Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Nabi Nuh As : pembuatan Kapal Besar

Kisah Nabi Nuh As : pembuatan Kapal Besar


Penyembahan Berhala

Nabi Nuh as. Merupakan rasul pertama yang diutus Allah dengan membawa risalah ketauhidan kepada kaumnya, ketika mereka berubah menyembah berhala-berhala dan terus menerus dalam kesesatan dan kekafiran.

Al-Qur'an telah menyebutkan nama berhala-berhala yang dulunya disembah oleh kaum Nuh dengan perkataan yang dilontarkan oleh pemuka-pemuka mereka:

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَقَالُوا لَا تَذَرُنَّ ءَالِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا

"Dan mereka berkata, Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwa', Yagus, Ya'uq, dan Nasr."

(QS. Nuh 71: Ayat 23)

Kaum Nuh menyembah Tuhan yang lain, sebagaimana ditunjukan oleh ayat tersebut dan ada yang mengatakan bintang-bintang yang berpindah-pindah. Oleh karena bintang-bintang ini nampak di waktu malam dan lenyap di waktu siang, maka mereka menjadikan berhala-berhala itu sebagai perantara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan-Tuhan mereka.

Nabi Nuh as telah hidup bersama kaumnya dalam waktu yang lama mengajak mereka menyembah Allah.

Allah Swt. berfirman:

"Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka tinggallah ia bersama mereka selama 950 tahun." (Q.S.A1-Ankabut: 14)

Akan tetapi masa ini tidaklah menghasilkan buahnya pada mereka, maka tidaklah beriman dengan risalahnya kecuali sedikit saja di antara mereka, dan pada waktu itu ada bapak yang menarik hati anaknya yang mulai berakal agar tidak mengikuti Nuh selama hidupnya.

Oleh karena itu mereka saling mewarisi pembangkangan dengan terus melakukan syirik dan durhaka.

Ajakan untuk menyembah Allah

Nuh berkata kepada kaumnya:

"Sesungguhnya aku peringatkan kamu akan siksaan Allah dan kujelaskan kepadamu jalan keselamatan, maka sembahlah Allah saja dan jangan mempersekutukan-Nya dengan suatu apa pun, karena aku khawatir apabila kamu menyembah selain Dia atau menyekutukan yang lain dengan-Nya, maka Dia akan menyiksa kamu pada hari kiamat dengan siksaan yang pedih."(Q.S. Hud: 25-26)

Sebagaimana Nuh berkata kepada mereka:

قَالَ يٰقَوْمِ إِنِّى لَكُمْ نَذِيرٌ مُّبِينٌ

أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاتَّقُوهُ وَأَطِيعُونِ

يَغْفِرْ لَكُمْ مِّنْ ذُنُوبِكُمْ وَيُؤَخِّرْكُمْ إِلٰىٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى  ۚ إِنَّ أَجَلَ اللَّهِ إِذَا جَآءَ لَا يُؤَخَّرُ  ۖ لَوْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

"Sesungguhnya jika kamu tact kepada Allah dan menjauhi perbuatan-perbuatan buruk, niscaya Allah mengampuni dosa-dosa kamu yang lampau dan memberikan kesempatan kepadamu serta memberikan kenikmatan di dunia ini, hingga masa yang lama yang ditetapkan Allah bagi berakhirnya ajal-ajalmu. Akan tetapi apabila kamu durhaka kepada Tuhan kamu, maka sesungguhnya Dia tidak akan memberikan kelonggaran kepadamu, bahkan la akan menimpakan siksaan bagi kamu dan akan datang kepadamu secara mendadak dari tempat yang tidak kamu duga." (Q.S. Nuh: 2-4)

Pembangkangan yang Membinasakan

Ucapan-ucapan Nuh tidaklah menimbulkan pengaruh dalam jiwa-jiwa kaumnya, bahkan mereka menjawab dengan pembangkangan: "Hai Nuh, engkau telah memusuhi kami dan terus menerus melakukan hal itu. Maka jika engkau berkata benar dalam dakwahmu. berilah apa yang engkau ancamkan kepada kami berupa siksaan.

Nub menjawab tantangan mereka seraya berkata:

"Urusan itu terserah kepada Allah. Dialah yang menimpakan siksaan atas dirimu jika dikehendaki-Nya, tidak ada yang bisa menghalangi-Nya.

Sebagaimana nasihat yang kuberikan kepadamu tidak akan bermanfaat bagimu, walaupun aku menghendaki kebaikan bagi kamu dengan nasihat itu --apabila Allah menghendaki kamu tetap dalam kesesatan dengan sebab kerusakan jiwamu yang menolak penerimaan kebenaran--.

Maka Allah Swt. adalah Tuhan kamu dan kepada-Nya kamu kembali pada hari kiamat dan Dia akan membalas kamu atas perbuatan-perbuatanmu." (Q.S. Hud: 32-34)

Keluhan kepada Allah

Setelah Nuh merasa kesal terhadap kaumnya, ia pun berlindung kepada Tuhannya memohon pertolongan atas pembangkangan kaumnya, maka ia berkata: "Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah mengajak kaumku untuk beriman kepada-Mu dan meninggalkan penyembahan berhala. Aku sangat mengharapkan keimanan, maka tidaklah kulewatkan setiap kesempatan, melainkan kuajak mereka malam dan siang. Temyata harapanku sanoat sia-sia, mereka malah makin membangkang dan durhaka.

Setiap kali kuajak mereka itu untuk menyembah-Mu supaya Engkau bisa memaafkan kesalahan-kesalahan mereka, maka mereka pun menutup telinga dengan ujung jarinya karena tidak suka mendengarkan ajakanku. Mereka sangat berlebih-lebihan dalam membangkang sampai menutup wajahnya dengan baju supaya tidak melihatku dan tidak mendengar dakwah yang kuberikan.

Demikianlah mereka itu terns menjauhi dakwahku dengan rasa sombong, dengan tidak mau mengikuti dan memenuhi ajakanku.

Wahai Tuhanku, aku telah mengajak mereka untuk menyembah-Mu berulang kali dengan berbagai cara. Kadang-kadang aku mengajak secara terang-terangan dal am kelompok-kelompok mereka, dan kadang-kadang sendirian terhadap seorang di antara mereka.

Aku berkata kepada mereka :

"Mintalah ampun kepada Tuhanmu dan bertobatlah dari kekafiran dan melakukan maksiat, sesungguhnya Dia menerima tobat hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan serta memberi ganjaran atas tobat dan istighfar-mu. Maka Dia akan menurunkan bagi kamu hujan yang deras, yang akan rnenyuburkan tanahmu sesudah kekeringan, memberi rezeki kepadamu berupa harta benda untuk kamu nikmati, dan mengaruniai anak-anak yang akan membantu kamu. Kebun-kebun yang lebat akan memberi kesejahteraan kepada hidupmu dan sungai-sungai akan menjamin pengairan bagi tanahmu. " (Q.S.Nuh: 5-12)

Dakwah Nuh tidaklah membawa pengaruh kepada kaumnya kecuali hanya sedikit sebagaimana dijelaskan oleh Al-Qur'an.

"Tidaklah beriman bersama Nuh kecuali sedikit."

Adapun sebagian besar dari mereka telah jemu dengan dakwahnya dan mendustakannya serta menganggapnya sebagai orang gila, dan mereka menimbulkan berbagai gangguan dan ancaman terhadap Nuh untuk menghalangi dakwahnya.

Allah Swt. berfirman:

"Sebelum mereka kaum Nuh telah mendustakan, yaitu mereka mendustakan hamba Kami (Nuh) seraya berkata: la orang gila, dan is pun dibentak (supaya menghentikan dakwahnya)." (Q.S. Al-Qamar: 9)

Sebagaimana mereka mengancamnya dengan rajam:

"Mereka berkata: Apabila engkau tidak berhenti, hai Nuh, niscaya engkau akan dirajam."

Akan tetapi Nuh tidak peduli dengan ancaman tersebut dan ia meneruskan dakwahnya pantang mundur sambil bertawakal kepada Allah Sort.

Kutukan Terhadap Orang-orang yang Mendustakan

Setelah mencurahkan segala tenaga untuk memberi hidayah kepada kaumnya don setelah tertutup segala jalan untuk memperbaiki mereka, maka pada waktu itu is pun berlindung kepada Tuhannya dengan mengeluh atas prilaku kaumnya.

Allah Swt. berfirman:

"Nuh berkata: Wahai Tuhanku, sesungguhnya kaumku mendustakan aku. Maka berilah aku jalan keluar antara aku dan mereka, don selamatkanlah aku dan orang-orang yang bersamaku, yaltu orang-orang yang beriman." (Q.S. As-Syu'ara:117-118)

Sebagaimana ia mendoakan atas kaumnya agar binasa:

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَقَالَ نُوحٌ رَّبِّ لَا تَذَرْ عَلَى الْأَرْضِ مِنَ الْكٰفِرِينَ دَيَّارًا

"Dan Nuh berkata, Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi."

(QS. Nuh 71: Ayat 26)

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

إِنَّكَ إِنْ تَذَرْهُمْ يُضِلُّوا عِبَادَكَ وَلَا يَلِدُوٓا إِلَّا فَاجِرًا كَفَّارًا

"Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka hanya akan melahirkan anak-anak yang jahat dan tidak tahu bersyukur."

(QS. Nuh 71: Ayat 27)

Nuh berdoa kepada Tuhannya agar tidak membiarkan di atas bumi ini seorang pun dari orang-orang kafir itu, karena jika Allah Swt. membiarkan orang-orang kafir itu terus menerus dalam kesesatan mereka, maka mereka akan menyesatkan orang lain dari kebenaran dan menyebarkan dosa-dosa mereka kepada anak cucu mereka dengan warisan, maka tidaklah mereka meninggalkan keturunan, kecuali orang-orang yang serupa dengan mereka dalam kekafiran dan perbuatan dosa.

Pembuatan Kapal Keselamatan

Allah memngabulkan doa Nub dan sebelumnya membinasakan kaumnya yang mendustakannya. Allah Swt. menyiapkan baginya dan kaum yang beriman kepada risalah-Nya alat-alat untuk menyelamaikan diri. 

Maka Allah Swt. mewahyukan kepadanya, bahwa tidak seorang pun akan beriman kecuali siapa-siapa yang mengikutinya dan menyuruhnya agar tidak merasa sedih dengan sebab pendustaan orang-orang kafir terhadapnya, karena Allah akan menenggelamkan mereka semua.

Allah menyuruh Nuh membuat kapal keselamatan dan memberitahukan kepadanya, bahwa Allah akan mengawasi dan memeliharanya serta melarangnya mendoakan orang-orang kafir dengan keselamatan setelah mereka tetap berada dalam kekafiran mereka, karena Allah telah memutuskan akan menenggelamkan mereka.

Nuh mulai membuat kapal dan ia pun ikut bekerja sebagai tukang kayu, sehingga. diejek oleh orang-orang kafir lantaran pekerjaannya itu.

Menghadapi ejekan mereka ini Nuh berkata:

"Jika sekarang kamu mengejek saya dan orang-orang beriman yang bersamaku, maka sebentar lagi kami akan rnengejek kalian, karena aku tahu siksaan dan kebinasaan yang bakal menimpa kalian, sehingga kalian tahu siapa yang akan ditimpa siksaan yang menghinakannya di dunia, sebagaimana siksaan yang kekal akan menimpanya di akhirat." (Q.S. Hud: 36-39) 

Permulaan Air Bah

Nabi Null as. menyelesaikan pembuatan kapalnya dan tampak tanda-tanda permulaan' siksaan, yaitu memancarnya air dari bumi. Maka Allah menyuruh Nabi Nuh mengumpulkan setiap jenis hewan yang hidup sepasang-sepasang, jantan dan betina untuk dbawa bersamanya di dalam kapal supaya tetap hidup setelah musnahnya makhluk hidup dan bisa berkembang biak kembali di bumi.

Demikian Allah menyuruh Nuh membawanya di dalam kapal keluarga dan pars kerabatnya dengan perkecualian dua orang antara mereka, lantaran kafir kepada Allah. Mereka adalah salah seorang istri dan anaknya.

Nuh menyiapkan kapalnya dan berkata kepada orang-orang yang beriman:

"Naiklah di dalamnya dengan menyebut nama Allah Ta'ala di waktu berlayar dan berlabuh, karena kapal itu bukanlah sebab terjadinya keselamatan, akan tetapi wajiblah atas mereka menuju kepada Allah, karena Dialah yang menjalankan dan menghentikan kapal itu."

Juga Nabi Nub as. mengingatkan mereka, bahwa Allah Maha Luas ampunan-Nya dan Maha Penyayang terhadap hamba-hamba-Nya yang beriman, sehingga mereka diselamatkan dari kebinasaan. Kemudian berjalanlah kapal itu setelah air meluap di tengah-tengah gelombang besar yang tingginya bagaikan gunung.

Al-Qur'an mengabarkan kepada kita bahwa Nuh berdoa kepada Tuhannya agar membalas kaumnya, sehingga Allah menjawab doanya lalu menurunkan hujan yang deras dari langit yang tidak pernah dialami oleh bumi sebelumnya, dan menyuruh bumi supaya memancarkan air dari segenap penjurunya.

Maka berkumpullah air dari langit dan bumi, sehingga timbul air bah yang hebat yang ditakdirkan Allah dengan doa nabi-Nya untuk membinasakan orang-orang kafir, sambil menyiapkan jalan keselamatan bagi Nuh dan orang-orang yang beriman bersamanya di atas kapal yang berjalan dengan perlindungan Allah dan pemeliharaan-Nya.

Tenggelamnya Putra Nabi Nub As.

Nuh teringat akan putranya. Sebagai seorang bapak yang sayang kepada anaknya, Nuh memanggilnya untuk naik ke atas kapal bersama keluarganya yang lain, sedangkan putranya itu tetap dalam kekafiran.

Maka Nuh berkata:

"Hai anakku, naiklah engkau bersama kami supaya engkau selamat dari kehanyutan dan janganlah engkau masuk ke dalam golongan orang-orang kafir yang mengingkari agama Allah."

Akan tetapi putranya tidak menjawab seruan Allah dan tetap durhaka dan menduga bahwa apa yang terjadi itu peristiwa-peristiwa alam biasa dan berharap akan bisa selamat tanpa naik ke atas kapal.

Maka ia pun berkata kepada ayahnya: "Aku akan berlindung ke gunung yang tidak bisa dicapai oleh air, sehingga aku tidak tenggelam."

Ayahnya menjawab:

"Tidak ada satu kekuatan pun yang sanggup mencegah tenggelamnya seseorang yang telah ditakdirkan Allah bahwa ia Bakal tenggelam sebagai balasan bagi orang-orang kafir."

Putranya tetap menolak dan menyangka bahwa usahanya untuk mencapai puncak gunung bisa menyelamatkannya dari tenggelam, akan tetapi kekuatan air dan tingginya gelombang telah menghanyutkan putra yang sesat dan kafir itu.

Nabi Nuh Memohon Keselamatan Putranya

Timbul rasa kasihan dalam hati Nuh terhadap putranya, maka ia pun memohon kepada Tuhannya dengan khusyuk agar sudi menyelamatkan putranya. Bukankah Tuhannya telah berjanji sebeiumnya akan menyelamatkannya bersama keluarganya?

Sedangkan putranya adalah termasuk keluarganya dan Allah selalu menepati janji-Nya dan Dia adalah hakim Yang Maha Adil.

Maka Allah menjawab permohonan Nuh, bahwa putranya yang kafir itu bukanlah termasuk keluarganya yang dijanjikan diselamatkan. Karena ia tidak beriman dan tetap dalam kekafiran. Dan ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak baik, Allah melarang Nuh untuk memohon sesuatu, kecuali bilamana is merasa yakin bahwa hal itu benar dan tepat, sebagaimana Allah melarang agar tidak masuk dalam golongan orang-orang yang berbuat aniaya dan memohon keringanan bagi hukuman Allah, sekalipun yang berbuat itu putranya dan beranggapan bahwa kasih sayang bapak dapat mengalahkan hukum Allah.

Nuh menyesal atas perkataannya dan mengakui kesalahannya seraya berkata:

"Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu wahai Tuhanku agar tidak memohon kepada-Mu sejak sekarang apa yang tidak Engkau ridai, dan jika Engkau tidak mengaruniai aku dengan ampunan-Mu dan menyayangi aku dengan keutamaan-Mu, niscaya aku termasuk orang-orang yang merugi."

Berhentinya Air Bah

Ketika orang-orang kafir itu binasa lantaran air bah, Allah menyuruh bumi untuk menghisap aimya dan menyuruh langit untuk berhenti menurunkan hujan. Maka surutlah air dari bumi setelah Allah memutuskan kebinasaan bagi orang-orang yang berbuat aniaya. dan kapalnya terdampar di gunung Juudy.

Ketika itu diserukan kepada orang-orang kafir yang binasa dengan kekuasaan Ilahi:

"Jauhlah orang-orang yang berbuat aniaya ini dari rahmat Allah dan ampunan-Nya." (Q.S. Hud: 44)

Turun dari Kapal

Setelah kapal terdampar dan bumi menelan air bah, Allah menyuruh Nuh turun dari kapal ke bumi. Maka turunlah is ke bumi Maushil dengan diliputi oleh berkah dari Allah bersama orang-or-ang yang beriman dan anak cucunya yang bakal menjadi orang-orang beriman.

Sebagian mereka akan menjadi umat yang akan menikmati dunia dan kebaikan-kebaikannya. akan tetapi mereka tidak akan mendapat berkah Allah. karena mereka akan menyeleweng dari jalan kebenaran dan disesatkan oleh setan, hingga menyebabkan mereka ditimpa siksaan Allah dunia dan akhirat.

Allah Swt. berfirman:

"Dikatakan kepada Nuh: Hai Nuh, turunlah dengan keselamatan dari Kami dan berkah atasmu dan umat-umat yang bersamamu dan umat-umat yang akan Kami beri kenikmatan kepada mereka, kernudian mereka itu akan ditimpa siksa yang pedih dari Kami." (Q.S.Hud: 48)

Posting Komentar untuk "Kisah Nabi Nuh As : pembuatan Kapal Besar"