Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

7 Wasiat Rasulullah Saw Kepada Abu Dzar Al-Ghifari

 

7 Wasiat Rasulullah Saw Kepada Abu Dzar Al-Ghifari
Muhammad Saw

Ada banyak sekali pelajaran dan hikmah yang bisa kita petik dari kisah nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Salah satunya yaitu ketika beliau berwasiat kepada Abu Dzar al-ghifari. berikut ini adalah kisah bagaimana nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam berwasiat 7 hal kepada Abu Dzar yang sangat menarik dan bisa kita petik hikmahnya.

Di Kisahkan suatu waktu Rasulullah saw berbincang dengan hangat bersama sahabat Abu Dzar al-Ghifari. Kemudian Abu Dzar al-Ghifari meminta wasiat dan berkata kepada Nabi S.a.w, "Ya Rasulullah, berwasiatlah kepadaku." 

Wasiat ke 1

Beliau bersabda, 

"Aku wasiatkan kepadamu untuk bertaqwa kepada Allah, karena ia adalah pokok segala urusan."

karena tidak ada kenikmatan yang lebih daripada takwa. Seperti firman-Nya: 

إن أكرمكم عند الله اتقاكم

ketakwaan merupakan sesuatu yang sangat penting sehingga harus terus dipupuk setiap saat dan kapanpun.  Dengan adanya rasa taqwa, segala amal ibadah akan terasa menjadi mudah dikerjakan. Rasulullah Saw menganjurkan kepada kita semua untuk selalu berdakwah di manapun kita berada. Lalu  Bagaimanakah caranya? Rasulullah tidak menerangkan tentang hal ini, dan Abu Dzarpun tidak menanyakannya. Mungkin bagi dia taqwa adalah perkara yang jelas. 

Kemudian Abu Dzar  kembali bertanya kepada Rasulullah "Ya Rasulallah, tambahkanlah wasiat apalagi yang penting setelah taqwa.".

Wasiat ke 2

Rasulullah saw menjawab "Hendaklah engkau senantiasa membaca Al Qur`an dan berdzikir kepada Allah azza wa jalla, karena hal itu merupakan cahaya bagimu dibumi dan simpananmu dilangit."

 Al Quran merupakan kitab suci yang diturunkan kepada nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Membaca al-quran bernilai pahala, mempelajari arti, Makna, isi maksudnya pun bernilai pahala. Dan tidak lupa pula dengan berdzikir karena dengan berdzikir mengingat Allah hati akan menjadi tenang dan tentram. membiasakan untuk selalu berdzikir di setiap saat supaya dalam hiruk pikuk dunia hati akan kembali tenang. 

Wasiat ke 3

Abu Dzar merasa masih ada hal lain yang hendak disampaikan Nabi Muhammad saw. iapun berkata meminta "Ya Rasulullah, tambahkanlah.".

Rasulullah menjawab "Janganlah engkau banyak tertawa, karena banyak tawa itu akan mematikan hati dan menghilangkan cahaya wajah."

Tertawa adalah hal yang kelihatan sangat sepele, tetapi Rasulullah saw melihat itu sebagai sesuatu yang memiliki dampak psikologis dalam jiwa manusia. Karena kebanyakan manusia ketika tertawa akan melupakan segala kewajiban sebagai seorang hamba. Hal ini berbeda dengan model tertawa Rasulullah saw seperti yang diterangkan dalam sebuah hadits Abdullah bin al Harits yang mengatakan, "Tertawanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam hanya sekedar senyum." (HR. Tirmidzi) Dan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Senyummu kepada saudaramu merupakan sedekah." (HR. Tirmidzi)

Wasiat ke 4

 Abu Dzar Al-Ghifari pun melanjutkan pertanyaanya kembali "lalu apa lagi ya Rasulullah.?"

Rasulullah saw pun menjawab "Hendaklah engkau pergi berjihad karena jihad adalah kependetaan ummatku."

Bagaimanakah maksud jihad sebagai kependetaan? Bukankah jihad itu kepahlawanan? Inilah yang perlu pemahaman mendalam. Kalimat ini sangat padu dengan apa yang pernah disabdakan oleh Rasulullah saw bahwa jihad terbesar adalah melawan hawa nafsu "Kita baru saja kembali dari jihad kecil menuju jihad yang besar. Para sahabat bertanya, "Apa jihad besar itu?, Nabi SAW menjawab, "Jihaad al-qalbi (jihad hati).' Di dalam riwayat lain disebutkan jihaad al-nafs". (lihat Kanz al-'Ummaal, juz 4/616; Hasyiyyah al-Baajuriy, juz 2/265).

Wasiat ke 5

Masih ada lagi selain itu, karena Abu Dzar kembali meminta "Lagi ya Rasulullah?"

rasulpun menjawab "Cintailah orang-orang miskin dan bergaullah dengan mereka."

mencintai dan bergaul dengan orang miskin membuktikan adanya unsur kepedulian sosialis yang tinggi dalam ajaran Rasulullah saw. mencintai dan bergaul dengan orang miskin merupakan kepekaan dari kemanusiaan seorang manusia. Dari berbagai ayat dalam al-Qur'an, kesemuanya menunjukkan bahwa hubungan itu selalu dihiasi dengan pemberian dan pembagian. Sebagaimana dalam surat An-Nisa' 36.

Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh {294}, dan teman sejawat, ibnu sabil {295} dan hamba sahayamu.

Wasiat ke 6

Lalu Abu Dzar meminta lagi kepada Rasulullah saw dengan berkata "Tambahilah lagi."

Rasulullah saw menjawab "Katakanlah yang benar walaupun pahit akibatnya."

Qulil haqqa walau kana murran,

 قل الحق ولو كان مرا  


Berbicara sesuai kebenaran itu sangat pahit, apalagi di antara banyaknya kebohongan-kebohongan yang terjadi. namun Rasulullah shalallahu alaihi wassalam menganjurkan dan berwasiat untuk selalu bicara yang benar.  Jujur tidak harus hancur. 

Wasiat ke 7

Abu Dzar masih saja bertanya dan meminta, "tambahlah lagi untukku!."

Rasulullah pun menjawab "Hendaklah engkau sampaikan kepada manusia apa yang telah engkau ketahui dan mereka belum mendapatkan apa yang engkau sampaikan. Cukup sebagai kekurangan bagimu jika engkau tidak mengetahui apa yang telah diketahui manusia dan engkau membawa sesuatu yang telah mereka dapati (ketahui)."

Kemudian beliau memukulkan tangannya kedadaku seraya bersabda,"Wahai Abu Dzar, Tidaklah ada orang yang berakal sebagaimana orang yang mau bertadabbur (berfikir), tidak ada wara` sebagaimana orang yang menahan diri (dari meminta), tidaklah disebut menghitung diri sebagaimana orang yang baik akhlaqnya."

Menyampaikan apa yang telah kita ketahui dari ilmu-ilmu Allah, tentu akan menambah kebaikan kepada diri kita. Selain mempertahankan dan memperdalam keilmuan. Menyampaikan apa yang telah diketahui merupakan sesuatu yang bisa menjadi ladang Amal.

Itulah beberapa wasiat emas yang disampaikan Rasulullah S.a.w kepada salah seorang sahabat terdekatnya. Semoga kita dapat meresapi dan mengamalkan wasiat beliau.

Posting Komentar untuk "7 Wasiat Rasulullah Saw Kepada Abu Dzar Al-Ghifari"