Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sifat Maksum Dari Para Nabi dan Rasul : Hikmah Allah Menjadikan Nabi Dan Rasul

Sifat Maksum Dari Para Nabi dan Rasul : Hikmah Allah Menjadikan Nabi Dan Rasul


Sifat Maksum Dari Para Nabi dan Rasul

salah satu sifat para nabi dan rasul adalah maksum yang artinya terpelihara atau terjaga, terjaga dari perbuatan dosa. sebagai manusia yang paling sempurna bentuk dan budi pekertinya, paling banyak ilmunya, paling mulia nasab-nya, paling benar perkataannya, paling banyak kecerdasannya, sebagaimana Allah melindungi mereka dari keburukan-keburukan bentuk dan tubuh seperti penyakit-penyakit berbahaya.

Itu semua karena hikmah pengutusan nabi-nabi adalah hidayah bagi manusia Sedang hidayah itu tidak akan terwujud, kecuali dengan pergaulan bersama manusia dan bersama adanya penyakit penyakit berbahaya itu Nabi-nabi juga diliputi oleh pemeliharaan dan perhatian serta hidayah-Nya.

Allah Swt berfirman mengenai Nabi Muhammad Saw.: "Sabarlah engkau atas keputusan Tuhanmu, karena sesungguhnya Kami selalu mengawasimu."

Allah Swt. sendiri yang mendidik dan melindungi mereka dari perbuatan-perbuatan dosa dan maksiat, sehingga kehidupan mereka bukanlah untuk diri mereka sendiri, melainkan sebagai teladan bagi manusia untuk mendapat petunjuk. Kemudian sunnah-sunnah dan kenangan-kenangan mereka sesudah wafatnya, merupakan pelita pelita yang menerangi kegelapan hidup manusia dan menjelaskan kepadanya jalan kebenaran, maka merekalah pemberi petunjuk kepada siapa kita disuruh Allah untuk mengambil teladan.

Allah Swt. berfirman mengenai Para nabi dan rasulnya-Nya:  


أُولٰٓئِكَ الَّذِينَ ءَاتَيْنٰهُمُ الْكِتٰبَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ  ۚ فَإِنْ يَكْفُرْ بِهَا هٰٓؤُلَآءِ فَقَدْ وَكَّلْنَا بِهَا قَوْمًا لَّيْسُوا بِهَا بِكٰفِرِينَ

ulaaa-ikallaziina aatainaahumul-kitaaba wal-hukma wan-nubuwwah, fa iy yakfur bihaa haaa-ulaaa-i fa qod wakkalnaa bihaa qoumal laisuu bihaa bikaafiriin

"Mereka itulah orang-orang yang telah Kami berikan Kitab, Hikmah, dan kenabian. Jika orang-orang (Quraisy) itu mengingkarinya, maka Kami akan menyerahkannya kepada kaum yang tidak mengingkarinya."

(QS. Al-An'am 6: Ayat 89)

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

أُولٰٓئِكَ الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ  ۖ فَبِهُدٰىهُمُ اقْتَدِهْ  ۗ قُل لَّآ أَسْئَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا  ۖ إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرٰى لِلْعٰلَمِينَ

ulaaa-ikallaziina hadallohu fa bihudaahumuqtadih, qul laaa as-alukum 'alaihi ajroo, in huwa illaa zikroo lil-'aalamiin

"Mereka itulah (para nabi) yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah (Muhammad), "Aku tidak meminta imbalan kepadamu dalam menyampaikan (Al-Qur'an)." Al-Qur'an itu tidak lain hanyalah peringatan untuk (segala umat) seluruh alam."

(QS. Al-An'am 6: Ayat 90) 

Nabi-nabi ini paling taat dan banyak beribadah serta melakukan kebaikan.  

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَجَعَلْنٰهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَآ إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرٰتِ وَإِقَامَ الصَّلٰوةِ وَإِيتَآءَ الزَّكٰوةِ  ۖ وَكَانُوا لَنَا عٰبِدِينَ

wa ja'alnaahum a-immatay yahduuna bi-amrinaa wa auhainaaa ilaihim fi'lal-khoirooti wa iqoomash-sholaati wa iitaaa-az-zakaah, wa kaanuu lanaa 'aabidiin

"Dan Kami menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan Kami wahyukan kepada mereka agar berbuat kebaikan, melaksanakan sholat, dan menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami mereka menyembah."

(QS. Al-Anbiya 21: Ayat 73) 

Apabila kita selidiki ayat-ayat Al-Qur'an, maka kita lihat aya ayat itu menceritakan sifat-sifat yang paling sempurna dan tinggi yang kami sebutkan pada pembicaraan mengenai masing-masing nabi

Sendainya nabi-nabi Allah itu tidak memiliki kesempurnaan seba gai manusia semacam ini, niscaya rendahlah mereka dalam pandangan manusia dan tidak seorang pun yang memenuhi seruan mereka. Seandainya nabi-nabi itu berdusta dan berkhianat serta buruk tingkah lakunya, niscaya lemahlah kepercayaan terhadap mereka dan niscaya mereka itu akan menyesatkan, bukan membimbing, sehingga hilanglah hikmah pengutusan mereka.

Oleh karena itu, maka Allah menyangkal adanya sifat khianat dari semua nabi dengan firman-Nya: "Tidaklah mungkin seorang nabi itu akan berkhianat."

(Q.S. Ali Imran: 161)

Al-Qur'anul Karim bertentangan dengan Perjanjian Lama dalam pandangannya mengenai nabi-nabi. Perjanjian Lama menggam barkan nabi-nabi itu dengan dusta dan penipuan serta perbuatan dosa besar. la menggambarkan Ya'qub sebagai penipu yang menganggap Luth berzina dengan dua orang putrinya; dan mengatakan tentang Harun, bahwa ia berseru kepada orang-orang Israel untuk menyembah anak lembu, dan mengatakan tentang Dawud, bahwa ia berzina dengan istri panglimanya Auriya; dan menyatakan tentang Sulaiman, bahwa ia menyembah patung-patung untuk menyenangkan istri-istrinya. Sedangkan Al-Qur'an telah menceritakan kisah nabi-nabi ini dan tidak menguatkan salah satu dari anggapan-anggapan ini dan inilah keistimewaan Al-Qur'an yang dimilikinya dibanding dengan Perjanjian Lama.

Sesungguhnya penggambaran nabi-nabi dengan sifat-sifat yang jelek, dengan sendirinya akan menimbulkan pengaruh buruk atas jiwa orang mukmin yang bertakwa dan menjauhi maksiat, sehingga ia berkata dalam dirinya: Jika demikian keadaan nabi-nabi Allah dan rasul-rasul-Nya, maka tidak ada halangannya bagi kami untuk berbuat seperti mereka.

Ini adalah kesempatan baik yang mungkin dimanfaatkan oleh orang-orang yang sakit jiwanya untuk merumuskan diri dalam maksiat-maksiat dan dosa-dosa di samping hal ini bertentangan dengan kebenaran dan kenyataan kesucian nabi-nabi Allah dari dosa dosa besar.

Nabi dan rasul terjaga dari perbuatan maksiat

Nabi-nabi menurut Islam terjaga dari perbuatan maksiat. Adakala nya terjadi kesalahan-kesalahan pada sebagian dari mereka yang menimbulkan teguran dan tidak ada hubungannya dengan masalah masalah akidah atau budi pekerti, sehingga perbuatannya tidak dianggap perbuatan yang buruk.

Adakalanya para nabi sendiri menganggap diri mereka kurang memenuhi hak Allah, karena ia termasuk orang yang lebih tahu tentang kemuliaan Allah dan kebesaran-Nya, maka mereka pun meminta ampun kepada Allah atas kekurangan mereka bukan atas dosa-dosa yang mereka lakukan. Ketika nabi-nabi dalam kedudukan tinggi lantaran ketaatan dan kejauhan dari hawa nafsu dan maksiat, maka Allah menyuruh kita untuk taat kepada mereka dan mengambil suri tauladan dari  perjalanan hidup mereka.

Allah Swt berfirman:

"Mereka itulah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka." 

Allah Swt. menyuruh kaum muslimin untuk mengambil teladan dari rasul-Nya Muhammad Saw.:


لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْأَاخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

laqod kaana lakum fii rosuulillaahi uswatun hasanatul limang kaana yarjulloha wal-yaumal-aakhiro wa zakarollaaha kasiiroo

"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah."

(QS. Al-Ahzab 33: Ayat 21) 

Dan surah Al-Fatihah yang diulang-ulang oleh kaum muslimin dalam salat-salat mereka telah dijadikan Allah doa di dalamnya sebagai berikut:

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:


اهْدِنَا الصِّرٰطَ الْمُسْتَقِيمَ

ihdinash-shiroothol-mustaqiim

"Tunjukilah kami jalan yang lurus,"

Terutama di antara mereka yang diberi kenikmatan oleh Allah ialah nabi-nabi. Dalam doa ini terdapat pemberitahuan dari Allah kepada kaum

mukminin agar mereka menjadikan nabi-nabi sebagai ikutan mereka dalam seluruh perbuatan dan perkataan mereka. 

Sifat Maksum Nabi Muhammad SAW

Allah SWT menjaga kemaksuman Nabi Muhammad SAW secara fisik maupun non fisik. Terlahir dalam keadaan tersunat, penjagaan atas keterbukaan auratnya di mata masyarakat, terlindungi dari kemaksiyatan dan keburukan perilaku kaumnya, dan keterjagaan fisiknya terjatuh dalam kemungkaran merupakan beberapa bentuk penjagaan Allah SWT secara fisik terhadap Muhammad SAW

Sedangkan penjagaan non fisik dianugerahkan oleh Allah SWT dalam bentuk ketundukan hawa nafsu Nabi Muhammad pada bimbingan ilahi, pembersihan hatinya dari sifat tercela melalui pembedahan dadanya, dan kegemaran hatinya pada tradisi khalwat sebagai bentuk persiapan hati dan ibadah sebelum datangnya wahyu pertama.

Semua manusia pasti bisa berbuat salah, namun beda dengan Nabi Muhammad SAW, Nabi Muhammad SAW memang manusia biasa seperti kita, namun pada diri Nabi Muhammad SAW terdapat sifat maksum (terpelihara dari dosa), maksudnya adalah apabila Nabi Muhammad SAW berbuat suatu kesalahan, maka Allah menegur langsung agar Nabi Muhammad dapat memperbaiki kesalahannya dan segera mohon ampun pada Allah.

Contohnya : pada saat Nabi Muhammad SAW rapat dengan para pembesar, masuklah ummi maktum (sahabat yg buta), ummi maktum hendak bertanya sesuatu pada Rasulullah, dan muka Rasulullah pada saat itu bermuka masam, maka turunlah surat abasa yang menegur Rasulullah karena sikap rasulullah terhadap ummi maktum itu

Posting Komentar untuk "Sifat Maksum Dari Para Nabi dan Rasul : Hikmah Allah Menjadikan Nabi Dan Rasul"