan yang murni untuk mengharap ridho allah swt.
2. menghindari perbuatan yang tercela.
apabila mampu melaksanakan perbuatan amal saleh ada baiknya juga meninggalkan pula perbuatan yang buruk, Sebagaimana pentingnya mengerjakan amal saleh, yang tidak kalah penting adalah menjauhi perbuatan-perbuatan tercela. Yang dimaksud perbuatan tercela meliputi keharaman dan kemakruhan. Meninggalkan keharaman adalah wajib, sedangkan meninggalkan kemakruhan adalah sunah.
 3. bertaubat.
tidak ada manusia yang tidak berdosa, Tidak ada manusia yang bersih dari kesalahan dan dosa. Kesalahan adalah hal yang wajar bagi manusia. Yang  menjadi masalah adalah membiarkan diri berkelanjutan larut dalam perbuatan dosa. Kematian yang tidak dapat diperkirakan kapan datangnya, sehingga ada baiknya seorang manusia agar selalu bertaubat setiap kali melakukan dosa.


اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنِىْ مِنَاالتَّوَّابِيْنَ، وَجْعَلْنِيْ مِنَ الْمُتَطَهِّرِيْنَ، وَجْعَلْنِىْ مِنْ عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ

Ya Allah jadikanlah saya orang yang ahli taubat , dan jadikanlah saya orang yang suci , dan jadikanlah saya dari golongan hamba-hamba Mu yang shaleh.”

Kehidupan dan kematian adalah dua peristiwa yang pasti terjadi pada setiap manusia. maka itu perlu adanya kemurniaan semata mata mengharap ridho allah dalam setiap ibadah, bahkan dalam hidup matinya seorang muslim. ini sebagaimana kita baca ditiap shalat pernyataan komitmen sikap manusia dengan penciptanya.


قُلۡ إِنَّ صَلَاتِى وَنُسُكِى وَمَحۡيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِينَ (١٦٢) لَا شَرِيكَ لَهُ ۥ‌ۖ وَبِذَٲلِكَ أُمِرۡتُ وَأَنَا۟ أَوَّلُ ٱلۡمُسۡلِمِينَ (١٦٣)

artinya  Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya; demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan, aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri.
seandainya kehidupan, hidup dan mati seorang muslim hanyalah untuk Allah swt semata maka kiranya tidak akan ada rasa kehawatiran seorang muslim terhadap kehidupan
nabi muhammad saw pernah berdoa:


اَللَّهُمَّ
اجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِّيْ فِيْ كُلِّ خَيْرٍ َ
وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لِّيْ مِنْ كُلِّ شَرٍّ

"ya Allah Jadikanlah kehidupan untuk menambah nilai kebaikan bagiku dan jadikanlah kematian sebagai terhentinya dari segala perbuatan jahat."
         seandainya diberikan kehidupan, maka mudahan didalam menjalankan kehidupan sebagai sarana untuk menambah untuk menjalankan stiap amal amal kebajikan, dimudahkan dalam setiap langkah untuk mengerjakan amal saleh. dan sebaliknya mudah mdahan dijadikannya kematian sebagai terhentinya dari segala perbutan buruk dan tercela. begitu meninggal seseorang yang mengerjakan perbuatan buruk maka tidak akan bisa lagi melakukannya begitu meningggal
Jika diatas disebutkan bagaimana bertawakkal dan ikhlas beramal bukan berarti penyerahan secara pasrah begitu saja, melainkan harus ada ikhtiyarul amal, berusaha secara syari setelah itu bertawakkal menyerahkan segala nya kepada allah swt.
Usia manusia adalah sepenuhnya urusan Allah, mengenai penemuan di bidang kedokteran, bukanlah untuk memperpanjang usia, apalagi memperpendek. penemuan bidang kedokteran hanyalah seagai bentuk bentuk ikhtiar medis usaha medis terbaik bagi manusia. Setelah ikhtiar-ikhtiar medis terbaik dilakukan, maka usia manusia, apakah panjang atau pendek, maka Allah yang mengaturnya.
sebuah kisah ketika Nabi Musa sakit, mengeluh kepada Allah swt dan kemudian Allah swt memerintahkan agar nabi Musa memetik daun tertentu untuk menyembuhkan penyakitnya. nabi mengerjakannya dan seketika itu pula sakitnya sembuh. Setelah beberapa lama, Nabi Musa sakit  lagi. Dia langsung pergi mencari dan memakan daun tadi. Tetapi, meski sudah memakan sekian lembar daun,namun tak kunjung sembuh. pada sakit yang pertama nabi musa mengingat allah swt, Sedangkan kedua, nabi musa makan daun tsb dengan melupakan nama allah, melupakan yang menciptakan daun itu.
cerita datang dari seorang sahabat Nabi SAW, Anas bin Malik, pada suatu hari ada seorang laki-laki berhenti di depan masjid untuk mendatangi Rasulullah. Unta tunggangannya dilepas begitu saja tanpa mengikatnya. Rasulullah bertanya, ''Mengapa unta itu tidak diikat?'' Lelaki itu menjawab, ''Saya lepaskan unta itu karena saya percaya pada perlindungan Allah SWT.''
Maka Rasulullah menegur secara bijaksana, ''Ikatlah unta itu, sesudah itu barulah kamu bertawakal.'' Lelaki itu pun lalu mengikatkan unta itu di sebuah pohon kurma.
dari kisah tersebut dapat diambil hikmah jika unta itu sudah diikat, dan ternyata tetap hilang juga, itulah yang dinamakan takdir. sudah melakukan pengobatan seuai dgn ikhtiar namun tetap sakit itulah yang dinamakan takdir. Terhadap keputusan takdir, tidak satu pun dapat kita lakukan, kecuali menerimanya dengan tulus ikhlas, sambil berharap, semoga di balik takdir itu ada manfaat yang lebih baik lagi.
keadaan ditengah wabah virus yang melanda, perlu ada usaha penanganan dengan memutus penyebaran virus corona dan penyembuhan di bidang medis.
          usaha penanganan dengan memutus penyebaran virus sangat perlu dilakukan,
dibeberapa daerah di dunia menerapkan lockdown yang sebenarnya hal ini sudah pernah dianjurkan oleh rasulullah saw.


إِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ بِأَرْضٍ فَلَا تَقْدَمُوا عَلَيْهِ ، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلَا تَخْرُجُوا فِرَارًا مِنْه 
Jika kalian mendengar wabah melanda suatu negeri. Maka, jangan kalian memasukinya. Dan jika kalian berada didaerah itu janganlah kalian keluar untuk lari darinya

seandainya kita mengenal prinsip mencegah lebih baik daripada mengobati, sebenarnya dalam islam sendiri ada kaidah yang sejalan dengan prinsip ini.
Prinsip mencegah melakukan perbuatan yang membahayakan diri dan orang lain
dalam  hadits rasulullah yang berbunyi :



لا ضرر ولا ضرار

“Tidak boleh ada membahayakan diri dan membahayakan orang lain”
ini menjelaskan bahwa segala sesuatu yang bisa menimbulkan bahaya dalam beragama maupun berkehidupan, harus dihilangkan.
seajalan dengan hadis diatas, dalam ushul fiqh terdapat kaidah diantaranya berbunyi ‘dar’ul mafasid aula min jalbi al-mashalih’ yang artinya ‘mencegah sesuatu kerusakan jauh lebih diutamakan daripada mendatangkan kemaslahatan (kebaikan).
      mengenai aturan di banyak daerah/ negara akan penutupan sementara tempat ibadah sebagai bentuk penanganan merebaknya virus corona dengan menggaungkan semboyan ibadah dirumah merupakan salah  prinsip mencegah kesulitan Kaidah ini berbunyi daf’u al haraj, yang berarti mencegah kesulitan.
Landasannya adalah alquran surat al-hajj ayat 78 :


(وما جعل عليكم فى الدين من حرج)
“Tidak sekali-kali aku menjadikan kesulitan dalam perkara agama”

Dan al quran surat al-baqarah ayat 185 :


(يريد الله بكم اليسر ولا يريد بكم العسر)
“Allah menghendaki kemudahan untukmu, dan tidak menghendaki untukmu kesulitan”.
Kaidah ini punya turunan yang menunjukkan bahwa beragama itu sangatlah menekankan kemudahan bagi pemeluknya yang berbunyi ‘al-masyaqqatu tajlibu at-taisir’ yang berarti ‘kesulitan mendatangkan kemudahan’. Contoh turunan kaidah ini adalah kebolehan menjamak dua salat dalam satu waktu ketika dalam perjalanan yang memenuhi minimal jarak tempuh. Juga bolehnya orang yang bertayamum ketika tidak menemukan air untuk berwudlu. Islam senantiasa memberikan alternatif dan solusi bagi umatnya dalam menjalankan syariat dengan memberikan kemudahan-kemudahan dalam berbagai kondisi.
wallahu a'lam bi shawab  

Posting Komentar untuk "Mencegah Virus Corona dan Menjalankan Syariat Ibadah Berjamaah. Mana Yang Penting?"