Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Penjelasan Pasal Penjelasan Pembagian Waqaf Dalam Kitab Hidayatul Mustafid

 

Penjelasan Tentang Takbir, Sebab takbir, Permulaannya Dan Akhirnya Dalam Kitab Hidayatul Mustafid

Kitab Hidayatul Mustafid Merupakan salah satu kitab yang membahas tentang Ilmu Tajwid. Kitab Hidayatul Mustafid dikarang / disusun oleh Syekh Muhammad Al-Mahmud.  kitab ini terdiri dari pertanyaan dan jawaban di setiap pasalnya, mengenai Pasal Penjelasan Pembagian Waqaf  Dalam Kitab Hidayatul Mustafid terdapat dalam bab fasal Pasal Pasal Penjelasan Pembagian Waqaf  / faslun fi bayaani aqsaamil waqf Kitab Hidayatul Mustafid. 

baca terjemahan pasal pembagian waqaf Dalam Kitab Hidayatul Mustafid.

Pasal Penjelasan Pembagian Waqaf - فَصْلٌ فِي بَيَانِ أقْسَامِ الوَقْف

waqaf dalam membaca Al Qur'an terbagi menjadi 4 bagian, yaitu 

1. Waqaf Tam,

Yaitu waqaf (berhenti) pada kalimat yang tidak berhubungan dengan kalimat sesudahnya dan tidak pula berhubungan pada kalimat sebelumnya, baik berhubungan secara lafadz maupun maknanya, seperti waqaf pada kalimat "الْمُفْلِحُوْنَ" (Surat Al-Baqarah ayat 5). 

2. Waqaf Kaf, 

Yaitu waqaf (berhenti) pada kalimat yang tidak berhubungan dengan kalimat sesudahnya dan tidak pula berhubungan pada kalimat sebelumnya, hanya berhubungan secara lafadz namun tidak berhubungan dengan maknanya saja. Seperti pada Firman Allah "لَا يُؤْمِنُوْنَ" pada awal Surat Baqarah (ayat 7) karena ayat itu bersamaan dengan ayat sesudahnya, yaitu "خَتَمَ اللّٰهُ" masih berhubungan makna dengan ayat "بِالْكَافِرِيْنَ" (ayat 19).

3. Waqaf Hasan, 

Yaitu waqaf pada kalimat yang berhubungan dengan kalimat sesudahnya dan kalimat sebelumnya dengan syarat kalimatnya sempurna ketika waqaf pada kalimat itu. Seperti waqaf pada kalimat "الْحَمْدُ لِلّٰهِ" pada Surat Fatihah, karena kalimat "رَبِّ" adalah sifat (dari kalimat "رَبِّ") yang mana kalimat sesudahnya masih berhubungan dengan kalimat yang telah diwaqafkan dalam segi lafadznya. Seperti juga waqaf pada kalimat "عَلَيْهِمْ" yang pertama dari Surat Fatihah, karena lafadz "غَيْرِ" adalah sifat pada kalimat "الَّذِيْنَ" atau merupakan badal dari kalimat itu (kalimat "الَّذِيْنَ") 

4. Waqaf Qabih.

Yaitu waqaf pada kalimat yang tidak berfaidah karena tidak adanya sempurnanya kalimat dan kalimat sesudah dan sebelumnya masih berhubungan, baik secara lafadz maupun makna. Sperti lafadz pada kalimat "بِسْمِ" dari kalimat "بِسْمِ اللّٰهِ", kalimat "الْحَمْدُ" dari kalimat "الْحَمْدُ لِلّٰهِ", kalimat "مَالِكِ " atau "يَوْمِ " dari kalimat "مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ", karena tidak diketahui kemana kalimat itu disandarkan atau pada kalimat yang diragukan sifatnya yang tidak patut disandarkan kepada Allah Yang Maha Luhur, 

4 Tempat Imam Hafs membaca saktah (diam) ?

Pertama di Surat Al-Kahfi (ayat 1-2) pada Firman Allah Yang Maha Luhur "وَلَمْ يَجْعَلْ لَّهُ عِوَجًا" kemudian beliau membaca membaca saktah secara lembut tanpa bernafas dan melanjutkan bacaannya "قَيِّمًا".

Kedua, di dalam Surat Yasin (ayat 52) pada Firman Allah Yang Maha Luhur "مَنْ بَعَثَنَا مِنْ مَرْقَدِنَا" kemudian membaca saktah (diam) sebagaimana yang telah dijelaskan dan melanjutkan bacaannya "هٰذَا"

Ketiga, di dalam Surat Al-Qiyamah (ayat 27) pada Firman Allah Yang Maha Luhur "وَقِيْلَ مَنْ" kemudian membaca sakta sedemikian rupa dan melanjutkan bacaan "رَاقٍ".

Keempat, di dalam Surat Al-Muthaffifin (ayat 12) pada Firman Allah Yang Maha Luhur "كَلَّا ۖ بَلْ" kemudian membaca sakta seperti yang telah dijelaskan dan melanjutkan bacaan "رَانَ".

Posting Komentar untuk "Penjelasan Pasal Penjelasan Pembagian Waqaf Dalam Kitab Hidayatul Mustafid"