Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Biografi Syekh Muhammad bin Muhammad Ibn Al-Jazariy

Biografi Syekh Muhammad bin Muhammad Ibn Al-Jazariy

Beliau adalah Syamsuddin Abul Khair Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin ‘Ali bin Yusuf Ad-Dimasyqi, yang terkenal dengan nama Ibnul Jazari, nisbah kepada pulau kecil (jazirah) di perbatasan Suriah dan Turki, Jazirah Ibnu ‘Umar. beliau terkenal dengan karangannya dalam bidang tajwid matan al Jazariyah

Ibnul Jazari dilahirkan pada Sabtu malam, setelah shalat tarawih, tanggal 25 Ramadhan 751 H. bertepatan dengan 30 November 1350 M. di Damaskus, Syam (sekarang Suriah). Ayahnya adalah seorang pedagang yang rajin menuntut ilmu dan menghadiri halaqah Al-Qur’an. Salah seorang guru ayahnya bernama Syaikh Hasan As-Saruji, yang kelak juga menjadi salah satu guru Ibnul Jazari. Dikisahkan bahwa orangtua Ibnul Jazari selama 40 tahun pernikahan belum dikaruniai  anak.  Pada  saat  haji  tahun  750  H.  Orangtuanya  berdoa  kepada  Allah  sambil meminum air zam-zam agar mendapat anak yang shalih lagi berilmu. Tepat sembilan bulan kemudian lahirlah Ibnul Jazari.

Sejak kecil Ibnul Jazari sudah “dititipkan” oleh ayahanya kepada para ulama besar untuk mempelajari Al-Qur’an. Menghafalkannya, membaca dan mendengarkan hadits. Diantaranya kepada Syaikh Hasan As-Saruji, Syaikh Ibnul Bukhari dan para ulama besar lainnya. Ia juga mengambil ijazah pada para ulama sepuh seperti Muhammad bin Isma’il Al-Khabbaz 

Sejak kecil Imam Al-Jazari sibuk mempelajari Al-Qur’an dan telah hafal Al-Qur’an pada umur 13 tahun serta menguasai qiraat pada umur 17 tahun. Selain mempelajari dan menghafal ilmu Al-Qur’an, Ibnul Jazari menambah dengan mendengarkan hadits-hadits Nabi dari para Sejak kecil Imam Al-Jazari sibuk mempelajari Al-Qur’an dan telah hafal Al-Qur’an pada umur 13 tahun serta menguasai qiraat pada umur 17 tahun. Selain mempelajari dan menghafal ilmu Al-Qur’an, Ibnul Jazari menambah dengan mendengarkan hadits-hadits Nabi dari para pakarnya, misalnya dari para sahabat Al-Fakhr Ibnul Bukhari dan yang lainnya di Damaskus. 

Ia pun meminta ijazah dari beberapa guru besar seperti dari paman kakeknya yang bernama Al- Mu’ammar Muhammad bin Isma’il Al-Khabbaz.   Ibnul Jazari telah selesai menghafalkan Al- Qur’an  pada tahun 764 H. dan telah menjadi imam shalat setahun kemudian, yakni pada saat usianya 14 tahun Hijriyah. Ibnul Jazari dikenal sebagai orang yang memiliki kekayaan harta, kulitnya putih kemerahan, dan tutur katanya fasih lagi mudah dipahami.

Beliau mulai menjamak qiraat kepada para qari’ besar di Damaskus, seperti: Abu Muhammad Abdul Wahhab bin As-Salar dan Ahmad Ath-Thahhan, dan Ahmad bin Rajab pada kurun waktu 766-767 H. Beliau juga selesai membaca Qiraah Sab’ah secara jamak kepada Ibrahim Al-Hamawi dan Abul Ma’ali bin Al-Laban pada tahun 768 H.

Setelah itu, muncul keinginan yang kuat darinya untuk mendapatkan sanad yang tinggi dan ilmu yang lebih dalam lagi. Maka, beliau pun melakukan rihlah ke Hijaz pada tahun yang sama untuk membaca qiraat  kepada Khathib dan  Imam Madinah, Muhammad bin Abdullah Al- Khathib, melalui jalur kitab Al-Kafi dan At-Taysir. Setelah beliau menyelesaikannya, maka beliau kembali ke Damaskus dan membaca kepada Ibnus Salar dan sejumlah qari’ dan ulama lainnya.

Beliau berkeinginan melakukan perjalanan ke Andalusia untuk mengambil sanad kepada Muhammad  bin  Yusuf  Al-Andalusi,  namun  orangtuanya  melarangnya.  Kemudian  beliau bersafar ke Mesir pada 769 H. dan bertalaqqi serta mengambil sanad kepada para ulama besar disana. Diantaranya Muhammad bin Ash-Shaigh, Abdurrahman  bin Al-Baghdadi, dan Abu Bakr bin Al-Jundi. Beliau mendapatkan ijazah pada tahun ini dari Abu Bakr bin Al-Jundi.

Pada rihlah keduanya ke Mesir tahun 771 H., Ibnul Jazari kembali membaca untuk menjamak berbagai riwayat Al-Qur’an  pada Ibnu ash-Shaigh dan Ibnul Baghdadi. Juga untuk bertalaqqi hadits kepada ‘Ali bin Baqi, muridnya Ad-Dimyati dan para ahli hadits disana, serta memperdalam fiqih madzhab Syafi’i dengan bertalaqqi kepada Abdurrahim Al-Isnawi, dan selainnya.

Kembali dari Mesir Ibnul Jazari membaca Qiraah Sab’ah dengan menjamak pada Al-Qadhi Ahmad Al-Kufri di Damaskus. Tidak lama setelah itu, beliau kembali ke Kairo untuk membaca kitab-kitab Ushul, Ma’ani dan Bayan pada Adh-Dhiya Al-Quzwayni dan ke Iskandariyah untuk menjamak Qiraat pada Abdul Wahhab Al-Qarawi.

Pada saat kembali ke Damaskus, Ibnul Jazari telah menjadi seorang ulama besar dalam berbagai ilmu: Qiraat, Fikih, dan Hadits. Salah seorang gurunya, yang juga merupakan ulama besar umat Islam, Al-Hafizh Ibnu Katsir pada tahun 774 H. memberikan ijazah lil-ifta Terjemah Tafsiriyyah Muqaddimah Jazariyyah Laili Al-Fadhli (untuk berfatwa) sebagai bentuk tazkiyah (pengakuan dan rekomendasi) terhadap keilmuan Ibnul Jazari.

Pada tahun-tahun berikutnya, Ibnul Jazari tetap melaksanakan safar ke negeri-negeri kaum muslimin. Bedanya, dahulu beliau bersafar dengan status sebagai seorang pelajar, maka kemudian beliau bersafar dengan status sebagai pengajar dan ulama besar. Ibnul Jazari juga menjadi pengajar tetap di kubah Masjid Al-Umawi dan majlis-majlis lain, terutama setelah wafat guru-gurunya, maka Ibnul Jazari menjadi penggantinya.

Pada tahun 788 H., beliau kembali bersafar ke Mesir sebagai seorang guru dan ulama, namun pada tahun berikutnya keluar dari Mesir dan bersafar ke beberapa negara, lalu kembali ke Mesir bersama putranya Abul Fath Muhammad pada tahun 798 H. Kemudian bersafar ke Turki dan disambut oleh Sultan Utsmani Bayazid seraya memintanya untuk mengajar dan menetap di Turki. Maka, Ibnul Jazari menetap selama 7 tahun untuk mengajar Qiraat, ‘Ulumul Qur’an, dan Hadits.

Selepas wafatnya Sultan Bayazid, maka Ibnul Jazari keluar dari Turki dan bersafar ke kota Kasy. Kemudian pada tahun 805 H beliau pergi ke Samarkand dan pada tahun 807 H beliau pergi ke Khurasan, dan menetap di Asfahan selama 1 tahun hingga kemudian pergi ke Syiraz di akhir 808 H dan menetap di sana selama 14 tahun.

Pada tahun 821 H, Ibnul Jazari pergi ke Irak untuk mengajar. Beliau pun menetap di Bashrah selama 1 tahun. Setelah itu, beliau melakukan perjalanan ke ‘Unaizah, dekat Kota Madinah, ditemani oleh salah seorang muridnya, Mu’inuddin bin ‘Abdullah Qadhi. Mereka mendapatkan musibah. Di tengah perjalanan, seluruh hartanya dirampok sampai tidak tersisa sedikitpun bagi mereka. Dalam kondisi seperti itu, Ibnul Jazari menyusun syair tiga qiraat yang berjudul “Ad-Durratul Mudhiyyah Fil Qiraatits Tsalatsil Mutammimah Lil-‘Asyrah”, dimana pada akhir bait syair tersebut, Imam Ibnul Jazari mengisyaratkan musibah di ‘Unayzah tersebut.

Beliau  juga  melakukan  perjalanan  ke  Makkah  dan  Yaman.  Pada  tahun  826  H  beliau bersafar ke Kairo dan berjumpa dengan putranya, Abu Bakr Ahmad yang telah berpisah selama 20 tahun. Bersama putranya ini, beliau melakukan beberapa perjalanan ke Makkah dan Kairo. Pada bulan Jummadil Akhir tahun 829 H mereka kembali ke Damaskus dan kemudian berpisah lagi disana. Putranya melanjutkan perjalanan ke Romawi sedangkan Ibnul Jazari memutuskan untuk pergi ke Syiraz. Ibnul Jazari tinggal disana untuk mengajar dan menerima bacaan hingga menghadap keharibaan Rabbnya pada hari Jumat, 5 Rabi’ul Awwal 833 H

Guru-guru Al-Imam Ibnul Jazari

Guru-guru Al-Imam Ibnul Jazari sangat banyak dan merupakan ahli dari berbagai disiplin ilmu. Berikut sebagian guru beliau:

1. Abu al-Hasan Ali Muhammad bin Abd. Samad al-Sakhawi

2. Abu Abdillah Muhammad bin Umar al-Qurtubi

3. Al-Sadid Isa bin Makki

4. Murtada bin Jamaah

5. Al-Kamal Ali bin Shuja’ al-Darir

6.  Al-Zain Muhammad bin Umar al-Kurdi

7. Isa bin Yusuf al-Tujubi

8. Abd. Rahman bin Ismail al-Tunisi

9. Abu Amr Uthman bin Umar bin Hajib

10.  Sheikh Abu al-Hasan Ali bin Hibbatullah bin al-Jumaizi

11.  Abu Bakar Muhammad bin Wazzah al-Lakhmi

12.  Abdullah bin Muhammad bin Abd. Waris bin al-Azraq

Daftar kitab Karangan Ibnul Jazari

Ibnul Jazari banyak sekali menulis kitab dalam berbagai cabang ilmu, diantaranya:

1. Ad-Durratul Mudhiyyah,

2. Al-Bayan Fi Khath ‘Utsman,

3. Al-Bidayah Fi ‘Ulumir Riwayah,

4. Al-Muqaddimah Fima ‘Ala Qariil Qur’ani An Ya’lamah,

5. An-Nasyr Fil Qiraatil ‘Asyr,

6. At-Tamhid Fi ‘Ilmit Tajwid,

7. Az-Zahrul Fa`ih,

8. Dzatusy Syifa Fa Siratil Mushthafa wa Man Ba’da min Khulafa,

9. Jami’ul Asanid fil Qiraat,

10.  Mukhtarun Nashihah bil Adillatish Shahihah,

11.  Mukhtashar Tarikh Islami lidz Dzahabi,

12.  Muqaddimah ‘Ulumil Hadits,

13.  Syarh Minhajil ‘Ushul,

14.  Thabbaqatul Qurra,

15.  Thayyibatun Nasyr Fil Qiraatil ‘Asyr,

16.  Ushulul Qiraat, dll




sumber :

Abu Ezra Laili Al-Fadhli, Terjemah Tafsiriyyah Matn Muqoddimah Jazariyah, Cet.7 (Depok: Online Tajwid,2019), 1.

Fakhrie Hanief, “Perbedaan Bacaan dalam Pembelajaran Ilmu Tajwid menurut Thariq Al-Syatibi dan Ibn Al- Jazari pada Qira’at ‘Ashim Riwayat Hafs”, Tarbiyah Islamiyah, Vol. 5, No.1 (Januari-Juni 2015). 10-11.

Al-Fadhli, Terjemah Tafsiriyyah Matn Muqoddimah Jazariyah, Cet.7, 2-5

Mochammad Mukhid Mashuri,”Peran Imam Syatibi dan Ibn Al-Jazari dalam Ilmu Qiroaat”, Mafhum, Vol. 01, No.01 (Mei 2016), 30. 


Posting Komentar untuk "Biografi Syekh Muhammad bin Muhammad Ibn Al-Jazariy"