Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tingkatan Orang Islam dilihat keimanan

Tingkat Keimanan Orang Islam


Dalam risalah Islam dijelaskan, dilihat dari sudut kadar keimanan ternyata orang Islam bertingkat-tingkat pertama muslim kedua mukmin. ketiga muhsin dan keempat mukhlis, serta kelima muttaqin

1. Muslim 

Muslim berarti orang yang menganut agama Islam. Tingkat ini paling mudah dicapai, cukup membaca dua kalimat shayadad Asyhadu Allaa Ilaaha Illallaah Wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah. "Saya bersaksi, bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan saya bersaksi sesungguhnya Muhammad itu utusan Allah Dengan pengakuan seperti itu dia adalah seorang muslim.

2. Mukmin 

Mukmin  adalah mengakui dengan lisan, meyakini dalam hati, serta mengerjakan rukun Islam antara lain membaca dua kalimat shahadat mengerjakan shalat lima waktu sehari semalam (dhuhur, ashar, maghrib isya dan subuh), berpuasa di bulan Ramadhan, mengeluarkan zakat harta dan fitrah, terakhir pergi haji ke Makkah bagi orang-orang yang mampu dan kuasa mengerjakannya.

3. Muhsin 

Muhsin lebih tinggi tingkatannya. Muhsin artinya orang yang sudah mampu berbuat baik kepada Allah dan terhadap sesama makhluk. muhsin ( orang yang ihsan)

hadis nabi tentang Rukun Islam, Iman, dan Ihsan

عَنْ عُمَرَ رضي الله عنه أَيضاً قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه و سلّم ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنِ الإِسْلاَم، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: (الإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدَاً رَسُوْلُ اللهِ، وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ البيْتَ إِنِ اِسْتَطَعتَ إِليْهِ سَبِيْلاً. قَالَ: صَدَقْتَ. فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ، قَالَ: أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ، وَمَلائِكَتِهِ، وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ، وَالْيَوْمِ الآَخِرِ، وَتُؤْمِنَ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ قَالَ: صَدَقْتَ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسئُوُلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ: أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا، وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي البُنْيَانِ ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيَّاً ثُمَّ قَالَ: يَا عُمَرُ أتَدْرِي مَنِ السَّائِلُ؟ قُلْتُ: اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ.


Dari Umar radhiyallahu ‘anhu pula dia berkata; pada suatu hari ketika kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba datang seorang laki-laki berpakaian sangat putih, dan rambutnya sangat hitam, tidak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tidak seorang pun dari kami yang mengenalnya, kemudian ia duduk di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mendekatkan lututnya lalu meletakkan kedua tangannya di atas pahanya, seraya berkata: ‘Wahai Muhammad jelaskan kepadaku tentang Islam?’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ”Islam itu adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya, engkau menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan haji ke Baitullah Al Haram jika engkau mampu mengadakan perjalanan ke sana.” Laki-laki tersebut berkata: ‘Engkau benar.’ Maka kami pun terheran-heran padanya, dia yang bertanya dan dia sendiri yang membenarkan jawabannya. Dia berkata lagi: “Jelaskan kepadaku tentang iman?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “(Iman itu adalah) Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir serta engkau beriman kepada takdir baik dan buruk.” Ia berkata: ‘Engkau benar.’ Kemudian laki-laki tersebut bertanya lagi: ‘Jelaskan kepadaku tentang ihsan?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “(Ihsan adalah) Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Kalaupun engkau tidak bisa melihat-Nya, sungguh Diamelihatmu.” Dia berkata: “Beritahu kepadaku kapan terjadinya kiamat?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Tidaklah orang yang ditanya lebih mengetahui dari yang bertanya.” Ia berkata: “Jelaskan kepadaku tanda-tandanya!” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Jika seorang budak wanita melahirkan tuannya dan jika engkau mendapati penggembala kambing yang tidak beralas kaki dan tidak pakaian saling berlomba dalam meninggikan bangunan.”

Umar radhiyallahu ‘anhu berkata: ‘Kemudian laki-laki itu pergi, aku pun terdiam sejenak.’ Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadaku: “Wahai ‘Umar, tahukah engkau siapa orang tadi?” Aku pun menjawab: “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.”  Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Dia adalah Jibril yang datang untuk mengajarkan agama ini kepada kalian.” (HR Muslim)

4. Mukhlis

Setelah muhsin, tingkat berikutnya adalah mukhlis, yaitu orang yang ikhlas dalam mengerjakan sesuatu hanya semata-mata karena Allah. Beribadah bukan untuk mendapat pujian mertua, pemimpin atau Kyai. Rajin shalat, tekun puasa, membayar zakat, sering membaca Kitab Suci Al-Quran. berdzikir dan bersedekah bukan untuk memperoleh predikat alim di mata masyarakat. Pergi haji untuk mendapatkan titel haji. Seluruh ibadahnya semata-mata karena Allah dan mengharap ridha-Nya semata.

5. Muttaqin

Tingkat paling tinggi ialah muttaqin yakni orang yang benar-benar takwa kepada Allah. Pengertian takwa adalah: waspada terus menerus agar mencintai Allah melebihi apa pun dan siapa pun. Kedua, waspada terus menerus agar jangan terlalu lama di dalam laknat atau kutukan Allah. Dan etiga, maka dengan dua macam kewaspadaan itu, dikerjakan perintah Allah Secara tepat dan ikhlas, serta dijauhi larangan Allah sejauh-jauhnya.

Dikatakan bertakwa secara benar-benar, apabila cintanya kepada Allah tidak tergoyahkan pada selain Dia. Tidak meninggalkan peribadatan hanya karena sibuk memburu harta, tahta dan wanita jelita. Cintanya kepada Allah tidak musnah sedikit pun saja oleh sapuan-sapuan nikmat duniawi.

Allah berfirman dalam Al-Quran, artinya, "Wahai orang-orang yang Heriman, telah diwajibkan puasa kepadamu sebagaimana puasa itu diwajibkan kepada orang-orang yang sebelum kamu, agar kaun Sekalian bertakwa." (QS. 2: 183)

Pada akhir ayat 183 surat Al-Baqarah itu menjelaskan tentang tujuan puasa Ramadhan, agar orang-orang yang beriman mencapai tingkat takwa. Agar dapat mencapai peringkat paling bergengsi di hadapan Allah, yaitu titel muttaqin, marilah puasa Ramadhan kita laksanakan sebaik-baiknya. 

waallahu a'lam bisshowab

Posting Komentar untuk "Tingkatan Orang Islam dilihat keimanan"