Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Nabi Musa As dan Harun As Lengkap

 

Kisah Nabi Musa As dan Harun As Lengkap


Allah mengutus Musa dan saudaranya Harun kepada Fir'aun dan pembesar-pembesarnya, karena ia seorang yang sombong dan mengaku Tuhan, serta disembah oleh orang-orang lantaran takut kepadanya.

Kemudian Fir'aun mendengar adanya seorang perempuan cantik bernama Asiyah, maka ia pun mengawininya, sedang ia seorang yang beriman kepada Allah dengan sembunyi sembunyi.

Tatkala Fir'aun hendak menggaulinya, seluruh tubuhnya menjadi kaku, sehingga ia tidak bisa mendekatinya dan hanya memandangnya.

Pada suatu hari Fir'aun bermimpi, lalu ia bertanya kepada ahli ahli sihir tentang tafsirnya, maka mereka berkata kepadanya: Sesungguhnya akan dilahirkan dalam kerajaanmu seorang anak laki laki yang menjadi sebab bagi kebinasaanmu dan kebinasaan kaummu.

Maka Fir'aun memerintahkan untuk membunuh setiap anak lelaki yang dilahirkan. Imran adalah salah seorang menterinya.

Ketika istrinya melahirkan Musa, tidak seorang pun yang menyadari bahwa ia hamil hingga melahirkan. Maka Allah mewahyukan kepadanya agar ia membuangnya ke sungai Nil. Ibu Musa membuat sebuah peti dan meletakkan Musa di dalamnya sambil menangis, terutama karena ayahnya telah meninggal pada waktu itu. Ibu Musa berkata kepada saudara perempuannya: "Lihatlah kepadanya dari jauh."

Ibu Musa membuangnya ke sungai, sehingga ia terombang ambing dipermainkan ombak dan terdampar di istana Fir'aun.

Putri Fir'aun menemukan peti tersebut dan ia adalah seorang yang berpenyakit belang. Ketika ia menyentuh Musa, penyakitnya pun sembuh. Kemudian ia membawanya kepada Asiyah dan memberitahu dia apa yang terjadi. Asiyah berkata kepada Fir'aun: 

"Jangan bunuh dia, biarkan dia kita didik." Fir'aun setuju dan menyuruh mendatangkan perempuan-perempuan yang menyusui Setelah mereka datang, ternyata Musa tidak mau menyusu kepada seorang pun di antara mereka.

Maka berkatalah saudara perempuan ibu Musa kepada mereka "Maukah kutunjukkan kepada kalian suatu keluarga yang sanggup memeliharanya bagimu?"

Mereka menjawab: "Baiklah."

Kemudian datang kepada ibunya dan menyusui sampai sempurna masa penyusuannya. Mereka pun memberi imbalan yang cukup kepadanya, lalu pergilah ibunya meninggalkannya.

Ketika umur Musa mencapai 40 tahun, ia pun mulai menyuruh orang-orang untuk menyembah Allah.

Tatkala ia sedang berada di jalanan, tiba-tiba ia melihat dua orang laki-laki sedang berkelahi, yang satu seorang Qibti dan yang kedua seorang Israel dari keturunan Ya'qub.

Orang Israel meminta tolong kepada Musa, kemudian Musa datang dan meninju di dadanya, maka jatuhlah orang itu dan mati. Musa menyesal dan memohon ampun kepada Allah dan Allah pun mengampuninya. Pada hari kedua orang Israel berkelahi dengan orang Qibti lain, maka orang Israel itu meminta tolong kepada Musa, namun Musa tidak mau menolongnya.

Ketika Fir'aun mengetahui apa yang terjadi pada diri Musa, ia pun berkata: "Barangsiapa melihatnya, hendaklah ia membunuhnya." Maka keluarlah Musa dari Mesir lantaran takut, hingga ia tiba di negeri Madyan. Di situ ia mendapati sebuah sumur dan manusia penuh sesak di sekitarnya menunggu air untuk memberi minum kambing-kambing mereka. Musa mendapati di antara mereka dua orang perempuan yang terhalang untuk mendapatkan air bagi kambing-kambing mereka, sampai manusia-manusia itu bubar.

Musa berkata kepada dua perempuan itu: "Jangan kuatir." Kemudian diambilnya kambing mereka dan diberinya minum. Ketika keduanya pulang kepada ayah mereka Syuaib, mereka memberitahukan kepadanya tentang apa yang dilakukan Musa.

Berkata ayah mereka kepada salah satu di antara keduanya:

"Pergilah dan bawalah dia kepadaku." Kemudian pergilah putrinya kepada Musa, dengan malu-malu ia berkata kepada Musa : "Sesungguhnya ayahku memanggilmu untuk memberimu upah atas perbuatanmu mengambilkan air bagi kami." Ketika Musa masuk menemui Syuaib dan menceritakan kisah kepadanya, berkatalah Syuaib kepadanya: "Jangan takut." Kemudian Syuaib mengawinkannya dengan salah seorang putrinya dengan syarat ia mengembalakan kambing baginya sepuluh tahun.

Maka Musa pun menerimanya dan mulailah ia menggembala kambing hingga berakhir masanya. Musa pun minta izin kepada Syuaib untuk kembali ke Mesir dan Syuaib pun mengizinkankannya. la pun pergi membawa istri dan anaknya serta kambing-kambingnya hingga tiba di gunung Thur. Maka berbicaralah Tuhannya kepadanya dengan firman-Nya: "Sesungguhnya Aku adalah Tuhanmu. Pergilah kepada Fir'aun, sesungguhnya ia adalah seorang yang berbuat aniaya."

Musa memohon kepada Tuhannya supaya mengutus saudaranya Harun bersamanya. Allah mengabulkan permohonannya. Pada waktu itu Harun adalah seorang menteri di kerajaan Fir'aun. Maka Allah mewahyukan kepadanya: "Sambutlah saudaramu, ia sedang bertolak menuju Mesir."

la pun pergi menyambut Musa. Musa mengabarkan kepadanya bahwa ia ikut bersamanya melaksanakan tugas dari Allah. Keduanya pergi kepada ibu mereka dan sesudah itu pergi menjumpai Fir'aun dan berkata kepadanya: "Katankanlah: Tiada Tuhan selain Allah dan bertobatlah dari perbuatanmu yang sekarang."

Fir'aun berkata: "Jika engkau seorang nabi, berilah suatu tanda." Maka Musa pun melemparkan tongkatnya dan berubahlah tongkat itu menjadi ular. Kemudian mengeluarkan tangannya dari sakunya, maka timbullah cahaya seperti sinar matahari dan mukjizat-mukjizat lain seperti air bah, belalang, kutu, katak, dan darah sehingga mereka melihat semua ini dalam makanan dan minuman mereka. Fir'aun dan kaumnya berkata: "Sesungguhnya ini adalah seorang tukang sihir." Maka Fir'aun mendatangkan tukang-tukang sihir dan berkata kepada mereka: "Keluarkanlah kepandaian sihir kalian untuk menghadapi Musa." Mereka pun melakukannya, lalu Musa melemparkan tongkatnya dan berubahlah tongkat itu menjadi ular besar dan menelan semua yang mereka buat. Oleh karena itu berimanlah semua tukang sihir itu dan rebahkan mereka bersujud kepada Allah.

Maka Fir'aun memerintahkan untuk memotong tangan-tangan dan kaki-kaki mereka dan menyalib mereka di batang pohon kurma. Mereka pun menerima dengan sabar dan tetap beriman.

jumlahnya ada 70 orang. Kemudian pergilah Musa bersama pengikut-pengikutnya, maka, dikejarlah mereka olah Fir'aun dan tentaranya untuk membinasakan mereka hingga tiba di laut.

Maka Musa memukulkan tongkatnya ke laut dan terbelahlah laut itu menjdi 12 jalan sehingga keringlah airnya, lalu masuklah Musa dan kaumnya, kemudian menyusul di belakangnya Fir'aun dan pasukannya

Allah menyelamatakan Musa dan para pengikutnya, sedangkan laut tertutup di atas Fir'aun dan pasukannya sehingga terbenamlah mereka semuanya.

Ternyata mayat Fir'aun tetap utuh sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an. Ini telah dibuktikan dengan di temukannya mummi Firaun (Pharaoh) di Mesir pada abad ke 20 sesudah masehi.  

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ ءَايَةً   ۚ وَإِنَّ كَثِيرًا مِّنَ النَّاسِ عَنْ ءَايٰتِنَا لَغٰفِلُونَ

"Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu agar engkau dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) Kami."

(QS. Yunus 10: Ayat 92)


Karunia Allah atas Bani Israel

Bani Israel mengikuti perjalanan mereka dan tibalah mereka di tepi sebelah timur, ternyata mereka tidak mendapatkan air untuk minum mereka dan hewan-hewan ternak mereka

Maka mereka pun mengadukan urusan mereka kepada Musa sambil menggerutu dan minta air darinya, sehingga Allah menyuruhnya memukul batu dengan tongkatnya.

Ketika musa memukulnya, memancarlah dari situ 12 mata air, masing-masing suku dari mereka memiliki mata air yang bisa mengenyangkan mereka.

Tatkala mereka tiba di dataran semenanjung Sinai, matahari sangat terik, tidak ada rumah untuk dihuni dan tidak ada pohon untuk berteduh di bawahnya. Mereka mengeluh kepada Musa atas kepayahan yang mereka alami, maka Musa berdoa kepada Tuhan nya, sehingga Allah menggiring awan yang melindungi mereka dari panas matahari.

Tatkala bekal mereka hampir habis, Musa memohon kepada Tuhannya sekali lagi untuk memberi mereka makanan, maka Allah menurunkan kepada mereka Manna dan Salwa.

Manna adalah makanan yang turun dari udara seperti turunnya embun, turun di atas batu dan daun pohon, rasanya manis seperti madu. Sedangkan Salwa adalah sejenis burung yang datang kepada mereka berbondong-bondong, susul menyusul, hampir menutupi bumi lantaran banyaknya.

Setelah Allah mengaruniai mereka dengan kenikmatan kenikmatan ini, Musa menyuruh makan dari makanan yang baik baik ini. Akan tetapi mereka mengingkari kenikmatan-kenikmatan itu dan meminta lainnya, sehingga mereka dengan demikian termasuk orang-orang yang berbuat aniaya kepada mereka sendiri. (Q.S. Al-A'raf: 160)

Janji Allah kepada Musa

Musa mengabarkan kepada kaumnya Bani Israel di Mesir, bahwa Allah akan membinasakan Fir'aun dan akan menurunkan sebuah Kitab kepada mereka dari sisi-Nya, yang berisi perintah-perintah dan larangan-larangan yang patut mereka taati.

Ketika Allah membinasakan Fir'aun, Musa menanyakan Kitab tersebut kepada Tuhannya, maka Allah menyuruhnya menuju lereng gunung Thur Al-Aiman dan tinggal di situ selama 30 hari, berpuasa dan beribadah kepada Allah.

Setelah Musa menyelesaikan 30 hari, Allah menyuruh memulai puasa sepuluh hari lagi untuk melengkapi ibadahnya. Dan sebelum Musa pergi untuk berbicara dengan Tuhannya, ia telah berpesan kepada Harun seraya berkata: "Jadilah engkau sebagai wakilku dalam kaumku dan baikkanlah urusan mereka serta janganlah mengikuti jalan orang-orang yang berbuat kerusakan".

Setelah genap 40 hari, Tuhannya berbicara kepadanya dengan Kalam-Nya yang azali, sehinggga ia pun memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh manusia.

Pada waktu itu ia merasakan kerinduan yang sangat kepada Tuhannya dan mengharapkan bisa melihat-Nya.

Maka Allah berkata kepadanya: "Engkau tidak akan dapat melihat-Ku." Kemudian Allah ingin memberitahukan kepadanya, bahwa sesungguhnya ia telah meminta sesuatu yang besar dan tidak bisa ditanggung oleh gunung-gunung. Kemudian Allah berfirman kepadanya: "Engkau tidak bisa tahan melakukan hal itu, akan tetapi Aku akan menjelma kepada gunung yang lebih kuat dan lebih hebat darimu, jika ia tetap dan bisa bersabar untuk melihat-Ku dan kehebatan-Ku, maka bisalah engkau melihat Ku."

Ketika Allah menjelma kepada gunung itu, maka gunung itu pun menjadi rata dengan tanah, dan pingsanlah Musa lantaran kengerian yang dilihatnya.

Ketika ia sadar dari pingsannya, ia berkata: "Aku sucikan Engkau, wahai Tuhanku, dengan penyucian yang layak dengan kemuliaan Mu dan aku bertobat kepada-Mu. Akulah orang pertama beriman di zamanku kepada kebesaran-Mu."

Maka Allah berfirman kepadanya, bahwa la telah memilihnya untuk menyampaikan risalah-Nya (kitab-kitab Taurat) kepada manusia, yang meliputi nasihat-nasihat dan hukum-hukum bagi Bani Israel.

Maka kembalilah Musa kepada mereka dalam keadaan sangat marah dan bersedih. la berkata kepada mereka: "Tidakkah Tuhan kalian telah berjanji kepadanya, agar membimbing kaumnya kepada tuntunan yang paling utama."

Apabila ada 2 pilihan yang salah satunya bisa mendatangkan pahala yang lebih besar, maka hendaklah mereka mengambil yang lebih utama. Kemudian Allah memperingatkan Bani Israel agar tidak durhaka kepadan-Nya, supaya la tidak menimpakan siksaan-Nya kepada mereka, sebagaimana telah ditimpakan kepada orang orang lain yang fasiq. (Q.S. Al-A'raf: 142-145)

Bani Israel Menyembah Anak Sapi

Telah kami sebutkan sebelumnya, bahwa penyembahan berhala telah berakar pengaruh-pengaruhnya di hati Bani Israel, karena pergaulan mereka dengan orang-orang Mesir. Di antara perbuatan mereka adalah menyembah anak sapi.

Sebelum itu anak-anak sapi dijadikan Tuhan. Jika ada orang mati di Mesir, mereka membalsam dan menguburnya di kuburan khusus di daerah Saqarah yang bernama Serabium. Perbuatan ini dimanfaatkan oleh seorang lelaki dari Bani Israel yang dinamakan Samiriy oleh Al-Qur'an

Maka datanglah ia kepada mereka membawa seekor anak sapi dan berkata kepada mereka: "Ini adalah Tuhan kamu dan Tuhan Musa yang telah dilupakannya, sedangkan ia telah pergi untuk menemuinya dalam kepergiannya yang lama ini."

Sebelum kepergiannya untuk berbicara dengan Tuhannya, Musa telah berjanji kepada kaumnya bahwa ia akan meninggalkan mereka tidak lebih dari tiga puluh hari. 

Ketika Allah menyuruhnya menambah puasanya sepuluh hari sehingga bertambah lama kepergiannya dari kaumnya, maka mereka menganggapnya terlambat

Mereka berkata: "Sesungguhnya Musa telah mengingkari janjinya.

Ketika itu timbul pikiran jahat dalam jiwa Samiriy, lalu ia pun memanfaatkannya sebagai kesempatan dengan mengambil perhiasan dari Bani Israel yang telah di bawa oleh perempuan perempuan mereka dari Mesir. Perhiasan berupa emas itu kemudian diolah dengan tehnik khusus yang membuat angin bisa masuk dengan menimbulkan suara-suara dari mulutnya, seperti suara sapi. kemudian Samiriy menyuruh mereka menyembahnya.

Harun berbicara dan memahamkan mereka, bahwa mereka itu difitnah dan ia berusaha mengembalikan mereka dari penyembahan anak sapi, namun tidak berhasil dan teruslah mereka itu menyembahnya, sampai Musa kembali kepada mereka.

Ketika Musa berbicara dengan Tuhannya, ia diberitahu bahwa Samiriy telah mencelakakan dan menyesatkan mereka dalam agama mereka. Musa berkata: "Allah telah memberikan Taurat yang berisi petunjuk dan cahaya (kebenaran), dan la telah menepati janji-Nya? Ataukah kalian hendak melakukan perbuatan buruk yang menimbulkan kemarahan Tuhanmu, sehingga kalian mengingkari apa yang telah kalian janjikan kepada kami berupa ketetapan iman?"

Mereka menjawab: "Kami tidak mengingkari janji kami kepadamu dengan pilihan dan kemauan kami, akan tetapi Samiriy telah menyesatkan dan mengungguli pendapat kami."

Samiriy berkata kepada kami: "Sesungguhnya emas yang kami miliki dan kami ambil dari orang-orang Mesir telah membuat marah Tuhan kita, dan itu merupakan dosa-dosa yang kita pikul karena menunda kepulanganmu kepada kami. Jalan keluarnya adalah dengan melemparnya ke dalam api untuk menyenangkan Tuhan kita, supaya engkau kembali kepada kami.

Maka kami percaya kepadanya, kemudian melemparkan perhiasan-perhiasan yang ada dan mengeluarkan perhiasan itu dalam bentuk patung anak lembu. Selanjutnya Samiriy berkata kepada kami: "Ini adalah Tuhan kamu yang patut kamu sembah, dan ia adalah Tuhan Musa yang dilalaikannya dan dicarinya di Thur." Alangkah dungunya akal kaum ini, tidakkah mereka lihat bahwa patung ini tidak bisa memberi manfaat dan bahaya, serta tidak dapat menjawab omongan mereka, karena ia adalah benda mati yang bisu?

Musa menemui saudaranya Harun dan menegurnya dengan keras seraya menarik janggut dan rambut kepalanya: "Apakah yang menghalangimu ketika engkau melihat kaummu dalam keadaan terfitnah dan menyembah anak sapi untuk mengikuti aku dan pergi kepadaku mengabarkan keadaan mereka?"

Harun menjawab: "Aku kuatir engkau menyangkaku menceraikan antara sesama Bani Israel, sehingga aku biarkan segolongan mengikutimu dan segolongan mengikuti Samiriy, dan aku kuatir engkau akan berkata kepadaku: 'Sesungguhnya aku telah meninggalkan mereka sedang engkau telah menyuruhku tinggal bersama mereka', maka aku tunggu sampai engkau kembali."

Kemudian Musa mendatangi Samiriy dan mengecamnya dengan keras, karena dialah yang menyebabkan kesesatan mereka.

Maka Samiriy menjawab: "aku mengetahui apa yang tidak diketahui seorang pun, bahwa engkau tidak berada dalam kebenaran, sedangkan aku telah mengikuti dan menganut sedikit ajaranmu, kemudian aku kembali menyembah anak sapi. Demikian kata hatiku dan itulah yang baik baginya, maka aku pun melakukannya. "

Ketika itu berkatalah Musa kepadanya: "Pergilah! sesungguhnya Allah akan menghukummu dengan perkataanmu selama hidupmu: "Tiada sentuhan." la selalu merasa sakit hati bila disentuh oleh siapa pun.

Maka bila ia menemui seseorang dan takut disentuh, ia pun berkata: "Tiada sentuhan." Kemudian pergilah Musa mengambil anak lembu itu dan membakarnya, kemudian membuang abunya ke laut.

Bani Israel menyesal atas dosa mereka dan meminta ampun kepada Tuhan mereka, maka Allah mewahyukan kepada Musa bahwa tobat mereka adalah dengan membunuh diri mereka,

maksudnya dengan mengendalikan hawa nafsu mereka dan membersihkan dari kejahatan-kejahatan dan dosa-dosa, sehingga dengan begitu maka Allah akan menerima tobat mereka.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَإِذْ قَالَ مُوسٰى لِقَوْمِهِۦ يٰقَوْمِ إِنَّكُمْ ظَلَمْتُمْ أَنْفُسَكُمْ بِاتِّخَاذِكُمُ الْعِجْلَ فَتُوبُوٓا إِلٰى بَارِئِكُمْ فَاقْتُلُوٓا أَنْفُسَكُمْ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ عِنْدَ بَارِئِكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ   ۚ إِنَّهُۥ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

"Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, "Wahai kaumku! Kamu benar-benar telah menzalimi dirimu sendiri dengan menjadikan (patung) anak sapi (sebagai sesembahan), karena itu bertobatlah kepada Penciptamu dan bunuhlah dirimu. Itu lebih baik bagimu di sisi Penciptamu. Dia akan menerima tobatmu. Sungguh, Dia-lah Yang Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang.""

(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 54) 


Hukuman dan Maaf Bagi Bani Israel

Bani Israel melihat bahwa mereka telah berbuat aniaya kepada diri mereka dan berbuat dosa besar dengan menyembah anak sapi. Maka Musa memilih 70 orang lelaki untuk pergi ke gunung Thur -- tempat di mana ia biasanya menerima wahyu-- untuk menyatakan ketaatan kepada Allah dan penyesalan atas dosa yang telah mereka perbuat

Di situ Allah berbicara kepada Musa, akan tetapi sekelompok dari mereka tidak percaya, bahwa Allah yang berbicara kepada Musa. Mereka tetap membangkang dan durhaka kemudian berkata kepadanya: "Kami tidak percaya kepadamu sampai kami bisa melihat Allah secara langsung dengan mata kami, tanpa tabir yang menutupinya." 

Lantaran permintaan itu, mereka ditimpa petir, sehingga mereka pun berguguran di bumi. Kemudian Allah membangkitkan mereka dari kematian setelah Musa berdoa dan meminta ampun atas perbuatan orang-orang yang bodoh di antara mereka, juga mohon supaya jangan menghukum semua orang lantaran perbuatan sebagian dari mereka.

Maka Allah mengampuni dosa mereka dan menghidupkan mereka kembali, kemudian Musa memohon rahmat dan ampunan bagi kaumnya. Tuhannya memberitahukan, bahwa hal itu kembali kepada kehendak-Nya, sebagaimana Allah memberitahukan bahwa Dia menetapkan rahmat-Nya bagi orang-orang yang bertakwa, mengeluarkan zakat dan beriman kepada ayat-ayat Allah.

Penolakan Bani Israel untuk Memasuki Tanah Suci

Allah menyuruh Musa membawa Bani Israel ke tanah suci Palestina, guna menetap di situ.

Maka berserulah Musa kepada kaumnya, mengingatkan mereka akan kenikmatan-kenikmatan yang diberikan Allah kepada mereka, dengan menjadikan nabi-nabi yang banyak dari golongan mereka untuk memberi petunjuk kepada mereka yang sesat, Di samping itu juga membebaskan mereka dari perbudakan dan memberi mereka keikmatan-kenikmatan yang banyak yang dikhususkan pada mereka di jaman itu. Oleh karena itu wajiblah mereka bersyukur kepada Allah dan menerima perintah Allah dengan penerimaan yang baik.

Sebelum Musa minta kepada kaumnya untuk memasuki tanah suci, ia mengirim perintis jalan untuk menyelidiki dan memberi kabar tentang penghuninya.

Ketika mereka kembali, mereka mengabarkan kepadanya bahwa penghuninya kuat-kuat dan kota-kotanya berbenteng, sehingga mereka takut ke sana dan tidak mematuhi perintah Musa untuk menyerang

Sebaliknya mereka berkata: "Sesungguhnya di negeri ini terdapat orang-orang yang gagah berani, kami tidak sanggup melawan mereka, dan kami tidak akan memasukinya selama mereka ada di situ.

Jika mereka telah keluar, barulah kami akan memenuhi permintaanmu dan memasukinya."

Kesesatan Bani Israel

Di antara Bani Israel ada dua orang yang bertakwa dan menasihati mereka untuk masuk dari pintu kota, supaya mereka bisa menang

Akan tetapi Bani Israel menolak nasihat itu, dan mengatakan kepada Musa dengan kalimat yang menunjukkan kehinaan pembangkangan dan sifat pengecut.

"Pergilah engkau bersama Tuhanmu dan berperanglah, sementara kami duduk di sini."

Habislah sudah upaya Musa. Akhirnya ia pun memohon kepada Tuhannya untuk memberikan keputusan-Nya, sehingga diputuskan bahwa tanah suci itu diharamkan atas Bani Israel dan mereka akan berkeliaran di padang pasir Sinai selama 40 tahun,

Pertemuan Musa dengan Orang Saleh

Musa berkhutbah kepada kaumnya untuk mengingatkan mereka agar taat kepada Allah.

Setelah selesai berkhutbah, seorang laki-laki bertanya: "Siapakah di antara orang-orang ini yang paling pandai?"

Musa menjawab: "Saya."

Maka Allah mencelanya, karena ia tidak mengatakan ilmu itu dari Allah semata-mata dan mewahyukan kepadanya: "Sesungguhnya Aku mempunyai seorang hamba di tepi laut yang lebih pandai darimu." 

Maka berkatalah Musa: "Wahai Tuhanku, bagaimana harus kuperbuat dengannya?

Allah menjawab: "Engkau ambil seekor ikan kecil dan letakan di dalam keranjang, maka di mana pun engkau kehilangan ikan itu, maka di situlah ia berada." Kemudian Musa mengambil seekor ikan, lalu pergi dengan ditemani sahayanya.

Ketika Musa dan sahayanya tiba di tempat pertemuan antara dua laut dan duduk untuk beristirahat, maka ia pun tertidur sebentar dan pada saat itulah turun hujan, sehingga ikan itu menjadi basah melompat serta meluncur ke laut.

Bangunlah Musa dari tidurnya dan menyuruh sahayanya untuk terus berjalan mencari tujuan mereka.

Ternyata sahaya itu lupa memberitahukan hilangnya ikan itu. Ketika keduanya merasa lapar, Musa menyuruhnya menyediakan makanan. Pada waktu itu sahaya teringat akan ikan yang hilang, maka ia pun memberitahukan Musa tentang kehilangannya.

Musa merasa gembira dengan apa yang didengarnya dan berkata kepada sahayanya: "Inilah yang kita cari, maka marilah kita kembali untuk mengikuti jejak hingga tiba di tempat ikan itu hilang." Belum sampai di tempat yang dituju, mereka pun mendapati orang saleh yang dijanjikan Allah kepada Musa.

Musa Menuntut Ilmu

Musa minta dari orang saleh untuk mengizinkan menemaninya, agar ia bisa mendapat tambahan ilmu darinya.

Orang saleh itu menjawab, bahwa ia tidak akan dapat bersabar atas keikutsertaannya, karena bagaimana ia bisa bersabar atas sesuatu yang lahirnya bertentangan dengan syariatnya.

Maka Musa menjawabnya seraya berkata: "Insya Allah engkau akan mendapati aku bisa bersabar atas tindakan-tindakanmu dan aku tidak menentang urusanmu."

Orang saleh itu menjawab: "Jika engkau mengikuti aku, maka aku syaratkan engkau tidak bertanya kepadaku tentang tindakan dariku, karena pada akhirnya aku akan menerangkan rahasia dan sebabnya."

Musa Menyanggah Orang Saleh

Pergilah Musa dan orang saleh itu menyusuri tepi laut. Tiba-tiba lewat di dekat mereka sebuah kapal, maka keduanya minta kepada penumpang-penumpangnya supaya mau mengangkut mereka bersama penumpang-penumpang itu.

Keduanya naik kapal itu dan ketika penumpangnya lengah, orang saleh itu melubangi dinding kapal yang terbuat dari kayu itu dengan cara sedemikian rupa, sehingga mudah diperbaiki.

Musa merasa ngeri melihat perbuatan ini dan lupa akan perjanjian yang telah disetujuinya, untuk tidak menyanggah pebuatan orang saleh itu Maka ia berkata: "Apakah engkau merusak kapal orang-orang yang telah menghormati kedatangan kita? Engkau telah melakukan sesuatu yang tercela."

Akan tetapi orang saleh itu mengingatkannya akan syarat yang berlaku antara keduanya, sehingga Musa pun menyadarinya dan minta supaya ia jangan dihukum atas kelupaannya itu. Keduanya meneruskan perjalanan dan bertemu dengan seorang anak yang sedang bermain-main bersama kawan-kawannya. Orang saleh itu memperdaya anak itu, sehingga jauh dari kawan kawannya, lalu membunuhnya. Panas hati Musa melihat perbuatan yang keji itu dan menyanggah dengan marah: "Apakah engkau membunuh jiwa yang suci bersih tanpa dosa? Engkau telah melakukan perbuatan munkar."

Orang saleh itu hanya menegur dengan berkata: "Bukankah telah kukatakan kepadamu, bahwa engkau tidak akan bisa bersabar atas apa yang engkau lihat dalam menemani aku?"

Musa menjawab dengan menyesal: "Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah ini, maka janganlah menemani aku, karena sudah cukup alasan bagiku untuk berpisah denganmu."

Kemudian keduanya meneruskan perjalanannya, hingga keduanya merasa payah dan lapar, maka masuklah keduanya ke suatu desa dan minta makanan dari penghuninya, dan minta supaya menjadikan keduanya sebagai tamu, namun mereka menolak dengan kasar

Dalam perjalanan pulang, keduanya mendapati sebuah dinding yang hampir roboh, Maka orang saleh itu memperbaikinya dan mendirikan bangunannya.

Musa tidak tahan lalu bertanya: "Apakah engkau mau membalas orang-orang yang telah mengusir kita dengan memperbaiki dinding mereka?

Andaikata engkau kehendaki, engkau bisa minta upah atas pekerjaanmu ini guna membeli makanan." Sesudah adanya sanggahan ini terjadilah perpisahan antara Musa dan orang saleh itu.

Rahasia Tindakan yang Dilakukan orang Saleh


Sebelum berpisah dengan Musa, orang saleh itu menerangkan rahasia perbuatannya seraya berkata: "Adapun kapal tersebut, itu adalah kepunyaan beberapa orang miskin yang tidak punya harta selain itu, dan aku telah mengetahui bahwa ada seorang raja yang suka merampas setiap kapal yang baik dari pemiliknya.

Maka aku ingin merusaknya sedikit supaya nantinya bisa diperbaiki bilamana raja merusaknya. Ia pun menduga kapal itu adalah kapal jelek, sehingga ia membiarkan pada pemiliknya dan selamatlah kapal itu pada mereka.

Mengenai anak kecil itu, ia adalah seorang anak yang menampakkan tanda-tanda kerusakan sejak kecil. Kedua orang tuanya adalah orang-orang yang beriman dan saleh, maka aku khawatir kesayangan orang tua terhadap anak akan membuat mereka menyeleweng dari kesalehan mereka, serta menjerumuskannya dalam kekafiran dan kesombongan. Sehingga aku pun membunuhnya untuk menenangkan kedua orang tua yang beriman ini dari anak yang jahat. Semoga diberikan ganti oleh Allah berupa anak yang lebih baik dan lebih berbakti serta lebih sayang kepada kedua orang tuanya.

Adapun dinding yang kudirikan, maka ia adalah kepunyaan dua anak yatim di kota itu, di bawahnya terdapat harta terpendam kepunyaan mereka, dan ayah mereka adalah orang yang saleh.

Maka Tuhanmu Yang Maha Pemurah ingin menjaga harta itu bagi mereka sampai mereka dewasa dan mengeluarkannya.

Apa yang kuperbuat itu bukanlah termasuk usahaku, akan tetapi la adalah wahyu dari Allah, dan inilah keterangan dari kejadian dimana engkau tidak bisa bersabar.


Posting Komentar untuk "Kisah Nabi Musa As dan Harun As Lengkap"