Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah 5 Rasul Ulul Azmi dan Mukjizatnya

  Nabi-nabi itu tidaklah sama derajatnya dalam keutamaan dan kedudukannya, akan tetapi Allah telah melebihkan sebagian nabi nabi dari sebagian lainnya.

Allah Swt. berfirman:

"Kami telah melebihkan sebagian nabi-nabi dari sebagian lainnya"

Allah telah mengangkat derajat Muhammad Saw. di atas derajat para nabi, bahwa la mengutusnya kepada manusia, sedangkan nabi nabi yang terdahulu diutus kepada umat-umat mereka sendiri. Allah Swt berfirman kepada rasul-Nya Muhammad Saw.:

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَمَآ أَرْسَلْنٰكَ إِلَّا كَآفَّةً لِّلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

wa maaa arsalnaaka illaa kaaaffatal lin-naasi basyiirow wa naziirow wa laakinna aksaron-naasi laa ya'lamuun

"Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan kepada semua umat manusia sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."
(QS. Saba' 34: Ayat 28)

Sebagaimana kita ketahui bahwa Rasulullah Muhammad Saw. adalah penutup nabi-nabi, maka kerasulan telah diakhiri olehnya dan ia membawa hukum yang sempurna.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَآ أَحَدٍ مِّنْ رِّجَالِكُمْ وَلٰكِنْ رَّسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّۦنَ  ۗ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمًا

maa kaana muhammadun aba ahadim mir rijaalikum wa laakir rosuulallohi wa khootaman-nabiyyiin, wa kaanallohu bikulli syai-in 'aliimaa

"Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang di antara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."
(QS. Al-Ahzab 33: Ayat 40)

Rasul-Rasul Ulul Azmi

Di antara rasul-rasul Allah, ada yang digambarkan dalam Al-Qur'an sebagai ulul azmi. Mereka adalah rasul-rasul yang dari mereka Allah menyuruh rasul-Nya Muhammad Saw. untuk mengambil teladan dalam perjuangannya. Sesuai dengan firman-Nya:

"Bersabarlah engkau sabagaimana ulul azmi di antara para rasul bersabar.

Mereka dinamakan ulul azmi karena tekad mereka kuat, cobaan yang diberikan kepada mereka sangat keras dan perjuangan yang mereka lakukan juga berat. Mereka adalah Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa.

Demikian pula Nabi Muhammad Saw. termasuk golongan ulul azmi, karena beliau termasuk nabi yang paling banyak melakukan jihad sabar serta banyak pengorbanannya, sehingga Allah memberi pujian dan penghormatan hingga tingkat yang tidak pernah Allah mengkhususkan dengan seorang nabi sebelumnya.

Kewajiban Iman kepada Nabi-Nabi

Islam menjadikan iman kepada nabi-nabi sebagai salah satu rukun akidah Islam

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

قُولُوٓا ءَامَنَّا بِاللَّهِ وَمَآ أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَآ أُنْزِلَ إِلٰىٓ إِبْرٰهِـۧمَ وَإِسْمٰعِيلَ وَإِسْحٰقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَمَآ أُوتِىَ مُوسٰى وَعِيسٰى وَمَآ أُوتِىَ النَّبِيُّونَ مِنْ رَّبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُۥ مُسْلِمُونَ

quuluuu aamannaa billaahi wa maaa ungzila ilainaa wa maaa ungzila ilaaa ibroohiima wa ismaa'iila wa is-haaqo wa ya'quuba wal-asbaathi wa maaa uutiya muusaa wa 'iisaa wa maaa uutiyan-nabiyyuuna mir robbihim, laa nufarriqu baina ahadim min-hum wa nahnu lahuu muslimuun

"Katakanlah, "Kami beriman kepada Allah, dan kepada apa yang diturunkan kepada kami, dan kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan kepada apa yang diberikan kepada Musa dan 'Isa serta kepada apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan kami berserah diri kepada-Nya.""
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 136)

berikut adalah rasul ulul azmi beserta kisahnya1.  masing masing:

a. Nabi Nuh a.s. 

b. Nabi Ibrahim a.s. 

c. Nabi Musa a.s. 

d. Nabi Isa a.s. 

e. Nabi Muhammad saw. 

1. Kisah Nabi Nuh As : pembuatan Kapal Besar

Penyembahan Berhala

Nabi Nuh as. Merupakan rasul pertama yang diutus Allah dengan membawa risalah ketauhidan kepada kaumnya, ketika mereka berubah menyembah berhala-berhala dan terus menerus dalam kesesatan dan kekafiran.

Al-Qur'an telah menyebutkan nama berhala-berhala yang dulunya disembah oleh kaum Nuh dengan perkataan yang dilontarkan oleh pemuka-pemuka mereka:

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَقَالُوا لَا تَذَرُنَّ ءَالِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا

"Dan mereka berkata, Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwa', Yagus, Ya'uq, dan Nasr."

(QS. Nuh 71: Ayat 23)

Kaum Nuh menyembah Tuhan yang lain, sebagaimana ditunjukan oleh ayat tersebut dan ada yang mengatakan bintang-bintang yang berpindah-pindah. Oleh karena bintang-bintang ini nampak di waktu malam dan lenyap di waktu siang, maka mereka menjadikan berhala-berhala itu sebagai perantara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan-Tuhan mereka.

Nabi Nuh as telah hidup bersama kaumnya dalam waktu yang lama mengajak mereka menyembah Allah.

Allah Swt. berfirman:

"Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka tinggallah ia bersama mereka selama 950 tahun." (Q.S.A1-Ankabut: 14)

Akan tetapi masa ini tidaklah menghasilkan buahnya pada mereka, maka tidaklah beriman dengan risalahnya kecuali sedikit saja di antara mereka, dan pada waktu itu ada bapak yang menarik hati anaknya yang mulai berakal agar tidak mengikuti Nuh selama hidupnya.

Oleh karena itu mereka saling mewarisi pembangkangan dengan terus melakukan syirik dan durhaka.

Ajakan untuk menyembah Allah

Nuh berkata kepada kaumnya:

"Sesungguhnya aku peringatkan kamu akan siksaan Allah dan kujelaskan kepadamu jalan keselamatan, maka sembahlah Allah saja dan jangan mempersekutukan-Nya dengan suatu apa pun, karena aku khawatir apabila kamu menyembah selain Dia atau menyekutukan yang lain dengan-Nya, maka Dia akan menyiksa kamu pada hari kiamat dengan siksaan yang pedih."(Q.S. Hud: 25-26)

Sebagaimana Nuh berkata kepada mereka:

قَالَ يٰقَوْمِ إِنِّى لَكُمْ نَذِيرٌ مُّبِينٌ

أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاتَّقُوهُ وَأَطِيعُونِ

يَغْفِرْ لَكُمْ مِّنْ ذُنُوبِكُمْ وَيُؤَخِّرْكُمْ إِلٰىٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى  ۚ إِنَّ أَجَلَ اللَّهِ إِذَا جَآءَ لَا يُؤَخَّرُ  ۖ لَوْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

"Sesungguhnya jika kamu tact kepada Allah dan menjauhi perbuatan-perbuatan buruk, niscaya Allah mengampuni dosa-dosa kamu yang lampau dan memberikan kesempatan kepadamu serta memberikan kenikmatan di dunia ini, hingga masa yang lama yang ditetapkan Allah bagi berakhirnya ajal-ajalmu. Akan tetapi apabila kamu durhaka kepada Tuhan kamu, maka sesungguhnya Dia tidak akan memberikan kelonggaran kepadamu, bahkan la akan menimpakan siksaan bagi kamu dan akan datang kepadamu secara mendadak dari tempat yang tidak kamu duga." (Q.S. Nuh: 2-4)

Pembangkangan yang Membinasakan

Ucapan-ucapan Nuh tidaklah menimbulkan pengaruh dalam jiwa-jiwa kaumnya, bahkan mereka menjawab dengan pembangkangan: "Hai Nuh, engkau telah memusuhi kami dan terus menerus melakukan hal itu. Maka jika engkau berkata benar dalam dakwahmu. berilah apa yang engkau ancamkan kepada kami berupa siksaan.

Nub menjawab tantangan mereka seraya berkata:

"Urusan itu terserah kepada Allah. Dialah yang menimpakan siksaan atas dirimu jika dikehendaki-Nya, tidak ada yang bisa menghalangi-Nya.

Sebagaimana nasihat yang kuberikan kepadamu tidak akan bermanfaat bagimu, walaupun aku menghendaki kebaikan bagi kamu dengan nasihat itu --apabila Allah menghendaki kamu tetap dalam kesesatan dengan sebab kerusakan jiwamu yang menolak penerimaan kebenaran--.

Maka Allah Swt. adalah Tuhan kamu dan kepada-Nya kamu kembali pada hari kiamat dan Dia akan membalas kamu atas perbuatan-perbuatanmu." (Q.S. Hud: 32-34)

Keluhan kepada Allah

Setelah Nuh merasa kesal terhadap kaumnya, ia pun berlindung kepada Tuhannya memohon pertolongan atas pembangkangan kaumnya, maka ia berkata: "Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah mengajak kaumku untuk beriman kepada-Mu dan meninggalkan penyembahan berhala. Aku sangat mengharapkan keimanan, maka tidaklah kulewatkan setiap kesempatan, melainkan kuajak mereka malam dan siang. Temyata harapanku sanoat sia-sia, mereka malah makin membangkang dan durhaka.

Setiap kali kuajak mereka itu untuk menyembah-Mu supaya Engkau bisa memaafkan kesalahan-kesalahan mereka, maka mereka pun menutup telinga dengan ujung jarinya karena tidak suka mendengarkan ajakanku. Mereka sangat berlebih-lebihan dalam membangkang sampai menutup wajahnya dengan baju supaya tidak melihatku dan tidak mendengar dakwah yang kuberikan.

Demikianlah mereka itu terns menjauhi dakwahku dengan rasa sombong, dengan tidak mau mengikuti dan memenuhi ajakanku.

Wahai Tuhanku, aku telah mengajak mereka untuk menyembah-Mu berulang kali dengan berbagai cara. Kadang-kadang aku mengajak secara terang-terangan dal am kelompok-kelompok mereka, dan kadang-kadang sendirian terhadap seorang di antara mereka.

Aku berkata kepada mereka :

"Mintalah ampun kepada Tuhanmu dan bertobatlah dari kekafiran dan melakukan maksiat, sesungguhnya Dia menerima tobat hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan serta memberi ganjaran atas tobat dan istighfar-mu. Maka Dia akan menurunkan bagi kamu hujan yang deras, yang akan rnenyuburkan tanahmu sesudah kekeringan, memberi rezeki kepadamu berupa harta benda untuk kamu nikmati, dan mengaruniai anak-anak yang akan membantu kamu. Kebun-kebun yang lebat akan memberi kesejahteraan kepada hidupmu dan sungai-sungai akan menjamin pengairan bagi tanahmu. " (Q.S.Nuh: 5-12)

Dakwah Nuh tidaklah membawa pengaruh kepada kaumnya kecuali hanya sedikit sebagaimana dijelaskan oleh Al-Qur'an.

"Tidaklah beriman bersama Nuh kecuali sedikit."

Adapun sebagian besar dari mereka telah jemu dengan dakwahnya dan mendustakannya serta menganggapnya sebagai orang gila, dan mereka menimbulkan berbagai gangguan dan ancaman terhadap Nuh untuk menghalangi dakwahnya.

Allah Swt. berfirman:

"Sebelum mereka kaum Nuh telah mendustakan, yaitu mereka mendustakan hamba Kami (Nuh) seraya berkata: la orang gila, dan is pun dibentak (supaya menghentikan dakwahnya)." (Q.S. Al-Qamar: 9)

Sebagaimana mereka mengancamnya dengan rajam:

"Mereka berkata: Apabila engkau tidak berhenti, hai Nuh, niscaya engkau akan dirajam."

Akan tetapi Nuh tidak peduli dengan ancaman tersebut dan ia meneruskan dakwahnya pantang mundur sambil bertawakal kepada Allah Sort.

Kutukan Terhadap Orang-orang yang Mendustakan

Setelah mencurahkan segala tenaga untuk memberi hidayah kepada kaumnya don setelah tertutup segala jalan untuk memperbaiki mereka, maka pada waktu itu is pun berlindung kepada Tuhannya dengan mengeluh atas prilaku kaumnya.

Allah Swt. berfirman:

"Nuh berkata: Wahai Tuhanku, sesungguhnya kaumku mendustakan aku. Maka berilah aku jalan keluar antara aku dan mereka, don selamatkanlah aku dan orang-orang yang bersamaku, yaltu orang-orang yang beriman." (Q.S. As-Syu'ara:117-118)

Sebagaimana ia mendoakan atas kaumnya agar binasa:

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَقَالَ نُوحٌ رَّبِّ لَا تَذَرْ عَلَى الْأَرْضِ مِنَ الْكٰفِرِينَ دَيَّارًا

"Dan Nuh berkata, Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi."

(QS. Nuh 71: Ayat 26)

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

إِنَّكَ إِنْ تَذَرْهُمْ يُضِلُّوا عِبَادَكَ وَلَا يَلِدُوٓا إِلَّا فَاجِرًا كَفَّارًا

"Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka hanya akan melahirkan anak-anak yang jahat dan tidak tahu bersyukur."

(QS. Nuh 71: Ayat 27)

Nuh berdoa kepada Tuhannya agar tidak membiarkan di atas bumi ini seorang pun dari orang-orang kafir itu, karena jika Allah Swt. membiarkan orang-orang kafir itu terus menerus dalam kesesatan mereka, maka mereka akan menyesatkan orang lain dari kebenaran dan menyebarkan dosa-dosa mereka kepada anak cucu mereka dengan warisan, maka tidaklah mereka meninggalkan keturunan, kecuali orang-orang yang serupa dengan mereka dalam kekafiran dan perbuatan dosa.

Pembuatan Kapal Keselamatan

Allah memngabulkan doa Nub dan sebelumnya membinasakan kaumnya yang mendustakannya. Allah Swt. menyiapkan baginya dan kaum yang beriman kepada risalah-Nya alat-alat untuk menyelamaikan diri. 

Maka Allah Swt. mewahyukan kepadanya, bahwa tidak seorang pun akan beriman kecuali siapa-siapa yang mengikutinya dan menyuruhnya agar tidak merasa sedih dengan sebab pendustaan orang-orang kafir terhadapnya, karena Allah akan menenggelamkan mereka semua.

Allah menyuruh Nuh membuat kapal keselamatan dan memberitahukan kepadanya, bahwa Allah akan mengawasi dan memeliharanya serta melarangnya mendoakan orang-orang kafir dengan keselamatan setelah mereka tetap berada dalam kekafiran mereka, karena Allah telah memutuskan akan menenggelamkan mereka.

Nuh mulai membuat kapal dan ia pun ikut bekerja sebagai tukang kayu, sehingga. diejek oleh orang-orang kafir lantaran pekerjaannya itu.

Menghadapi ejekan mereka ini Nuh berkata:

"Jika sekarang kamu mengejek saya dan orang-orang beriman yang bersamaku, maka sebentar lagi kami akan rnengejek kalian, karena aku tahu siksaan dan kebinasaan yang bakal menimpa kalian, sehingga kalian tahu siapa yang akan ditimpa siksaan yang menghinakannya di dunia, sebagaimana siksaan yang kekal akan menimpanya di akhirat." (Q.S. Hud: 36-39) 

Permulaan Air Bah

Nabi Null as. menyelesaikan pembuatan kapalnya dan tampak tanda-tanda permulaan' siksaan, yaitu memancarnya air dari bumi. Maka Allah menyuruh Nabi Nuh mengumpulkan setiap jenis hewan yang hidup sepasang-sepasang, jantan dan betina untuk dbawa bersamanya di dalam kapal supaya tetap hidup setelah musnahnya makhluk hidup dan bisa berkembang biak kembali di bumi.

Demikian Allah menyuruh Nuh membawanya di dalam kapal keluarga dan pars kerabatnya dengan perkecualian dua orang antara mereka, lantaran kafir kepada Allah. Mereka adalah salah seorang istri dan anaknya.

Nuh menyiapkan kapalnya dan berkata kepada orang-orang yang beriman:

"Naiklah di dalamnya dengan menyebut nama Allah Ta'ala di waktu berlayar dan berlabuh, karena kapal itu bukanlah sebab terjadinya keselamatan, akan tetapi wajiblah atas mereka menuju kepada Allah, karena Dialah yang menjalankan dan menghentikan kapal itu."

Juga Nabi Nub as. mengingatkan mereka, bahwa Allah Maha Luas ampunan-Nya dan Maha Penyayang terhadap hamba-hamba-Nya yang beriman, sehingga mereka diselamatkan dari kebinasaan. Kemudian berjalanlah kapal itu setelah air meluap di tengah-tengah gelombang besar yang tingginya bagaikan gunung.

Al-Qur'an mengabarkan kepada kita bahwa Nuh berdoa kepada Tuhannya agar membalas kaumnya, sehingga Allah menjawab doanya lalu menurunkan hujan yang deras dari langit yang tidak pernah dialami oleh bumi sebelumnya, dan menyuruh bumi supaya memancarkan air dari segenap penjurunya.

Maka berkumpullah air dari langit dan bumi, sehingga timbul air bah yang hebat yang ditakdirkan Allah dengan doa nabi-Nya untuk membinasakan orang-orang kafir, sambil menyiapkan jalan keselamatan bagi Nuh dan orang-orang yang beriman bersamanya di atas kapal yang berjalan dengan perlindungan Allah dan pemeliharaan-Nya.

Tenggelamnya Putra Nabi Nub As.

Nuh teringat akan putranya. Sebagai seorang bapak yang sayang kepada anaknya, Nuh memanggilnya untuk naik ke atas kapal bersama keluarganya yang lain, sedangkan putranya itu tetap dalam kekafiran.

Maka Nuh berkata:

"Hai anakku, naiklah engkau bersama kami supaya engkau selamat dari kehanyutan dan janganlah engkau masuk ke dalam golongan orang-orang kafir yang mengingkari agama Allah."

Akan tetapi putranya tidak menjawab seruan Allah dan tetap durhaka dan menduga bahwa apa yang terjadi itu peristiwa-peristiwa alam biasa dan berharap akan bisa selamat tanpa naik ke atas kapal.

Maka ia pun berkata kepada ayahnya: "Aku akan berlindung ke gunung yang tidak bisa dicapai oleh air, sehingga aku tidak tenggelam."

Ayahnya menjawab:

"Tidak ada satu kekuatan pun yang sanggup mencegah tenggelamnya seseorang yang telah ditakdirkan Allah bahwa ia Bakal tenggelam sebagai balasan bagi orang-orang kafir."

Putranya tetap menolak dan menyangka bahwa usahanya untuk mencapai puncak gunung bisa menyelamatkannya dari tenggelam, akan tetapi kekuatan air dan tingginya gelombang telah menghanyutkan putra yang sesat dan kafir itu.

Nabi Nuh Memohon Keselamatan Putranya

Timbul rasa kasihan dalam hati Nuh terhadap putranya, maka ia pun memohon kepada Tuhannya dengan khusyuk agar sudi menyelamatkan putranya. Bukankah Tuhannya telah berjanji sebeiumnya akan menyelamatkannya bersama keluarganya?

Sedangkan putranya adalah termasuk keluarganya dan Allah selalu menepati janji-Nya dan Dia adalah hakim Yang Maha Adil.

Maka Allah menjawab permohonan Nuh, bahwa putranya yang kafir itu bukanlah termasuk keluarganya yang dijanjikan diselamatkan. Karena ia tidak beriman dan tetap dalam kekafiran. Dan ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak baik, Allah melarang Nuh untuk memohon sesuatu, kecuali bilamana is merasa yakin bahwa hal itu benar dan tepat, sebagaimana Allah melarang agar tidak masuk dalam golongan orang-orang yang berbuat aniaya dan memohon keringanan bagi hukuman Allah, sekalipun yang berbuat itu putranya dan beranggapan bahwa kasih sayang bapak dapat mengalahkan hukum Allah.

Nuh menyesal atas perkataannya dan mengakui kesalahannya seraya berkata:

"Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu wahai Tuhanku agar tidak memohon kepada-Mu sejak sekarang apa yang tidak Engkau ridai, dan jika Engkau tidak mengaruniai aku dengan ampunan-Mu dan menyayangi aku dengan keutamaan-Mu, niscaya aku termasuk orang-orang yang merugi."

Berhentinya Air Bah

Ketika orang-orang kafir itu binasa lantaran air bah, Allah menyuruh bumi untuk menghisap aimya dan menyuruh langit untuk berhenti menurunkan hujan. Maka surutlah air dari bumi setelah Allah memutuskan kebinasaan bagi orang-orang yang berbuat aniaya. dan kapalnya terdampar di gunung Juudy.

Ketika itu diserukan kepada orang-orang kafir yang binasa dengan kekuasaan Ilahi:

"Jauhlah orang-orang yang berbuat aniaya ini dari rahmat Allah dan ampunan-Nya." (Q.S. Hud: 44)

Turun dari Kapal

Setelah kapal terdampar dan bumi menelan air bah, Allah menyuruh Nuh turun dari kapal ke bumi. Maka turunlah is ke bumi Maushil dengan diliputi oleh berkah dari Allah bersama orang-or-ang yang beriman dan anak cucunya yang bakal menjadi orang-orang beriman.

Sebagian mereka akan menjadi umat yang akan menikmati dunia dan kebaikan-kebaikannya. akan tetapi mereka tidak akan mendapat berkah Allah. karena mereka akan menyeleweng dari jalan kebenaran dan disesatkan oleh setan, hingga menyebabkan mereka ditimpa siksaan Allah dunia dan akhirat.

Allah Swt. berfirman:

"Dikatakan kepada Nuh: Hai Nuh, turunlah dengan keselamatan dari Kami dan berkah atasmu dan umat-umat yang bersamamu dan umat-umat yang akan Kami beri kenikmatan kepada mereka, kernudian mereka itu akan ditimpa siksa yang pedih dari Kami." (Q.S.Hud: 48)

2. Kisah Nabi Ibrahim As Singkat

Nabi Ibrahim as. adalah salah seorang nabi yang termasuk ulul azmi.

Ibrahim mempunyai kedudukan besar di kalangan para pemeld agama-agama Yahudi, Masehi dan Islam. Beliau dilahirkan dana besarkan di negeri Babilon (Iraq). Nabi Ibrahim as mempunyai ayah bernama Azar yang kafir, sedang ibunya adalah orang yang beriman secara diam-diam. (Menurut riwayat lain Azar bukanlah ayah Ibrahim, melainkan seorang yang dianggap ayah oleh Ibrahim)

Ibrahim dilahirkan dalam masa pemerintahan Raja Namrud yang perkasa. la seorang penyembah berhala dan mengaku Tuhan, maka orang yang menyembahnya lantaran takut kepadanya. Ketika Ibrahim menginjak dewasa ia pun mengejutkan bapaknya denganperkatannya:

"Apakah engkau menjadikan berhala-berhala itu sebagai Tuhan? Sesungguhnya aku melihatmu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata."

Kemudian Ibrahim berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah Tuhanmu."

Ketika Namrud mendengar hal itu, ia pun menghadirkan Ibrahim dan berkata kepadanya: "Akulah yang menciptakanmu dan memberi rezeki kepadamu."

Ibrahim menjawab: "Engkau berdusta, Tuhankulah yang menciptakan aku lalu memberi petunjuk kepadaku dan memberi makan serta memberi minum aku, dan apabila aku sakit Dialah yang menyembuhkan dan mematikan aku, kemudian menghidupkan aku dan yang kuharapkan untuk mengampuni dosaku pada hari kiamat." Ketika itu Namrud dan orang-orang yang bersamanya tercengang lantaran kagum atas kefasihan lidahnya, kemudian Namrud menoleh kepada Azar dan berkata: "Ambillah anakmu dan peringatkanlah dia dengan kekuatanku."

Kemudian bapaknya mengambilnya dan memperingatkannya Maka berkatalah Ibrahim kepadanya:

"Hai Bapakku, mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak bisa mendengar dan tidak bisa melihat serta tidak bermanfaat sedikit pun bagimu?"

Maka bapaknya memarahi dan mencelanya.

Kemudian Ibrahim mendatangi berhala-berhala yang semuanya berjumlah 73 berhala, lalu memecahkannya dengan kapak dan tidak mengganggu berhala yang paling besar, akan tetapi ia menggantungkan kapak itu di kepalanya lalu ia pergi.

Tatkala orang-orang datang ke situ, mereka pun mendapatinya dalam keadaan porak poranda. Mereka menduga bahwa pelakunya tidak lain adalah Ibrahim.

Mereka memberitahu Namrud yang sebelumnya mengaku Tuhan dan gemar menyembah berhala Maka ia pun menyuruh meng hadirkan Ibrahim. Ketika ia hadir di hadapan Namrud, berkatalah Namrud dan kaumnya kepadanya: "Engkaukah yang telah melakukan hal ini terhadap Tuhan-Tuhan kami, hai Ibrahim?" Ibrahim menjawab: "Bukan, akan tetapi berhala yang terbesar di antara mereka inilah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada mereka, jika mereka bisa berbicara."

Tatkala ia memperhatikan bahwa mereka telah diliputi kebodohan, Ibrahim berkata: "Celakalah kalian dan berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah, tidakkah kalian berpikir?" 

Ketika mereka mendengar itu, tahulah mereka bahwa pelakunya adalah Ibrahim. Mereka berkata: "Bakarlah dia dan tolonglah Tuhan. Tuhan kamu, jika kamu betul-betul menolong Tuhanmu." Maka mereka pun mengumpulkan kayu selama 3 bulan sehingga menum puk seperti gunung, lalu mereka nyalahkan api di situ dan berko barlah apinya, sehingga panasnya memenuhi udara dan meliput segenap penjuru.

Mereka membuat Manjaniq (semacam meriam) dan meletakan Ibrahim di dalamnya lalu melontarkannya ke dalam api. Ternyata api itu menjadi dingin dan menimbulkan keselamatan atas Ibrahim Kemudian memancarlah di dekatnya sebuah mata air dan tumbuh di sampingnya pohon delima.

Jibril datang kepada Ibrahim memberikan kenikmatan dan api itu tidak menimbulkan bekas apa-apa di tubuhnya.

Maka banyak orang yang beriman kepadanya.

Ketika Namrud mengetahui hal itu, ia pun berkata: "Hai Ibrahim, keluarlah dari negeri kami."

Hijrah Ibrahim ke Mesir

Ibrahim menetap untuk sementara waktu di kota Harran dengan putri pamannya Sarah, akan tetapi ia tidak merasa senang di kota ini, karena penduduknya tidak memenuhi ajakannya dengan perkecualian Luth dan beberapa gelintir pengikutnya.

Maka ia pun memutuskan untuk meninggalkan kota itu, Al-Qur'an mengisyaratkan kepada peristiwa itu dengan firman Allah Swt.:

"Maka berimanlah kepada Luth dan ia berkata: Sesungguhnya aku akan berhijrah kepada Tuhanku, sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Bijaksana." 

Sebab dari hijrah ini terjadi permusuhan yang hebat antara Ibrahim dan orang-orang yang beriman dengan para penyembah berhala yang menolak untuk mengikuti ajarannya supaya beriman kepada Allah.

Ibrahim dan para pengikutnya berangkat menuju ke Syam yang dulunya bernama Kana'an. Maka tinggallah ia di situ selama waktu yang singkat.

Kemudian negeri Syam ditimpa bencana hebat yang mengancamnya berupa kelaparan, maka penghuninya banyak yang pindah mencari rezeki atau mencari ke tempat lain, termasuk Ibrahim pergi menuju Mesir.

3. kisah nabi Musa as

Allah mengutus Musa dan saudaranya Harun kepada Fir'aun dan pembesar-pembesarnya, karena ia seorang yang sombong dan mengaku Tuhan, serta disembah oleh orang-orang lantaran takut kepadanya.

Kemudian Fir'aun mendengar adanya seorang perempuan cantik bernama Asiyah, maka ia pun mengawininya, sedang ia seorang yang beriman kepada Allah dengan sembunyi sembunyi.

Tatkala Fir'aun hendak menggaulinya, seluruh tubuhnya menjadi kaku, sehingga ia tidak bisa mendekatinya dan hanya memandangnya.

Pada suatu hari Fir'aun bermimpi, lalu ia bertanya kepada ahli ahli sihir tentang tafsirnya, maka mereka berkata kepadanya: Sesungguhnya akan dilahirkan dalam kerajaanmu seorang anak laki laki yang menjadi sebab bagi kebinasaanmu dan kebinasaan kaummu.

Maka Fir'aun memerintahkan untuk membunuh setiap anak lelaki yang dilahirkan. Imran adalah salah seorang menterinya.

Ketika istrinya melahirkan Musa, tidak seorang pun yang menyadari bahwa ia hamil hingga melahirkan. Maka Allah mewahyukan kepadanya agar ia membuangnya ke sungai Nil. Ibu Musa membuat sebuah peti dan meletakkan Musa di dalamnya sambil menangis, terutama karena ayahnya telah meninggal pada waktu itu. Ibu Musa berkata kepada saudara perempuannya: "Lihatlah kepadanya dari jauh."

Ibu Musa membuangnya ke sungai, sehingga ia terombang ambing dipermainkan ombak dan terdampar di istana Fir'aun.

Putri Fir'aun menemukan peti tersebut dan ia adalah seorang yang berpenyakit belang. Ketika ia menyentuh Musa, penyakitnya pun sembuh. Kemudian ia membawanya kepada Asiyah dan memberitahu dia apa yang terjadi. Asiyah berkata kepada Fir'aun: 

"Jangan bunuh dia, biarkan dia kita didik." Fir'aun setuju dan menyuruh mendatangkan perempuan-perempuan yang menyusui Setelah mereka datang, ternyata Musa tidak mau menyusu kepada seorang pun di antara mereka.

Maka berkatalah saudara perempuan ibu Musa kepada mereka "Maukah kutunjukkan kepada kalian suatu keluarga yang sanggup memeliharanya bagimu?"

Mereka menjawab: "Baiklah."

Kemudian datang kepada ibunya dan menyusui sampai sempurna masa penyusuannya. Mereka pun memberi imbalan yang cukup kepadanya, lalu pergilah ibunya meninggalkannya.

Ketika umur Musa mencapai 40 tahun, ia pun mulai menyuruh orang-orang untuk menyembah Allah.

Tatkala ia sedang berada di jalanan, tiba-tiba ia melihat dua orang laki-laki sedang berkelahi, yang satu seorang Qibti dan yang kedua seorang Israel dari keturunan Ya'qub.

Orang Israel meminta tolong kepada Musa, kemudian Musa datang dan meninju di dadanya, maka jatuhlah orang itu dan mati. Musa menyesal dan memohon ampun kepada Allah dan Allah pun mengampuninya. Pada hari kedua orang Israel berkelahi dengan orang Qibti lain, maka orang Israel itu meminta tolong kepada Musa, namun Musa tidak mau menolongnya.

Ketika Fir'aun mengetahui apa yang terjadi pada diri Musa, ia pun berkata: "Barangsiapa melihatnya, hendaklah ia membunuhnya." Maka keluarlah Musa dari Mesir lantaran takut, hingga ia tiba di negeri Madyan. Di situ ia mendapati sebuah sumur dan manusia penuh sesak di sekitarnya menunggu air untuk memberi minum kambing-kambing mereka. Musa mendapati di antara mereka dua orang perempuan yang terhalang untuk mendapatkan air bagi kambing-kambing mereka, sampai manusia-manusia itu bubar.

Musa berkata kepada dua perempuan itu: "Jangan kuatir." Kemudian diambilnya kambing mereka dan diberinya minum. Ketika keduanya pulang kepada ayah mereka Syuaib, mereka memberitahukan kepadanya tentang apa yang dilakukan Musa.

Berkata ayah mereka kepada salah satu di antara keduanya:

"Pergilah dan bawalah dia kepadaku." Kemudian pergilah putrinya kepada Musa, dengan malu-malu ia berkata kepada Musa : "Sesungguhnya ayahku memanggilmu untuk memberimu upah atas perbuatanmu mengambilkan air bagi kami." Ketika Musa masuk menemui Syuaib dan menceritakan kisah kepadanya, berkatalah Syuaib kepadanya: "Jangan takut." Kemudian Syuaib mengawinkannya dengan salah seorang putrinya dengan syarat ia mengembalakan kambing baginya sepuluh tahun.

Maka Musa pun menerimanya dan mulailah ia menggembala kambing hingga berakhir masanya. Musa pun minta izin kepada Syuaib untuk kembali ke Mesir dan Syuaib pun mengizinkankannya. la pun pergi membawa istri dan anaknya serta kambing-kambingnya hingga tiba di gunung Thur. Maka berbicaralah Tuhannya kepadanya dengan firman-Nya: "Sesungguhnya Aku adalah Tuhanmu. Pergilah kepada Fir'aun, sesungguhnya ia adalah seorang yang berbuat aniaya."

Musa memohon kepada Tuhannya supaya mengutus saudaranya Harun bersamanya. Allah mengabulkan permohonannya. Pada waktu itu Harun adalah seorang menteri di kerajaan Fir'aun. Maka Allah mewahyukan kepadanya: "Sambutlah saudaramu, ia sedang bertolak menuju Mesir."

la pun pergi menyambut Musa. Musa mengabarkan kepadanya bahwa ia ikut bersamanya melaksanakan tugas dari Allah. Keduanya pergi kepada ibu mereka dan sesudah itu pergi menjumpai Fir'aun dan berkata kepadanya: "Katankanlah: Tiada Tuhan selain Allah dan bertobatlah dari perbuatanmu yang sekarang."

Fir'aun berkata: "Jika engkau seorang nabi, berilah suatu tanda." Maka Musa pun melemparkan tongkatnya dan berubahlah tongkat itu menjadi ular. Kemudian mengeluarkan tangannya dari sakunya, maka timbullah cahaya seperti sinar matahari dan mukjizat-mukjizat lain seperti air bah, belalang, kutu, katak, dan darah sehingga mereka melihat semua ini dalam makanan dan minuman mereka. Fir'aun dan kaumnya berkata: "Sesungguhnya ini adalah seorang tukang sihir." Maka Fir'aun mendatangkan tukang-tukang sihir dan berkata kepada mereka: "Keluarkanlah kepandaian sihir kalian untuk menghadapi Musa." Mereka pun melakukannya, lalu Musa melemparkan tongkatnya dan berubahlah tongkat itu menjadi ular besar dan menelan semua yang mereka buat. Oleh karena itu berimanlah semua tukang sihir itu dan rebahkan mereka bersujud kepada Allah.

Maka Fir'aun memerintahkan untuk memotong tangan-tangan dan kaki-kaki mereka dan menyalib mereka di batang pohon kurma. Mereka pun menerima dengan sabar dan tetap beriman.

jumlahnya ada 70 orang. Kemudian pergilah Musa bersama pengikut-pengikutnya, maka, dikejarlah mereka olah Fir'aun dan tentaranya untuk membinasakan mereka hingga tiba di laut.

Maka Musa memukulkan tongkatnya ke laut dan terbelahlah laut itu menjdi 12 jalan sehingga keringlah airnya, lalu masuklah Musa dan kaumnya, kemudian menyusul di belakangnya Fir'aun dan pasukannya

Allah menyelamatakan Musa dan para pengikutnya, sedangkan laut tertutup di atas Fir'aun dan pasukannya sehingga terbenamlah mereka semuanya.

Ternyata mayat Fir'aun tetap utuh sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an. Ini telah dibuktikan dengan di temukannya mummi Firaun (Pharaoh) di Mesir pada abad ke 20 sesudah masehi.  

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ ءَايَةً   ۚ وَإِنَّ كَثِيرًا مِّنَ النَّاسِ عَنْ ءَايٰتِنَا لَغٰفِلُونَ

"Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu agar engkau dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) Kami."

(QS. Yunus 10: Ayat 92)


Karunia Allah atas Bani Israel

Bani Israel mengikuti perjalanan mereka dan tibalah mereka di tepi sebelah timur, ternyata mereka tidak mendapatkan air untuk minum mereka dan hewan-hewan ternak mereka

Maka mereka pun mengadukan urusan mereka kepada Musa sambil menggerutu dan minta air darinya, sehingga Allah menyuruhnya memukul batu dengan tongkatnya.

Ketika musa memukulnya, memancarlah dari situ 12 mata air, masing-masing suku dari mereka memiliki mata air yang bisa mengenyangkan mereka.

Tatkala mereka tiba di dataran semenanjung Sinai, matahari sangat terik, tidak ada rumah untuk dihuni dan tidak ada pohon untuk berteduh di bawahnya. Mereka mengeluh kepada Musa atas kepayahan yang mereka alami, maka Musa berdoa kepada Tuhan nya, sehingga Allah menggiring awan yang melindungi mereka dari panas matahari.

Tatkala bekal mereka hampir habis, Musa memohon kepada Tuhannya sekali lagi untuk memberi mereka makanan, maka Allah menurunkan kepada mereka Manna dan Salwa.

Manna adalah makanan yang turun dari udara seperti turunnya embun, turun di atas batu dan daun pohon, rasanya manis seperti madu. Sedangkan Salwa adalah sejenis burung yang datang kepada mereka berbondong-bondong, susul menyusul, hampir menutupi bumi lantaran banyaknya.

Setelah Allah mengaruniai mereka dengan kenikmatan kenikmatan ini, Musa menyuruh makan dari makanan yang baik baik ini. Akan tetapi mereka mengingkari kenikmatan-kenikmatan itu dan meminta lainnya, sehingga mereka dengan demikian termasuk orang-orang yang berbuat aniaya kepada mereka sendiri. (Q.S. Al-A'raf: 160)

Janji Allah kepada Musa

Musa mengabarkan kepada kaumnya Bani Israel di Mesir, bahwa Allah akan membinasakan Fir'aun dan akan menurunkan sebuah Kitab kepada mereka dari sisi-Nya, yang berisi perintah-perintah dan larangan-larangan yang patut mereka taati.

Ketika Allah membinasakan Fir'aun, Musa menanyakan Kitab tersebut kepada Tuhannya, maka Allah menyuruhnya menuju lereng gunung Thur Al-Aiman dan tinggal di situ selama 30 hari, berpuasa dan beribadah kepada Allah.

Setelah Musa menyelesaikan 30 hari, Allah menyuruh memulai puasa sepuluh hari lagi untuk melengkapi ibadahnya. Dan sebelum Musa pergi untuk berbicara dengan Tuhannya, ia telah berpesan kepada Harun seraya berkata: "Jadilah engkau sebagai wakilku dalam kaumku dan baikkanlah urusan mereka serta janganlah mengikuti jalan orang-orang yang berbuat kerusakan".

Setelah genap 40 hari, Tuhannya berbicara kepadanya dengan Kalam-Nya yang azali, sehinggga ia pun memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh manusia.

Pada waktu itu ia merasakan kerinduan yang sangat kepada Tuhannya dan mengharapkan bisa melihat-Nya.

Maka Allah berkata kepadanya: "Engkau tidak akan dapat melihat-Ku." Kemudian Allah ingin memberitahukan kepadanya, bahwa sesungguhnya ia telah meminta sesuatu yang besar dan tidak bisa ditanggung oleh gunung-gunung. Kemudian Allah berfirman kepadanya: "Engkau tidak bisa tahan melakukan hal itu, akan tetapi Aku akan menjelma kepada gunung yang lebih kuat dan lebih hebat darimu, jika ia tetap dan bisa bersabar untuk melihat-Ku dan kehebatan-Ku, maka bisalah engkau melihat Ku."

Ketika Allah menjelma kepada gunung itu, maka gunung itu pun menjadi rata dengan tanah, dan pingsanlah Musa lantaran kengerian yang dilihatnya.

Ketika ia sadar dari pingsannya, ia berkata: "Aku sucikan Engkau, wahai Tuhanku, dengan penyucian yang layak dengan kemuliaan Mu dan aku bertobat kepada-Mu. Akulah orang pertama beriman di zamanku kepada kebesaran-Mu."

Maka Allah berfirman kepadanya, bahwa la telah memilihnya untuk menyampaikan risalah-Nya (kitab-kitab Taurat) kepada manusia, yang meliputi nasihat-nasihat dan hukum-hukum bagi Bani Israel.

Maka kembalilah Musa kepada mereka dalam keadaan sangat marah dan bersedih. la berkata kepada mereka: "Tidakkah Tuhan kalian telah berjanji kepadanya, agar membimbing kaumnya kepada tuntunan yang paling utama."

Apabila ada 2 pilihan yang salah satunya bisa mendatangkan pahala yang lebih besar, maka hendaklah mereka mengambil yang lebih utama. Kemudian Allah memperingatkan Bani Israel agar tidak durhaka kepadan-Nya, supaya la tidak menimpakan siksaan-Nya kepada mereka, sebagaimana telah ditimpakan kepada orang orang lain yang fasiq. (Q.S. Al-A'raf: 142-145)

Bani Israel Menyembah Anak Sapi

Telah kami sebutkan sebelumnya, bahwa penyembahan berhala telah berakar pengaruh-pengaruhnya di hati Bani Israel, karena pergaulan mereka dengan orang-orang Mesir. Di antara perbuatan mereka adalah menyembah anak sapi.

Sebelum itu anak-anak sapi dijadikan Tuhan. Jika ada orang mati di Mesir, mereka membalsam dan menguburnya di kuburan khusus di daerah Saqarah yang bernama Serabium. Perbuatan ini dimanfaatkan oleh seorang lelaki dari Bani Israel yang dinamakan Samiriy oleh Al-Qur'an

Maka datanglah ia kepada mereka membawa seekor anak sapi dan berkata kepada mereka: "Ini adalah Tuhan kamu dan Tuhan Musa yang telah dilupakannya, sedangkan ia telah pergi untuk menemuinya dalam kepergiannya yang lama ini."

Sebelum kepergiannya untuk berbicara dengan Tuhannya, Musa telah berjanji kepada kaumnya bahwa ia akan meninggalkan mereka tidak lebih dari tiga puluh hari. 

Ketika Allah menyuruhnya menambah puasanya sepuluh hari sehingga bertambah lama kepergiannya dari kaumnya, maka mereka menganggapnya terlambat

Mereka berkata: "Sesungguhnya Musa telah mengingkari janjinya.

Ketika itu timbul pikiran jahat dalam jiwa Samiriy, lalu ia pun memanfaatkannya sebagai kesempatan dengan mengambil perhiasan dari Bani Israel yang telah di bawa oleh perempuan perempuan mereka dari Mesir. Perhiasan berupa emas itu kemudian diolah dengan tehnik khusus yang membuat angin bisa masuk dengan menimbulkan suara-suara dari mulutnya, seperti suara sapi. kemudian Samiriy menyuruh mereka menyembahnya.

Harun berbicara dan memahamkan mereka, bahwa mereka itu difitnah dan ia berusaha mengembalikan mereka dari penyembahan anak sapi, namun tidak berhasil dan teruslah mereka itu menyembahnya, sampai Musa kembali kepada mereka.

Ketika Musa berbicara dengan Tuhannya, ia diberitahu bahwa Samiriy telah mencelakakan dan menyesatkan mereka dalam agama mereka. Musa berkata: "Allah telah memberikan Taurat yang berisi petunjuk dan cahaya (kebenaran), dan la telah menepati janji-Nya? Ataukah kalian hendak melakukan perbuatan buruk yang menimbulkan kemarahan Tuhanmu, sehingga kalian mengingkari apa yang telah kalian janjikan kepada kami berupa ketetapan iman?"

Mereka menjawab: "Kami tidak mengingkari janji kami kepadamu dengan pilihan dan kemauan kami, akan tetapi Samiriy telah menyesatkan dan mengungguli pendapat kami."

Samiriy berkata kepada kami: "Sesungguhnya emas yang kami miliki dan kami ambil dari orang-orang Mesir telah membuat marah Tuhan kita, dan itu merupakan dosa-dosa yang kita pikul karena menunda kepulanganmu kepada kami. Jalan keluarnya adalah dengan melemparnya ke dalam api untuk menyenangkan Tuhan kita, supaya engkau kembali kepada kami.

Maka kami percaya kepadanya, kemudian melemparkan perhiasan-perhiasan yang ada dan mengeluarkan perhiasan itu dalam bentuk patung anak lembu. Selanjutnya Samiriy berkata kepada kami: "Ini adalah Tuhan kamu yang patut kamu sembah, dan ia adalah Tuhan Musa yang dilalaikannya dan dicarinya di Thur." Alangkah dungunya akal kaum ini, tidakkah mereka lihat bahwa patung ini tidak bisa memberi manfaat dan bahaya, serta tidak dapat menjawab omongan mereka, karena ia adalah benda mati yang bisu?

Musa menemui saudaranya Harun dan menegurnya dengan keras seraya menarik janggut dan rambut kepalanya: "Apakah yang menghalangimu ketika engkau melihat kaummu dalam keadaan terfitnah dan menyembah anak sapi untuk mengikuti aku dan pergi kepadaku mengabarkan keadaan mereka?"

Harun menjawab: "Aku kuatir engkau menyangkaku menceraikan antara sesama Bani Israel, sehingga aku biarkan segolongan mengikutimu dan segolongan mengikuti Samiriy, dan aku kuatir engkau akan berkata kepadaku: 'Sesungguhnya aku telah meninggalkan mereka sedang engkau telah menyuruhku tinggal bersama mereka', maka aku tunggu sampai engkau kembali."

Kemudian Musa mendatangi Samiriy dan mengecamnya dengan keras, karena dialah yang menyebabkan kesesatan mereka.

Maka Samiriy menjawab: "aku mengetahui apa yang tidak diketahui seorang pun, bahwa engkau tidak berada dalam kebenaran, sedangkan aku telah mengikuti dan menganut sedikit ajaranmu, kemudian aku kembali menyembah anak sapi. Demikian kata hatiku dan itulah yang baik baginya, maka aku pun melakukannya. "

Ketika itu berkatalah Musa kepadanya: "Pergilah! sesungguhnya Allah akan menghukummu dengan perkataanmu selama hidupmu: "Tiada sentuhan." la selalu merasa sakit hati bila disentuh oleh siapa pun.

Maka bila ia menemui seseorang dan takut disentuh, ia pun berkata: "Tiada sentuhan." Kemudian pergilah Musa mengambil anak lembu itu dan membakarnya, kemudian membuang abunya ke laut.

Bani Israel menyesal atas dosa mereka dan meminta ampun kepada Tuhan mereka, maka Allah mewahyukan kepada Musa bahwa tobat mereka adalah dengan membunuh diri mereka,

maksudnya dengan mengendalikan hawa nafsu mereka dan membersihkan dari kejahatan-kejahatan dan dosa-dosa, sehingga dengan begitu maka Allah akan menerima tobat mereka.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَإِذْ قَالَ مُوسٰى لِقَوْمِهِۦ يٰقَوْمِ إِنَّكُمْ ظَلَمْتُمْ أَنْفُسَكُمْ بِاتِّخَاذِكُمُ الْعِجْلَ فَتُوبُوٓا إِلٰى بَارِئِكُمْ فَاقْتُلُوٓا أَنْفُسَكُمْ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ عِنْدَ بَارِئِكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ   ۚ إِنَّهُۥ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

"Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, "Wahai kaumku! Kamu benar-benar telah menzalimi dirimu sendiri dengan menjadikan (patung) anak sapi (sebagai sesembahan), karena itu bertobatlah kepada Penciptamu dan bunuhlah dirimu. Itu lebih baik bagimu di sisi Penciptamu. Dia akan menerima tobatmu. Sungguh, Dia-lah Yang Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang.""

(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 54) 


Hukuman dan Maaf Bagi Bani Israel

Bani Israel melihat bahwa mereka telah berbuat aniaya kepada diri mereka dan berbuat dosa besar dengan menyembah anak sapi. Maka Musa memilih 70 orang lelaki untuk pergi ke gunung Thur -- tempat di mana ia biasanya menerima wahyu-- untuk menyatakan ketaatan kepada Allah dan penyesalan atas dosa yang telah mereka perbuat

Di situ Allah berbicara kepada Musa, akan tetapi sekelompok dari mereka tidak percaya, bahwa Allah yang berbicara kepada Musa. Mereka tetap membangkang dan durhaka kemudian berkata kepadanya: "Kami tidak percaya kepadamu sampai kami bisa melihat Allah secara langsung dengan mata kami, tanpa tabir yang menutupinya." 

Lantaran permintaan itu, mereka ditimpa petir, sehingga mereka pun berguguran di bumi. Kemudian Allah membangkitkan mereka dari kematian setelah Musa berdoa dan meminta ampun atas perbuatan orang-orang yang bodoh di antara mereka, juga mohon supaya jangan menghukum semua orang lantaran perbuatan sebagian dari mereka.

Maka Allah mengampuni dosa mereka dan menghidupkan mereka kembali, kemudian Musa memohon rahmat dan ampunan bagi kaumnya. Tuhannya memberitahukan, bahwa hal itu kembali kepada kehendak-Nya, sebagaimana Allah memberitahukan bahwa Dia menetapkan rahmat-Nya bagi orang-orang yang bertakwa, mengeluarkan zakat dan beriman kepada ayat-ayat Allah.

Penolakan Bani Israel untuk Memasuki Tanah Suci

Allah menyuruh Musa membawa Bani Israel ke tanah suci Palestina, guna menetap di situ.

Maka berserulah Musa kepada kaumnya, mengingatkan mereka akan kenikmatan-kenikmatan yang diberikan Allah kepada mereka, dengan menjadikan nabi-nabi yang banyak dari golongan mereka untuk memberi petunjuk kepada mereka yang sesat, Di samping itu juga membebaskan mereka dari perbudakan dan memberi mereka keikmatan-kenikmatan yang banyak yang dikhususkan pada mereka di jaman itu. Oleh karena itu wajiblah mereka bersyukur kepada Allah dan menerima perintah Allah dengan penerimaan yang baik.

Sebelum Musa minta kepada kaumnya untuk memasuki tanah suci, ia mengirim perintis jalan untuk menyelidiki dan memberi kabar tentang penghuninya.

Ketika mereka kembali, mereka mengabarkan kepadanya bahwa penghuninya kuat-kuat dan kota-kotanya berbenteng, sehingga mereka takut ke sana dan tidak mematuhi perintah Musa untuk menyerang

Sebaliknya mereka berkata: "Sesungguhnya di negeri ini terdapat orang-orang yang gagah berani, kami tidak sanggup melawan mereka, dan kami tidak akan memasukinya selama mereka ada di situ.

Jika mereka telah keluar, barulah kami akan memenuhi permintaanmu dan memasukinya."

Kesesatan Bani Israel

Di antara Bani Israel ada dua orang yang bertakwa dan menasihati mereka untuk masuk dari pintu kota, supaya mereka bisa menang

Akan tetapi Bani Israel menolak nasihat itu, dan mengatakan kepada Musa dengan kalimat yang menunjukkan kehinaan pembangkangan dan sifat pengecut.

"Pergilah engkau bersama Tuhanmu dan berperanglah, sementara kami duduk di sini."

Habislah sudah upaya Musa. Akhirnya ia pun memohon kepada Tuhannya untuk memberikan keputusan-Nya, sehingga diputuskan bahwa tanah suci itu diharamkan atas Bani Israel dan mereka akan berkeliaran di padang pasir Sinai selama 40 tahun,

Pertemuan Musa dengan Orang Saleh

Musa berkhutbah kepada kaumnya untuk mengingatkan mereka agar taat kepada Allah.

Setelah selesai berkhutbah, seorang laki-laki bertanya: "Siapakah di antara orang-orang ini yang paling pandai?"

Musa menjawab: "Saya."

Maka Allah mencelanya, karena ia tidak mengatakan ilmu itu dari Allah semata-mata dan mewahyukan kepadanya: "Sesungguhnya Aku mempunyai seorang hamba di tepi laut yang lebih pandai darimu." 

Maka berkatalah Musa: "Wahai Tuhanku, bagaimana harus kuperbuat dengannya?

Allah menjawab: "Engkau ambil seekor ikan kecil dan letakan di dalam keranjang, maka di mana pun engkau kehilangan ikan itu, maka di situlah ia berada." Kemudian Musa mengambil seekor ikan, lalu pergi dengan ditemani sahayanya.

Ketika Musa dan sahayanya tiba di tempat pertemuan antara dua laut dan duduk untuk beristirahat, maka ia pun tertidur sebentar dan pada saat itulah turun hujan, sehingga ikan itu menjadi basah melompat serta meluncur ke laut.

Bangunlah Musa dari tidurnya dan menyuruh sahayanya untuk terus berjalan mencari tujuan mereka.

Ternyata sahaya itu lupa memberitahukan hilangnya ikan itu. Ketika keduanya merasa lapar, Musa menyuruhnya menyediakan makanan. Pada waktu itu sahaya teringat akan ikan yang hilang, maka ia pun memberitahukan Musa tentang kehilangannya.

Musa merasa gembira dengan apa yang didengarnya dan berkata kepada sahayanya: "Inilah yang kita cari, maka marilah kita kembali untuk mengikuti jejak hingga tiba di tempat ikan itu hilang." Belum sampai di tempat yang dituju, mereka pun mendapati orang saleh yang dijanjikan Allah kepada Musa.

Musa Menuntut Ilmu

Musa minta dari orang saleh untuk mengizinkan menemaninya, agar ia bisa mendapat tambahan ilmu darinya.

Orang saleh itu menjawab, bahwa ia tidak akan dapat bersabar atas keikutsertaannya, karena bagaimana ia bisa bersabar atas sesuatu yang lahirnya bertentangan dengan syariatnya.

Maka Musa menjawabnya seraya berkata: "Insya Allah engkau akan mendapati aku bisa bersabar atas tindakan-tindakanmu dan aku tidak menentang urusanmu."

Orang saleh itu menjawab: "Jika engkau mengikuti aku, maka aku syaratkan engkau tidak bertanya kepadaku tentang tindakan dariku, karena pada akhirnya aku akan menerangkan rahasia dan sebabnya."

Musa Menyanggah Orang Saleh

Pergilah Musa dan orang saleh itu menyusuri tepi laut. Tiba-tiba lewat di dekat mereka sebuah kapal, maka keduanya minta kepada penumpang-penumpangnya supaya mau mengangkut mereka bersama penumpang-penumpang itu.

Keduanya naik kapal itu dan ketika penumpangnya lengah, orang saleh itu melubangi dinding kapal yang terbuat dari kayu itu dengan cara sedemikian rupa, sehingga mudah diperbaiki.

Musa merasa ngeri melihat perbuatan ini dan lupa akan perjanjian yang telah disetujuinya, untuk tidak menyanggah pebuatan orang saleh itu Maka ia berkata: "Apakah engkau merusak kapal orang-orang yang telah menghormati kedatangan kita? Engkau telah melakukan sesuatu yang tercela."

Akan tetapi orang saleh itu mengingatkannya akan syarat yang berlaku antara keduanya, sehingga Musa pun menyadarinya dan minta supaya ia jangan dihukum atas kelupaannya itu. Keduanya meneruskan perjalanan dan bertemu dengan seorang anak yang sedang bermain-main bersama kawan-kawannya. Orang saleh itu memperdaya anak itu, sehingga jauh dari kawan kawannya, lalu membunuhnya. Panas hati Musa melihat perbuatan yang keji itu dan menyanggah dengan marah: "Apakah engkau membunuh jiwa yang suci bersih tanpa dosa? Engkau telah melakukan perbuatan munkar."

Orang saleh itu hanya menegur dengan berkata: "Bukankah telah kukatakan kepadamu, bahwa engkau tidak akan bisa bersabar atas apa yang engkau lihat dalam menemani aku?"

Musa menjawab dengan menyesal: "Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah ini, maka janganlah menemani aku, karena sudah cukup alasan bagiku untuk berpisah denganmu."

Kemudian keduanya meneruskan perjalanannya, hingga keduanya merasa payah dan lapar, maka masuklah keduanya ke suatu desa dan minta makanan dari penghuninya, dan minta supaya menjadikan keduanya sebagai tamu, namun mereka menolak dengan kasar

Dalam perjalanan pulang, keduanya mendapati sebuah dinding yang hampir roboh, Maka orang saleh itu memperbaikinya dan mendirikan bangunannya.

Musa tidak tahan lalu bertanya: "Apakah engkau mau membalas orang-orang yang telah mengusir kita dengan memperbaiki dinding mereka?

Andaikata engkau kehendaki, engkau bisa minta upah atas pekerjaanmu ini guna membeli makanan." Sesudah adanya sanggahan ini terjadilah perpisahan antara Musa dan orang saleh itu.

Rahasia Tindakan yang Dilakukan orang Saleh

Sebelum berpisah dengan Musa, orang saleh itu menerangkan rahasia perbuatannya seraya berkata: "Adapun kapal tersebut, itu adalah kepunyaan beberapa orang miskin yang tidak punya harta selain itu, dan aku telah mengetahui bahwa ada seorang raja yang suka merampas setiap kapal yang baik dari pemiliknya.

Maka aku ingin merusaknya sedikit supaya nantinya bisa diperbaiki bilamana raja merusaknya. Ia pun menduga kapal itu adalah kapal jelek, sehingga ia membiarkan pada pemiliknya dan selamatlah kapal itu pada mereka.

Mengenai anak kecil itu, ia adalah seorang anak yang menampakkan tanda-tanda kerusakan sejak kecil. Kedua orang tuanya adalah orang-orang yang beriman dan saleh, maka aku khawatir kesayangan orang tua terhadap anak akan membuat mereka menyeleweng dari kesalehan mereka, serta menjerumuskannya dalam kekafiran dan kesombongan. Sehingga aku pun membunuhnya untuk menenangkan kedua orang tua yang beriman ini dari anak yang jahat. Semoga diberikan ganti oleh Allah berupa anak yang lebih baik dan lebih berbakti serta lebih sayang kepada kedua orang tuanya.

Adapun dinding yang kudirikan, maka ia adalah kepunyaan dua anak yatim di kota itu, di bawahnya terdapat harta terpendam kepunyaan mereka, dan ayah mereka adalah orang yang saleh.

Maka Tuhanmu Yang Maha Pemurah ingin menjaga harta itu bagi mereka sampai mereka dewasa dan mengeluarkannya.

Apa yang kuperbuat itu bukanlah termasuk usahaku, akan tetapi la adalah wahyu dari Allah, dan inilah keterangan dari kejadian dimana engkau tidak bisa bersabar.

4. Kisah Nabi Isa As

antara kekuasaan Allah adalah menciptakan Adam tanpa bapak dan ibu, menciptakan Hawa tanpa ibu dan menciptakan Isa tanpa bapak dan ibu, serta menciptakan manusia yang lain dari bapak dan ibu

Ketika Allah Ta'ala hendak menciptakan Nabi Isa as., la mengutus malaikat Jibril dalam bentuk manusia kepada Maryam. Pada waktu itu Maryam sedang menyendiri di suatu tempat di sebelah timur rumahnya.

Tatkala melihat Jibril, ia pun memohon perlindungan kepada Allah supaya Jibril menjauh darinya. Jibril menjawab, bahwa ia adalah utusan Allah yang datang kepadanya untuk mengaruniainya seorang anak lelaki yang akan menjadi nabi, "Sesungguhnya aku adalah utusan Tuhanmu untuk mengaruniaimu seorang anak yang suci," kata Jibril. Maryam menjawab: "Bagaimana aku bisa mempunyai anak, sedang manusia tidak pernah menyentuhku dan bukanlah aku seorang yang berbuat keji."

Jibril menjawab: "Ini adalah suatu perkara yang remeh bagi Tuhan mu. Dia menghendaki hal itu agar menjadi tanda bagi manusia atas kekuasaan-Nya dan sebagai rahmat bagi siapa yang beriman kepada Nya dan la telah memutuskan untuk menjadikannya dan itu pasti terjadi."

Akhirnya Maryam pun hamil, hingga tiba waktu bersalin. la pun mendatangi sebuah pohon kurma dan melahirkan di bawahnya. Kemudian ia pergi membawa bayi Isa kepada kaumnya, maka mereka menyangka bahwa bayi itu adalah hasil hubungan gelap

Orang-orang ingin menghukum Maryam dengan merajamnya. Maka Maryam pun memberi isyarat kepada mereka untuk bertanya kepada bayinya.

Orang-orang itu berkata: "Bagaimana kami bisa berbicara dengan seorang bayi?" Ternyata bayi Isa menjawab: "Sesungguhnya aku adalah hamba Allah, Dia memberikan kepadaku Al-Kitab (Injil), menjadikan aku sebagai nabi dan memberkati aku di manapun aku berada. Serta berwasiat kepadaku agar aku mengerjakan salat, mengeluarkan zakat selama aku hidup, berbakti kepada ibuku dan tidak menjadikan aku sebagai orang sombong yang sengsara. Dan selamatlah atasku pada hari aku dilahirkan dan hari ketika aku mati serta hari aku dibangkitkan dalam keadaan hidup."

Setelah itu barulah orang-orang menyadari kesucian Maryam.

Kenabian Isa as.

Allah mengutus Isa sebagai nabi ketika ia mencapai umur 30 tahun, sesudah menerima wahyu dari Tuhanya dan mengajarinya Taurat dan Injil.  

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَيُعَلِّمُهُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَالتَّوْرٰىةَ وَالْإِنْجِيلَ

"Dan Dia (Allah) mengajarkan kepadanya ('Isa) Kitab, Hikmah, Taurat, dan Injil."

(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 48) 

Mulailah Isa menyampaikan ajarannya sebagai rasul, mengajak mereka untuk mengikutinya, dan berusaha mengembalikan bangsa Yahudi dari penyelewengan, mencegah mereka dari kesesatan, menerangkan kepada mereka apa-apa yang mereka persoalkan berupa perbuatan halal dan haram, serta menghalalkan bagi mereka sebagian yang telah diharamkan atas mereka. (Q.S. Az-Zukhruf: 63-64)

Pemberitahuan Tentang Kedatangan Muhammad Saw.

Di antara tugas Isa adalah memberitahukan tentang kedatangan utusan Allah yang datang sesudahnya bernama Ahmad, yakni Muhammad Saw.

Allah Swt berfirman, menceritakan apa yang diucapkan Isa: 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يٰبَنِىٓ إِسْرٰٓءِيلَ إِنِّى رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُّصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَىَّ مِنَ التَّوْرٰىةِ وَمُبَشِّرًۢا بِرَسُولٍ يَأْتِى مِنۢ بَعْدِى اسْمُهُۥٓ أَحْمَدُ   ۖ فَلَمَّا جَآءَهُمْ بِالْبَيِّنٰتِ قَالُوا هٰذَا سِحْرٌ مُّبِينٌ

"Dan (ingatlah) ketika 'Isa putra Maryam berkata, "Wahai Bani Israil! Sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu, yang membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan seorang rasul yang akan datang setelahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)." Namun ketika Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, "Ini adalah sihir yang nyata.""

(QS. As-Saff 61: Ayat 6)

Isa menyebutkan nama Muhammad dengan perkataan nabi dan Mesiya serta dengan kata Paraclet.

Paraclet berasal dari kata Yunani Pireclatus yang terdapat dalam Injil terjemahan Yunani. Makna Pireclatus dalam bahasa Yunani adalah Muhammad dan Ahmad.

Al-Allamah Abdul Wahhab An-Najjar bertanya kepada pengarang kitab Kisah Nabi-Nabi, Dr. Carloni Lino, seorang orientalis Itali tentang arti kata Pireclatus.

Maka ia menjawab: "Sesungguhnya para pendeta mengatakan kata itu artinya Penghibur.

Abdul Wahhab kembali bertanya: "Saya bertanya kepada Dr. Carloni Lino yang telah memiliki titel doktor dalam ilmu sastra, dan bukan bertanya kepada seorang pendeta."

la menjawab: "Artinya ialah, yang memiliki banyak pujian." Abdul Wahhab bertanya lagi: "Apakah kata itu sesuai dengan kata kerja Ahmad?" Dr. Carloni menjawab: "Ya."

Pembantu-pembantu Isa

Tatkala Isa mendapati bahwa kaumnya masih tetap membangkang dan kafir terhadap ajarannya, kecuali sedikit saja, maka ia pun berseru kepada kaumnya: "Siapakah yang mau menjadi pembantu-pembantuku untuk membela ajaran Allah?"

Maka murid-muridnya yang beriman menyambut seruannya dan mengumumkan keimanan mereka dengan berani, sedangkan mereka itu sedikit sekali.

Pembantu-pembantu dekat Nabi Isa as. dinamakan Al-Hawariyin dan mereka berjumlah dua belas orang laki-laki.  

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:


فَلَمَّآ أَحَسَّ عِيسٰى مِنْهُمُ الْكُفْرَ قَالَ مَنْ أَنْصَارِىٓ إِلَى اللَّهِ   ۖ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ ءَامَنَّا بِاللَّهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ


fa lammaaa ahassa 'iisaa min-humul-kufro qoola man angshooriii ilalloh, qoolal-hawaariyyuuna nahnu angshoorulloh, aamannaa billaah, wasy-had bi-annaa muslimuun

"Maka ketika 'Isa merasakan keingkaran mereka (Bani Israil), dia berkata, "Siapakah yang akan menjadi penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?" Para hawariyyun (sahabat setianya) menjawab. Kamilah penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang muslim."

(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 52)


Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

رَبَّنَآ ءَامَنَّا بِمَآ أَنْزَلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُولَ فَاكْتُبْنَا مَعَ الشّٰهِدِينَ

robbanaaa aamannaa bimaaa angzalta wattaba'nar-rosuula faktubnaa ma'asy-syaahidiin

"Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang Engkau turunkan dan kami telah mengikuti Rasul, karena itu tetapkanlah kami bersama golongan orang yang memberikan kesaksian.""

(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 53)


Mukjizat nabi Isa as

Pemuka-pemuka agama merasa adanya bahaya yang mengancam mereka, maka Isa mencela perbuatan mereka yang menjerumuskan diri dalam syahwat dan kesenangan-kesenangan duniawi, kemudian ia pun menyingkap rahasia mereka dan menyebarkan kerendahan kerendahan budi mereka di antara manusia 

Maka mereka pun sepakat untuk menentang dan mendusta kannya, serta menekan untuk menuntut Isa agar menunjukkan sesuatu yang menguatkan risalahnya, sehingga Allah mengukuhkannya dengan mukjizat-mukjizat yang cemerlang, yaitu:

1. Membuat burung dari tanah kemudian meniupnya, sehingga menjadi burung yang sebenarnya dengan seizin Allah. 

2. Mengusap orang buta yaitu orang yang dilahirkan dalam keadaan buta-, sehingga orang buta dapat melihat kembali dengan izin Allah.

3. Mengusap orang yang menderita penyakit belang, sehingga sembuh dengan izin Allah. 

4. Menghidupkan orang mati dengan izin Allah (dengan seruan atau sentuhan)

5. Pemberitahuan kepada orang-orang tentang apa-apa yang mereka makan dan mereka simpan di rumah-rumah mereka. (Q.S. Ali Imran: 40-50)

Permusuhan Orang-orang Yahudi Terhadap Isa

Kendati adanya mukjizat-mukjizat Isa yang luar biasa itu, namun orang-orang Yahudi yang hidup pada zaman itu berhati keras, se hingga mereka memusuhinya dan mulai bekerja mencegah orang orang untuk mendengarkan dakwahnya serta mengadakan persekongkolan melawan Isa.

Ketika mereka tidak berdaya dalam menghalangi dakwah Isa, karena banyak orang-orang yang lemah dan fakir miskin mengikuti ajarannya, mulailah mereka menghasut orang-orang Romawi dan membuat mereka curiga, bahwa dakwah Isa dapat melenyapkan kekuasaan kaisar.

Demikianlah mereka berhasil membuat hakim Romawi mengeluarkan perintah untuk menangkapnya dan memutuskan hukuman mati dengan cara disalib.

Tentara Romawi mulai mencarinya. Di antara para sahabatnya terdapat seorang munafik yang mengkhianatinya.

Maka Allah menyerupakan dia dengan Isa, sehingga tentara tentara itu menangkapnya sedangkan Isa sendiri telah di selamatkan Allah. 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلٰكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ   ۚ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِى شَكٍّ مِّنْهُ   ۚ مَا لَهُمْ بِهِۦ مِنْ عِلْمٍ إِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ   ۚ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا

wa qoulihim innaa qotalnal-masiiha 'iisabna maryama rosuulalloh, wa maa qotaluuhu wa maa sholabuuhu wa laaking syubbiha lahum, wa innallaziinakhtalafuu fiihi lafii syakkim min-h, maa lahum bihii min 'ilmin illattibaa'azh-zhonni wa maa qotaluuhu yaqiinaa

"dan (Kami hukum juga) karena ucapan mereka, "Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, 'Isa putra Maryam, Rasul Allah." Padahal, mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh adalah) orang yang diserupakan dengan 'Isa. Sesungguhnya mereka yang berselisih pendapat tentang (pembunuhan) 'Isa, selalu dalam keraguraguan tentang yang dibunuh itu. Mereka benar-benar tidak tahu (siapa sebenarnya yang dibunuh itu), melainkan mengikuti persangkaan belaka, jadi mereka tidak yakin telah membunuhnya,"

(QS. An-Nisa' 4: Ayat 157)

Akhir Kehidupan Isa

Apabila Isa tidak disalib, bagaimanakah akhir dari kehidupannya setelah itu? Jawab atas hal itu ialah firman Allah Ta'ala: "Tidaklah mereka membunuhnya dengan keyakinan, akan tetapi Allah mengangkatnya kepada-Nya."

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

إِذْ قَالَ اللَّهُ يٰعِيسٰىٓ إِنِّى مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَىَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَجَاعِلُ الَّذِينَ اتَّبَعُوكَ فَوْقَ الَّذِينَ كَفَرُوٓا إِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِ   ۖ ثُمَّ إِلَىَّ مَرْجِعُكُمْ فَأَحْكُمُ بَيْنَكُمْ فِيمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ

iz qoolallohu yaa 'iisaaa innii mutawaffiika wa roofi'uka ilayya wa muthohhiruka minallaziina kafaruu wa jaa'ilullaziinattaba'uuka fauqollaziina kafaruuu ilaa yaumil-qiyaamah, summa ilayya marji'ukum fa ahkumu bainakum fiimaa kungtum fiihi takhtalifuun

"(Ingatlah), ketika Allah berfirman, "Wahai 'Isa! Aku mengambilmu dan mengangkatmu kepada-Ku, serta menyucikanmu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikutimu di atas orang-orang yang kafir hingga hari Kiamat. Kemudian kepada-Ku engkau kembali, lalu Aku beri keputusan tentang apa yang kamu perselisihkan.""

(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 55) 

Arti mematikanmu ialah Aku menetapkan ajalmu dan tidak menjadikan seseorang yang akan membunuhmu, maka di sini menunjukkan terpeliharannya Al-Masih dari musuh-musuhnya. Kebanyakan ahli tafsir menyebutkan bahwa Allah mengangkat Isa dengan tubuh dan ruhnya kepada-Nya.

Dalam hadis-hadis sahih disebutkan, bahwa Isa akan turun ke bumi sebagai salah satu tanda hari kiamat. Turunnya Isa di tengah tengah umat Islam, akan menghukum dengan syariat Islam yang bersumber dari Kitab Allah (Al-Qur'an), yaitu membersihkan bumi dan memenuhinya dengan keadilan setelah dipenuhi dengan kezaliman.

Pendapat kedua dari para ahli tafsir ialah, bahwa Isa hidup hingga Allah mematikan dia, sebagaimana Allah mematikan nabi-nabi-Nya. Yang jelas dalam hal pengangkatan sesudah kematian, ada dalam firman Allah Ta'ala ("Akan tetapi Allah mengangkatnya kepada-Nya"), ialah pengangkatan derajat di sisi Allah sebagaimana Allah berfirman kepada Idris: "Dan Kami angkat dia ke tempat yang tinggi." (Q.S.Maryam: 57)

Kalau begitu kemana perginya Isa dan apa yang diperbuatnya?

Jawabnya ialah, bahwa Allah merahasiakan halnya dan tidak menjelaskannya kepada kita, maka kita serahkan ilmunya kepada Allah.

Keesaan Allah dalam Dakwah Isa as.

Apabila kita ikuti ayat-ayat Al-Qur'anul Karim yang menyebut Isa dan agamanya, maka kita dapati bahwa Al-Qur'an memuat bahwa Isa adalah utusan Allah untuk memberi hidayah kepada makhluk-Nya serta mengajak kepada pengesaan Allah dan pengesaan dalam ibadah.

Maka ibadah itu harus bagi Allah semata-mata, tauhid itu dalam zat Allah dan sifat-sifat-Nya. Zat-Nya tidak tersusun dan sifat-sifat Nya tidak ada yang bisa disamai dan la suci dari mempunyai anak. (Q.S. An-Nisa': 170)

5. kisah nabi muhammad Saw

Kelahiran Nabi Muhammad Saw.

Beliau adalah keturunan dari Ismail as. Nasabnya dari pihak bapak: Muhammad bin Abdullah Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushay bin kilab bin Murroh bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nudlor bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin llyas bin Mudlor bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan.

Nasabnya dari pihak ibu: Muhammad bin Aminah binti Wahab bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Bapak dan ibunya bertemu nasabnya pada kakeknya Kilab.

Muhammad Saw. dilahirkan di Makkah pada hari senin 12 Rabi'ul Awwal tahun Gajah yang bertepatan dengan tanggal 20 Nisaan tahun 571 Masehi.

Maka jarak antara kelahiran beliau dengan kelahiran Isa as. adalah 571 tahun, antara Isa hingga wafatnya Musa as. adalah 1716 tahun. antara Musa dan Ibrahim as. adalah 545 tahun, antara Ibrahim dan air bah yang terjadi pada masa Nabi Nuh as. adalah 1080 tahun. antara air bah Nabi Nuh as. dan Adam as. 2242 tahun, sehingga jarak antara kelahiran Muhammad Saw. dan Adam as. 6155 tahun. berdasarkan riwayat yang masyhur dari para ahli sejarah.

Muhammad Saw. dibesarkan di Makkah sebagai anak yatim, karena ayahnya Abdullah wafat di Madinah dua bulan sebelum beliau lahir.

Pada waktu itu ayahnya sedang berdagang di Syam dan singgah di Madinah dalam keadaan sakit, hingga wafat di rumah pamannya dari Bani Najjar. Ayahnya tidak meninggalkan apa-apa kecuali 5 ekor unta dan sahaya perempuan

Pada waktu itu bangsa Arab mempunyai kebiasaan untuk menyerahkan penyusuan anak-anak mereka kepada perempuan lain di dusun dengan harapan agar anak tersebut di kemudian hari mempunyai tubuh yang kuat dan omongan yang fasih.

Berdasarkan kebiasaan inilah kakeknya Abdul Mutthalib menyerahkan cucunya Muhammad Saw. kepada Halimah binti Dzuaib As-Sa'diyah salah seorang perempuan dari Bani Sa'ad untuk menyusui beliau.

Setelah Muhammad Saw. berusia 4 tahun, Halimah mengembalikannya kepada ibunya. Menurut riwayat selama ia menyusui Nabi Saw. sering terjadi hal-hal luar biasa pada diri Nabi Saw.  

Wafatnya Ibu Nabi Muhammad Saw.

Ketika Nabi Saw. mencapai usia 6 tahun, pergilah ibunya ke tempat paman-pamannya dari Bani Najjar, kemudian kembali bersama beliau. Dalam perjalanan pulang, wafatlah ibunya di suatu tempat bernama Abwa', yaitu sebuah desa yang terletak antara Makkah dan Madinah.

Setelah itu Nabi Saw. diasuh oleh Ummu Aiman dan dipelihara oleh kakeknya Abdul Mutthalib yang merupakan salah seorang terkemuka di Makkah pada waktu itu. Abdul Mutthalib sangat mencintai cucunya.

Setelah 2 tahun dipelihara kakeknya, kemudian Abdul Mutthalib wafat dalam usia 140 tahun dan Nabi Saw. dipelihara oleh Abu Thalib pamannya, ayah dari Sayyidina Ali ra.

Perjalanan Pertama

Tatkala Nabi Saw. mencapai usia 13 tahun, beliau pergi bersama pamannya Abu Thalib ke Syam. Di suatu tempat beliau berjumpa dengan seorang pendeta Yahudi bernama Buhairah dan ada pula yang mengatakan pendeta Nasrani.

Pendeta itu memahami adanya keistimewaan pada diri Nabi Saw. dan berkata kepada Abu Thalib: "Sesungguhnya anak saudara ini akan mendapatkan kedudukkan yang tinggi, maka jagalah dia baik-baik." Kemudian pulanglah Abu Thalib bersama Nabi Saw. ke Makkah.

Perjalanan Kedua

Ketika Nabi Saw. mencapai usia 25 tahun, beliau pun pergi ke Syam untuk kedua kalinya dengan membawa barang dagangan milik Khadijah binti Khuwailid, seorang wanita ternama dan kaya yang dipercayakan kepada beliau.

Dalam perjalanan itu Nabi Saw. disertai seorang sahaya Khadijah bemama Maisaroh. Dalam perjalanan itu beliau bertemu dengan rahib bernama Nasthur, dan ia pun memahami adanya keistimewaan-keistimewaan pada diri Nabi Saw. sebagaimana yang pernah dilihat oleh Buhairah. Setelah selesai berdagang kembalilah mereka ke Makkah. 

Perkawinan Muhammad Saw.

Setibanya di Makkah dari perjalanan dagang ini, beliau kawin dengan Khadijah binti Khuwailid, yaitu dua bulan sesudah kedatangannya.

Setelah itu Nabi Saw. pindah ke rumah Khadijah untuk memulai lembaran baru dari kehidupannya, umur Khadijah pada waktu itu 40 tahun.

Dari perkawinan itu lahir 3 orang putra yaitu Al-Qasim, Abdullah dan Thayyib, yang semuanya meninggal di waktu kecil, serta 4 orang putri, yaitu Zainab, Ruqayyah, Ummu Kaltsum dan Fatimah. Keempat putri itu hidup sampai mereka besar. Yang tertua dari mereka kawin dengan Abil Aash ibnu Rabi' bin Abdus Syam. Ruqayyah kawin dengan Utbah bin Abi Lahab, sedang Ummu Kaltsum kawin dengan Utaibah bin Abi Lahab. Ruqayyah dan Ummu Kaltsum kemudian kawin lagi dengan Usman bin Affan. Adapun yang termuda yaitu Fatimah Az-Zahra ra. kawin dengan Ali bin Abi Thalib ra.

Penyelesaian Perkara oleh Muhammad Saw.

Ketika Rasulullah Saw. mencapai usia 35 tahun, kebetulan orang Quraisy sedang membangun Ka'bah dan hendak meletakkan Hajarul Aswad di tempatnya di sebelah timur. Mereka berselisih mengenai siapa yang akan meletakkan Hajarul Aswad, sampai hampir saja mereka berkelahi, karena pekerjaan ini adalah suatu pekerjaan yang mulia. Kemudian diputuskan bahwa siapa yang lebih dulu masuk dari pintu Shafa dialah yang akan memutuskan perkara ini.

Ternyata Muhammad Saw. yang masuk pertama kali, maka beliau memutuskan untuk meletakkannya di atas surbannya dan masing masing suku memilih seorang wakil yang memegang ujung sorban dan mengangkatnya bersama-sama, hingga tiba di tempatnya lalu Nabi Saw. mengambil Hajarul Aswad dan menaruhnya di tempatnya maka bereslah persoalannya. 

Bangsa Arab Sebelum Pengangkatan Muhammad Saw. Sebagai Rasul

Di antara mereka ada yang mengingkari penyembahan berhala dan membenci perbuatan-perbuatan Jahiliyyah. Mereka itu antara lain adalah Qais bin Sa'idah Al-Ayadi orang bijaksana dan ahli pidato mereka, yang wafat sebelum pengangkatan Muhammad Saw sebagai nabi.

Kemudian Abu Said bin Zaid paman Umar bin Khattab yang wafat di Damsyik sebelum pengangkatan Muhammad Saw. sebagai nabi. Kemudian Waraqah bin Naufal anak paman Khadijah yang bertemu dengan Nabi Saw. sebelum pengangkatan, dan menguatkan serta memberitakan akan keberhasilan dakwahnya.

Di antara mereka ada yang tidak memeluk sesuatu agama apa pun. Nabi Saw. mempunyai kebiasaan suka menyendiri dan merenungkan keadaan alam ini. Beliau berdiam mengasingkan diri di gua Hira' yang terletak 3 mil dari Makkah, jauh dari kesibukan-kesibukan hidup.

Pengangkatan Muhammad Saw. Sebagai Nabi

Tatkala Muhammad Saw. mencapai usia 40 tahun turunlah wahyu pertama yang dibawa oleh Jibril di gua Hira'.

Wahyu itu ialah firman Allah Swt.: "Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah."

Adalah Waraqah bin Naufal anak paman Khadijah binti Khuwailid, seorang yang masyhur di Makkah karena keluasan ilmunya dalam hal ihwal agama-agama samawi. Tatakal Jibril turun membawa wahyu kepada Nabi Saw. Khadijah pergi menemuinya dan memberitahukan kepadanya tentang peristiwa tersebut. Waraqah berkata: "Demi Tuhan yang nyawa Waraqah berada di tangan-Nya, jika engkau percaya hai Khadijah, telah datang malaikat agung yang pernah datang kepada Musa dan sesungguhnya ia (Muhammad) adalah nabi dari umat ini.  

Penyiaran Dakwah

Mulailah Rasulullah Saw menyiarkan dakwah kepada kaumnya secara khusus dan umat-umat yang lain secara umum, yaitu seruan untuk memeluk agama Islam yang memberi petunjuk kepada manusia, guna mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Pertama kali beliau menyiarkan agama Islam secara diam-diam kemudian berubah menjadi terang-terangan.

Orang pertama yang memerima ajakan Rasulullah Saw. jalah Abu Bakar bin Abi Quhafah yang termasuk pemuka Quraisy yang disegani.

Dari kaum wanita adalah Khadijah binti Khuwailid istrinya dan dari anak-anak adalah Ali bin Abi Thalib dan dari sahaya adalah Zaid bin Haritsah. Kemudian makin lama makin banyak pengikutnya Dalam menyiarkan agama Islam Nabi Saw, mengalami gangguan besar dari kaumnya.

Mereka melempari beliau dengan batu dan kotoran, namun beliau tetap sabar dan tabah dalam menyiarkan dakwah Islam, sehingga mereka melancarkan segala usaha untuk menghentikan dakwahnya. Beliau tetap tekun dalam pekerjaannya yang mulia, hingga tampaklah kebenaran dan lenyaplah kebatilan.

Dakwah secara diam-diam dilakukan selama 3 tahun, kemudian turun wahyu yang menyerukan untuk berdakwah secara terang-terangan. Kaum Quraisy bermusyawarah untuk memutuskan cara guna menghentikan dakwah Muhammad Saw. Maka diputuskan untuk mengirim utusan kepada Nabi Saw. untuk membujuknya. Namun usaha mereka sia-sia belaka, karena dakwah Nabi Saw. bukanlah untuk kepentingan pribadi, melainkan buat kemaslahatan seluruh umat manusia sebagaimana diperintahkan oleh Allah Swt.

Hijrah Pertama ke Negeri Habasyah

Tatkala gangguan kaum kafir Quraisy makin bertambah sengit dengan melakukan penyiksaan-penyiksaan terhadap kaum muslimin, maka Nabi Saw. memutuskan untuk hijrah ke Habasyah.  

Kemudian berangkatlah 11 orang laki-laki dan 4 orang perempuan ke negeri Habasyah (Ethiopia) di bawah pimpinan Ja'far bin Abi Thalib Setelah itu menyusul yang lain, sehingga seluruh kaum Mujahirin berjumlah 83 laki-laki dan 18 perempuan

Tatkala kaum Quraisy mendengar kabar itu, mereka mengutus delagasi kepada Najasyi raja Habasyah yang di antara mereka terdapat Abdullah bin Abi Rabi'ah dan Amru bin Aash. Setibanya mereka di hadapan Najasyi berkatalah Amru bin Aash

sebagai juru bicara kaum Musyrikin kepada raja: "Telah datang ke negerimu anak-anak bodoh dari negeri kami yang telah meninggalkan agama kaum mereka dan tidak memeluk agamamu

Mereka datang membawa agama yang mereka buat dan tidak kita kenal, sedangkan kami diutus kepadamu mengenai urusan mereka, oleh pemuka-pemuka kaum mereka dari bapak-bapak, paman-paman dan keluarga-keluarga mereka untuk mengembalikan orang-orang ini kepada mereka."

Najasyi ganti bertanya kepada kaum Muslimin, yang kemudian dijawab oleh Ja'far bin Abi Thalib sebagai juru bicaranya: "Wahai raja, kami sebelumnya adalah orang-orang Jahiliyah yang menyembah berhala, memakan bangkai, melakukan perbuatan keji, memutuskan hubungan kekeluargaan dan berbuat buruk terhadap tetangga yang kuat di antara kami menganiya yang lemah hingga Allah mengutus kepada kami seorang rasul dari golongan yang kami kenal nasabnya, kebenaran dan kejujuran serta kesuciannya

Maka ia menyuruh kami mengesakan Allah, tidak menyekutukan Nya dengan sesuatu apa pun, meninggalkan berhala-berhala yang kami sembah, menyuruh berkata benar, menyambung tali kekeluar gaan, berbuat baik terhadap tetangga, tidak menumpahkan darah, melarang kami berbuat zina dan berkata dusta, melarang makan harta anak yatim, menyuruh kami mengerjakan salat, puasa, dan mengeluarkan zakat. Maka kami beriman kepadanya dan membenarkannya." 

Tatkala Ja'far bin Abi Thalib membacakan sebagian surah Maryam, menangislah Najasyi, lalu berkata: "Sesungguhnya agama ini dan agama yang dibawa Isa berasal dari satu sumber." Kemudian ia menoleh kepada Abdullah bin Rabi'ah dan Amru bin Aash seraya berkata: "Pergilah kamu berdua, demi Allah aku tidak akan menyerahkan mereka kepada kalian."

Hijrah Kedua ke Habasyah

Sesudah kembalinya kaum Muhajirin, Hamzah bin Abi Thalib paman Nabi Saw. dan Umar bin Khattab yang terkenal kekerasannya masuk Islam

Pada waktu kaum Muslimin berjumlah 40 orang lelaki dan 11 orang perempuan Kaum Muslimin semakin kuat dengan Islamnya Umar bin Khattab, kemudian terus tersebar di kalangan suku-suku Arab.

Maka takutlah kaum Quraisy akan akibatnya, sehingga mereka bermaksud membunuh Nabi Saw. dengan memboikotnya dan keluarganya Bani Hasyim di Syi'ib Makkah, sampai mereka mau menyerahkan Nabi Saw. untuk dibunuh. Kaum Quraisy menulis isi boikot di lembaran kulit yang digantung kan di Ka'bah.

Maka Nabi Saw. menyuruh sahabat-sahabatnya berhijrah ke Habasyah, yaitu hijrah kedua. Jumlah kaum Muhajirin saat itu 83 orang lelaki dan 18 orang perempuan, dan ikut pula kaum Muslimin Yaman, yaitu Abu Musa Al-Asy'ari dan kaumnya.

Penghentian Boikot

Nabi Saw. dan kaumnya terkurung di dalam syi'ib selama 3 tahun tidak menerima makanan kecuali secara sembunyi-sembunyi, sehingga mereka makan dedaunan. Kemudian orang-orang Quraisy menghentikan pemboikotan, sedang lembaran kulit yang berisi pengumuman boikot itu telah dimakan rayap. Maka keluarlah Nabi Saw. dari tempat yang terkurung itu, peristiwa itu terjadi pada 10 tahun kenabian. 

Berdakwah Di Thaif

Abu Thalib paman Nabi Saw. adalah seorang yang membela Nabi Saw. mati-matian dan seorang yang beriman, hanya saja tidak menampakkan imannya secara terang-terangan di hadapan kaumnya karena sutu hal.

Pada tahun 10 dari kenabian Muhammad Saw. wafatlah Abu Thalib, sehingga bertambah hebatlah gangguan Quraisy terhadap Nabi Saw. Oleh karena itu beliau mencoba berdakwah di Thaif dengan ditemani sahayanya Zaid bin Haritsah.

Di Thaif beliau tinggal selama sebulan menyeru Bani Tsaqif, agar menolongnya dalam menghadapi kaum Quraisy, namun mereka tidak memenuhi ajakannya, bahkan mereka banyak mengganggunya hingga menyebabkan kaki beliau berdarah karena dilempari batu.

Adapun Zaid bin Haritsah, dialah yang menghalangi gangguan mereka hingga tibalah keduanya di sebuah pohon anggur, lalu duduk berteduh di bawahnya.

Pohon anggur itu kepunyaan dua orang bersaudara Utbah dan Syaibah anak Rabi'ah. Tatkala kedua orang itu melihat beliau, ibalah hati mereka dan menyuruh sahaya mereka yang bernama Addaas seorang Nasrani, untuk mengambilkan anggur dari pohonnya dan memberikannya kepada Nabi Saw.

Tatkala beliau menerimanya dan hendak memakannya, maka beliau mengucapkan bismillah.

Addaas berkata: "Perkataan ini belum pernah diucapkan oleh penduduk negeri ini." Maka Nabi Saw. berkata: "Dari negeri manakah engkau dan apakah agamamu?"

Addaas menjawab: "Aku adalah seorang Nasrani dari Ninive." Nabi Saw. berkata: "Dari desa orang saleh Yunus bin Mata?" Addaas berkata: "Dari mana engkau mengenal Yunus?" Maka Nabi Saw. membacakan ayat Al-Qur'an yang berisi kisah Yunus

Tatkala Addaas mendengar itu ia pun masuk Islam dan berkata kepada kedua anak Rabi'ah: "Tidak ada di bumi ini yang lebih baik dari orang ini, ia telah memberitahukan kepadaku suatu perkara yang hanya diketahui oleh seorang nabi."

Nabi Saw, terus berdakwah kepada kaum Quraisy agar mereka memeluk agama Islam, sedangkan kaum Quraisy tetap menantangnya hingga pada tahun 11 kenabian, beliau berdakwah di tempat pertemuan suku-suku Arab, sehingga sebagian dari mereka ada yang beriman.

Tersebarnya Islam di Madinah

Di antara orang-orang yang beriman ada 6 orang Arab Yasrib (Madinah), sehingga tersebarlah Islam di Madinah.

Kemudian datang lagi 12 orang dari mereka dalam tahun 12 kenabian dan mereka pun beriman dan membaiat Nabi Saw., lalu kembali ke Madinah dan menyebarkan Islam di sana, sehingga banyaklah orang yang membicarakan beliau.

Dalam tahun 13 dari kenabian, datang dari Madinah 70 orang lelaki dan 2 orang perempuan yang beriman kepada Islam dan membaiat Nabi Saw., sehingga bertambah banyak pengikutnya di Madinah.

Hijrah Ke Madinah

Sesudah merasakan hebatnya gangguan Quraisy terhadap kaum muslimin dan tersiarnya Islam, maka Nabi Saw. memutuskan untuk hijrah bersama kaum Muslimin semuanya ke Madinah dan menyuruh mereka melakukannya dengan sembunyi-sembunyi. Tatkala kaum Quraisy mengetahui hal itu, mereka pun sepakat untuk membunuhnya.

Maka keluarlah Nabi Saw. dengan ditemani Abu Bakar, mereka bersembunyi di gua Tsur. Kejadian ini berlangsung pada hari Kamis sore tanggal 1 Rabi'ul Awwal. Orang Quraisy berusaha menemukan Nabi Saw. namun usaha mereka tidak berhasil.

Kemudian lewat 3 hari keluarlah mereka berdua dari gua dan berjalan dengan disertai penunjuk jalan Abdullah bin Uraiqith Al Laitsi, hingga tibalah keduanya di Qubba' pada hari senin 12 Ra bi'ul Awwal. 

Di antara para pengejar ada seorang pemuda Quraisy bernama Suraqah bin Malik bin Ja'syam yang diberitahu seseorang yang melihat rombongan Nabi Saw.

Tatkala Abu Bakar melihat seorang penunggang kuda yang datang menghampiri mereka dengan membawa senjata, ia pun merasa takut, Adapun Rasululah Saw., maka beliau tenang-tenang saja dan tidak henti-hentinya berdoa

Ketika Suraqah bertambah dekat, tiba-tiba jatuhlah kudanya dan ia terlempar ke tanah. Suraqah bangkit kembali dan meneruskan pengejarannya dan ketika ia hampir tiba jatuh lagi kudanya, hingga kaki kudanya terjerembab ke bumi, sedang ia terlempar jauh dari senjata dan kudanya. Di sini Suraqah mendapat firasat jelek dan menyadari bahwa usaha nya gagal.

Pada waktu itu Rasulullah Saw. mengatakan kepadanya, bahwa di kemudian hari ia akan memakai mahkota Raja Kisra, Raja Persia Akhirnya hal itu menjadi kenyataan.

Nabi Saw, berdiam beberapa hari di Qubba' dan mendirikan masjid di sana. Kemudian beliau singgah di Wadi Salim untuk mengimami salat para sahabatnya dan berkutbah di situ, sebagai kutbah pertama selama Islam masuk Madinah dan diterima dengan baik oleh penduduk Madinah, dan mereka menolong beliau dalam menyiarkan agama Islam

Pasukan Pertama yang Dipimpin oleh Nabi Saw.

Pasukan pertama yang dipimpin Nabi Saw. ialah pasukan yang berangkat bersama beliau pada tahun 2 Hijriah, untuk menyerang Waddan dan memerangi Bani Dhomroh, karena mereka melanggar janji damai yang telah diadakan di antara kedua belah pihak.

Jumlah pasukan Nabi Saw. pada waktu itu 60 orang prajurit, akan tetapi tidak terjadi perang, bahkan diadakan perjajian untuk kedua kalinya  

Setelah itu terjadi 27 kali ghazwat (peperangan) yang kesemuanya dimenangkan oleh kaum muslimin, kecuali ghazwat Uhud dan awal peperangan Hunain.

Peperangan peperangan di mana Rasulullah Saw. ikut berperang, semuanya berjumlah 9 peperangan, yaitu perang Badar (2 kali), Uhud, Khandap, Bani Quraidhah, Bani Mustrhaliq, Khaibar, Hunain dan Thaif.

Peperangan Badar Besar

Peperangan Badar besar terjadi pada tahun 2 Hijriah, antara 313 prajurit muslimin dengan 1.000 prajurit Quraisy.

Pertempuran ini merupakan penentuan antara yang hak dan yang batil, karena di situ kaum muslimin mendapat kemenangan dan berhasil menawan 70 orang Quraisy, serta membunuh 70 orang dari mereka. Adapun kaum muslimin, hanya kehilangan 12 orang yang tewas sebagai syuhada 

Badar adalah nama desa yang terletak antara Makkah dan Madinah

Tebusan Tawanan dengan Mengajar

Tawanan-tawanan Quraisy pada waktu itu terbagi 2 bagian Satu bagian terdiri dari orang-orang kaya dan satu bagian terdiri dari orang-orang miskin

Adapun orang-orang kaya, mereka itu ditebus oleh keluarga mereka dengan harta sedangkan orang-orang miskin tebusannya ialah tiap-tiap orang harus mengajar membaca dan menulis kepada sepuluh orang anak di Madinah.

Perang Ghathafan

Perang Ghathafan terjadi tahun 3 Hijriah. Peperangan ini sebenar nya tidak begitu penting, akan tetapi dalam perang ini terjadi suatu peristiwa besar.

Pada waktu itu keluar 450 orang dari Bani Tsa'labah dan Muharib di bawah pimpinan Du'tsur bin Harits Al-Muharibi yang ingin menyerbu Madinah. Maka keluarlah Nabi Saw. dengan pasukannya dan larilah musuh ke gunung-gunung. Tatkala Nabi Saw. sedang beristirahat dan menjemur bajunya yang basah sambil duduk di bawah pohon, tiba-tiba muncul Du'tsur secara diam-diam hendak membunuh beliau seraya berkata:

"Siapakah yang akan melindungimu, hai Muhammad?" Beliau menjawab: "Allah Ta'ala." Maka orang itu pun merasa takut dan pedangnya terjatuh darintangannya, lalu Nabi Saw. mengambilnya seraya berkata: "Siapakah yang dapat melindungimu dariku?"

Du'tsur menjawab: "Tidak ada." Maka Nabi Saw. memaafkannya dan ia pun masuk Islam serta mengajak kaumnya memeluk agama Islam.

Perang Uhud

Kaum musyrikin Quraisy ingin membalas dendam atas kekalahan mereka dalam perang Badar Kubra (besar), karena banyak tokoh mereka yang terbunuh dalam perang itu.

Tiga ribu prajurit Quraisy yang lengkap persenjataannya, berhadapan dengan prajurit-prajurit muslimin yang berjumlah 1.000 orang dikurangi 300 orang munafik di bawah pimpinan Abdullah bin Ubay.

Ketika kedua pasukan bertemu, Nabi Saw. menyuruh pemanah pemanah muslimin yang berjumlah 50 orang agar menjaga tempat strategis, baik kaum muslimin menang atau kalah.

Kemudian terjadi pertempuran dan kemenangan berada di pihak muslimin. Namun pemanah-pemanah yang seharusnya tetap berada di tempatnya turun dari tempatnya dan ikut mengambil barang rampasan, kecuali pimpinan mereka Abdullah bin Jubair. Ketika kaum Musyrikin melihat kesempatan, mereka pun balik menyerang kaum muslimin dan mencerai beraikan mereka.

Namun Nabi Saw. dan sahabat-sahabat besarnya tetap bertahan, sementara wajah beliau terluka dan giginya patah, demikian pula beberapa sahabat besarnya. 

Korban tewas di pihak muslimin berjumlah 70 orang di antaranya Hamzah paman Nabi Saw dan di pihak Quraisy 33 orang tewas. Uhud adalah nama gunung di dekat Madinah.

Perang Khandaq atau Ahzab (Persekutuan Musuh)

Perang Khandaq atau Ahzab terjadi pada tahun 5 Hijriah. Ini adalah perang yang penting di mana kaum Quraisy bersekutu dengan orang-orang Yahudi untuk memerangi kaum muslimin, sehingga jumlah mereka 10.000 orang di bawah pimpinan Abu Sufyan bin Harb. Kaum muslimin tidak langsung menghadapi mereka, tetapi menggali parit pertahanan (khandag) berdasarkan petunjuk Salman Al-Farisi.

Mereka terkepung selama 15 hari hingga merasakan kesulitan yang sangat di tambah lagi dengan sifat pura-pura dari kaum munafiqin.

Dalam kesempatan ini kaum Yahudi Bani Quraidah melanggar perjanjian damai dengan kaum muslimin Akhirnya Allah Swt. mengirimkan angin kencang dan memporak porandakan kaum musyrikin, maka bebaslah kaum muslimin dari kepungan Setelah itu kaum muslimin menyerang Bani Quraidah dan membunuh orang-orang lelaki dari mereka, kemudian Sa'ad bin Mu'adz menyuruh menggali sebuah lubang besar untuk mengubur mereka yang berjumlah 600 orang.

Perang Khaibar

Perang Khaibar terjadi pada 7 Hijriah. Khaibar adalah nama sebuah kota yang penduduknya orang-orang Yahudi dari golongan yang pernah bersekutu dengan kaum musyrikin Quraisy dalam perang Khandaq Maka Nabi Saw. menyerang mereka dengan 1.600 orang prajurit dan mengepung mereka selama 6 hari, hingga berhasil mengalahkannya pada hari ke tujuh.

Dalam perang ini Ali bin Abi Thalib sebagai panglima perang telah menunjukkan keberanian yang luar biasa, sebagaimana dalam perang-perang sebelumnya. 

Perang Mu'tah

Perang Mu'tah berlansung pada tahun 8 Hijriah. Sebenarnya itu bukanlah ghazwat, tetapi sariyyah (perang yang tidak diikuti Rasulullah Saw.), namun kami memasukkan dalam golongan ghazwat karena di dalamnya Rasulullah Saw, memberikan wasiat wasiatnya kepada kaum muslimin. Nabi Saw. menyiapkan 3.000 prajurit di bawah pimpinan Zaid bin Haritsah untuk memerangi tentara Romawi di dekat Palestina, karena mereka membunuh utusan Nabi Saw.

Beliau memberikan wasiat-wasiatnya yang patut menjadi teladan bagi pasukan yang berperang. Wasiat-wasiat tersebut antara lain: "Janganlah kamu mengganggu pendeta-pendeta yang sedang beribadah di biara-biara, dan janganlah kalian membunuh kaum wanita dan anak-anak serta orang tua, dan jangan pula kalian memotong pohon-pohonan."

Ketika pasukan muslimin tiba di Mu'tah mereka mendapati kira kira 200.000 prajurit Romawi.

Kemudiin terjadilah peperangan hebat antara kedua belah pihak, hingga gugurlah panglima kaum muslimin Zaid bin Haritsah, lalu pimpinan dipegang oleh Ja'far bin Abi Thalib yang terus bertempur hingga putus tangannya yang kanan, maka di peganglah benderanya dengan tangan kirinya hingga putus juga lalu dipegangnya dengan kakinya sampai ia terbunuh.

Akhirnya pimpinan dipegang oleh Khalid bin Walid dan kemenangan berada di pihak kaum muslimin.

Perdamaian Hudaibiyah

Pada tahun 5 Hijriah Nabi Saw. keluar menuju Makkah untuk melakukan umroh dengan 1500 orang tanpa membawa senjata, kecuali pedang dalam sarungnya.

Ketika mereka di Hudaibiyah sebuah sumur yang letaknya satu marhalah dari Makkah, keluarlah kaum Quraisy untuk menghalangi mereka masuk, akan tetapi tidak terjadi pertempuran. sebaliknya diadakan perdamaian antara kedua belah pihak.  

Setalah tinggal beberapa hari di situ kaum muslimin pulang ke Madinah

Pengiriman Surat-surat Kepada Raja-raja

Sesudah perjanjian Nabi Saw. membuat sebuah cincin perak yang bertuliskan Muhammad rasul Allah' kemudian beliau mengirim surat kepada raja-raja, menyeru mereka untuk memeluk agama Islam Surat itu dibawa oleh utusan-utusannya yang pandai.

Beliau memilih Dihyah bin Khalifah Al-Kalbi sebagai utusan kepada Kaisar Rum, mengutus Syuja' bin Walid kepada Al-Mundzir bin Harits bin Abi Syam Al-Ghassani penguasa Damsyik, mengutus Hathib bin Hudzaifah As-Sahmi kepada Raja Kisra Persia, mengu tus Umar bin Umayyah Ad-Dhimyari kepada Najasyi Raja Habasyah. mengutus Al-Ala' bin Hadrami kepada Al-Mundzir bin Sawi Raja Bahrain. Jafar dan Abdun anak Al-Jalandi kepada Raja Omman dan Hauzah bin Ali Raja Yamamah. Mereka yang masuk Islam ini adalah Raja Bahrain dan kedua Raja Omman.

Jawaban Raja-raja

Raja Persia merobek-robek surat dan menghina utusan, sedang Kaisar Rum menyambut utusan dengan sambutan baik

Adapun Muqauqis Raja Mesir, ia mengirimkan hadiah kepada Nabi Saw. dan seorang sahaya perempuan yang bernama Mariyah ibu dari putra Ibrahim.

Adapun Al-Mundzir Al-Ghassani penguasa Damsyik, ia malah membunuh utusan.

Penaklukkan Makkah

Quraisy melanggar perjanjian pada tahun 8 Hijriah, yaitu dengan membantu Bani Bakr dalam menghadapi Bani Khuza'ah yang merupakan sekutu kaum muslimin.

Maka Nabi Saw. mengerahkan 10.000 prajurit dan berangkat menuju Makkah

Beliau mengirim Khalid bin Walid dengan sebagian pasukan untuk memasuki Makkah dari atas bukit-bukit, dan menyuruhnya agar tidak memeranginya, kecuali siapa yang memeranginya.  

Ternyata ada sekelompok suku yang memerangi mereka, sehingga berlangsung petempuran dan menanglah pasukan muslimin dengan membunuh 38 orang musuh

Adapun Nabi Saw. beliau memasuki Makkah dari bawah dan menyuruh seseorang untuk menyerukan, bahwa penduduknya akan dilindungi, kecuali beberapa orang yang banyak melakukan kejahatan, dan mereka itu berjumlah 11 orang laki-laki dan 6 orang perempuan, sehingga bersembunyilah mereka.

Kemudian sebagian besar dari orang-orang itu datang ke Madinah dan masuk Islam. Penaklukan Makkah itu terjadi pada 20 Ramadhan tahun 8 Hijriah

Penghancuran Berhala

Nabi Saw. tidak membiarkan berhala di Ka'bah, beliau menyuruh menurunkan dan menghancurkannya. Jumlah berhala di situ ada sekitar 360. Kemudian beliau mengirim pasukan untuk menghancurkan berhala-berhala dan suku-suku.

Maka pergilah Khalid bin Walid menghancurkan Al-Uzza, berhala terbesar dari kaum Quraisy di Nakhlah. Amru bin Aash menghancurkan Suwa' sebuah berhala besar dari suku Hudzail yang terletak 3 mil dari Makkah. Sedang Sa'ad Zaid menghancurkan Manata, sebuah berhala dari suku Kalb dan Khuza'ah di gunung Musyallal.

Hari Pengampunan

Patut diceritakan mengenai penaklukan Makkah, bahwa Abu Sufyan seorang pemimpin Quraisy keluar untuk memata-matai keadaan pasukan muslimin, sehingga ia tertawan oleh kaum muslimin, sedangkan ia adalah seorang yang paling keras permusuhannya terhadap kaum muslimin.

Ternyata Nabi Saw. Memaafkannya

Kemudian tatkala Nabi Saw. hendak memasuki kota Makkah, beliau berkata kepada Abbas: "Tahanlah Abu Sufyan di hadapan pasukan muslimin yang sedang lewat, supaya ia menyaksikan kekuatan kaum muslimin." Kemudian lewatlah pasukan muslimin dengan membawa bendera-bendera, Abu Sufyan menyaksikannya hingga lewat rombongan Anshor yang benderanya dibawa oleh pemimpin mereka Sa'ad bin Ubadah.

Berkata Sa'ad kepada Abu Sufyan: "Hari ini adalah hari perang. hari ini Ka'bah menjadi halal." Maka Sufyan menjawab: "Alangkah baiknya hari kehormatan

Tatkala Rasulullah Saw. lewat Abu Sufyan berkata kepadanya: "Apakah engkaui menyuruh membunuh kaummu

Rasulullah Saw menjawab: "Tidak." 

Abu Sufyan menceritakan omongan Sa'ad kepada beliau. Maka Nabi Saw. bersabda: "Hari ini adalah hari kasih sayang, hari ini Ka'bah diberi pakaian, hari ini Allah memuliakan Quraisy."

Beliau mengambil bendera dari Sa'ad dan menyerahkannya kepada anaknya Qais bin Sa'ad serta menyuruh pasukannya agar tidak menyerang, kecuali untuk membela diri.

Pada waktu itu ada seorang laki-laki yang datang kepada Nabi Saw. dengan gemetar lantaran takut.

Maka Nabi Saw. berkata kepadanya: "Jangan takut aku bukan raja, aku hanya seorang putra dari perempuan Quraisy yang memakan dendeng."

Orang-orang penting yang masuk Islam pada waktu itu adalah Abu Sufyan bin Harb dan anaknya Muawiyah, juga Abu Quhafah ayah Abu Bakar dan Abu Sufyan bin Harits.

Perang Hunain

Perang Hunain terjadi pada tahun 8 Hijriah. Pada permulaan perang kaum muslimin menderita kekalahan, namun akhirnya mereka berhasil mengalahkan musuhnya.

Sebab-sebabnya ialah suku Tsaqif dan Hawazin mengajak bangsa Arab yang lain untuk memerangi Nabi Saw., sehingga pergilah Nabi Saw. bersama 12.000 orang pasukan untuk menghadapi mereka Kaum muslimin tidak waspada terhadap tipu daya musuh dan terperdaya dengan banyaknya jumlah mereka.

Tatkala kedua pasukan bertemu kaum muslimin terperngkap di celah yang sempit dari lembah Hunain, sehingga mereka diserang dengan panah yang tidak terhitung banyaknya dan terkejut serta tercerai berai

Hanya tinggal sahabat-sahabat besar yang berada di sekitar Nabi Saw., maka berteriaklah Abbas, supaya orang-orang yang tercerai berai itu kembali dan tetap bertahan Akhirnya mereka kembali dan berhasil mengalahkan musuh, sehingga berhasil membunuh 70 orang dari mereka dan banyak pula yang tertawan, sedang di pihak muslimin gugur 4 orang syuhada

Ekspedisi Tabuk

Ekspedisi Tabuk terjadi pada tahun 9 Hijriah Dalam ekpedisi itu tidak terjadi perang, akan tetapi kami sebutkan di sini karena peristiwa itu menunjukkan kegotongroyongan dan pembelanjaan harta di saat masyarakat dalam keadaan sulit, tanah dalam keadaan tandus dan air dalam keadaan surut.

Ketika Nabi Saw, mendengar pasukan Romawi, yang terdiri dari ribuan orang-orang yang bersiap-siap untuk menyerang kaum muslimin di negeri mereka. Untuk keperluan itu Nabi Saw. minta bantuan kepada sahabat sahabatnya, agar membantu pasukan-pasukan Islam dengan perlengkapan-perlengkapan yang dibutuhkan oleh pasukan itu Maka Usman membantu dengan uang 10.000 dinar dan 300 unta serta 50 ekor kuda. Sedang Abu Bakar menyumbang dengan seluruh hartanya yaitu 4.000 dirham, dan Umar bin Khattab menyumbang separuh hartanya, serta banyak lagi sahabat-sahabat yang mengikuti jejak mereka.

Adapun orang-orang perempuan, mereka itu menyumbangkan perhiasan-perhiasan mereka.

Kemudian bertolaklah Rasulullah Saw. dengan pasukannya yang terdiri 30.000 orang. Tatkala mereka tiba di Tabuk, mereka tidak melihat pasukan musuh, akan tetapi penduduk setempat datang mengajak damai dengan membayar jizyah (pajak) dan mengadakan perjanjian perdamaian dengan mereka. 

Haji Wada

Haji Wada' terjadi pada tahun 10 Hijriah. Pada waktu itu ikut serta bersama Nabi Saw. kira-kira 114.000 orang haji, belum terhitung sejumlah besar suku-suku Arab yang menunjukkan betapa luas tersiarnya Islam dalam beberapa tahun yang sedikit itu.

Pada haji Wada' Nabi Saw. berkhutbah di hadapan kaum muslimin yang sangat besar jumlahnya.

Isi khutbah antara lain:

1. Sesungguhnya darahmu dan hartamu adalah haram atas kamu (untuk diganggu). 

2. Takutlah kepada Allah dalam hal memperlakukan perempuan, karena sesungguhnya kamu mengambil mereka (istri-istrimu) dengan amanat Allah.

3. Segala sesuatu yang termasuk perkara Jahiliyah diletakkan di bawah kakiku (tidak berlaku lagi). 

4. Dua perkara kutinggalkan pada kamu, yang jika kamu pegangi niscaya kamu tidak akan tersesat sesudah kepergianku yaitu Kitab Allah (Al-Qur'an) dan sunnahku.

5. Jangan kamu kembali menjadi kafir dengan saling membunuh di antara kamu satu sama lain.

6. Pada haji Wada' inilah turun wahyu yang menunjukkan penyempurnaan agama ini yaitu: "Hari ini Aku sempurnakan bagimu agamamu dan Aku sempurnakan kenikmatan-Ku atas kamu dan Aku rela Islam sebagai agamamu."

Tatkala Nabi Saw. kembali dari haji Wada' di Madinah, beliau menyiapkan suatu pasukan di bawah pimpinan Usamah bin Zaid ke Balqa' dekat Mu'tah, tempat di mana terbunuhnya bapak Usamah (Zaid bin Haritsh), untuk menghukum Bani Ghassan yang berani membunuh utusan.

Usia Usamah pada waktu itu 17 tahun, dan bawahannya antara lain pemuka-pemuka Muhajirin dan Anshor seperti Abu Bakar, Umar, Abu Ubaidah dan Sa'ad. Hal itu terjadi pada tahun 11 H.

Dalam kepemimpinan Usamah yang membawahi sahabat sahabat terkemuka di usianya yang sangat muda, terdapat bukti bahwa tugas seseorang adalah didasarkan kecakapannya, bukan umurnya.

Sakitnya Nabi Saw,

Sakitnya Nabi Saw. dimulai dengan rasa pusing sesudah menyiapkan pasukan Usamah. Tatkala penyakitnya bertambah keras beliau minta izin dari istri-istrinya untuk dirawat di rumah Aisyah dan semuanya setuju.

Ketika beliau masuk ke rumah Aisyah, dimintanya air dingin untuk meringankan panas tubuhnya.

Karena sakit, maka beliau menyuruh Abu Bakar menjadi imam bagi para sahabatnya. Kemudian tatkala Abu Bakar dan Abbas lewat di suatu majlis orang-orang Anshor dan melihat mereka sedang menangis, maka Abu Bakar bertanya: "Mengapa kalian menangis."

Mereka menjawab: "Kami teringat majlis Rasulullah Saw. di antara kita." Maka Abbas masuk menemui Nabi Saw. dan memberitahukan beliau tentang hal itu. Kemudian keluarlah Nabi Saw. dengan kepala dibebat kain sambil berpegangan pada Ali dan Al-Fadhl, sedangkan Abbas berjalan di depan mereka, sampai beliau duduk di anak tangga pertama dari mimbar

dan tidak naik ke atasnya. Pada kesempatan itu beliau mengucapkan khutbah terakhir yang isinya: "Aku mendengar bahwa kalian takut akan kematian nabimu, maka coba perhatikan apakah ada nabi yang hidup kekal sebelum aku di antara kaumnya?

Ketahuilah, bahwa aku harus pergi kepada Tuhanku dan kalian akan menyusulku, maka aku berwasiat kepada kalian (Anshor) agar memperlakukan kaum Muhajirin dengan baik. Setelah peristiwa itu beliau keluar sekali lagi untuk salat sambil duduk di belakang Abu Bakar, dan itulah untuk terakhir kalinya seliau keluar.

Akhirnya pada hari Senin 12 Rabi'ul Awwal tahun 11 H., wafatlah Rasulullah Saw. dalam usia 63 tahun.  

Posting Komentar untuk "Kisah 5 Rasul Ulul Azmi dan Mukjizatnya "