Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tamyiz : Pengertian, Pembagian, Ketentuan dan Contohnya.

Bab Tamyiz - Kitab Jurumiyah beserta Bagan dan Penjelasannya

PengertianTamyiz - التَّمْيِيْزِ 

Secara etimologi (bahasa), tamyiz berasal dari kata ميّز, yang berarti   “ memisahkan sesuatu dari yang lain atau mengutamakan sesuatu daripada yang lain. Tamyiz berfungsi untuk menjelaskan kesamaran dari apa yang dimaksud kata atau kalimat sebelumnya.

Sedangkan secara terminologi (istilah) tamyiz ialah :

التمييز : اسم نكرة يذكر تفسيرا للمبهم من ذات أو نسبة

“ isim nakirah yang dituturkan untuk memperjelas kesamaran suatu zat atau suatu nisbah.”
Sedangkan Ali Ridha dalam bukunya اللغة العربية mengatakan bahwa:

التمييز هو اسم نكرة جامد متضمن معنى من يفسّر و يبين ما قبله من إسم ذات أو جملةٍ.

“ Tamyiz adalah isim nakirah yang mengandung arti menjelaskan kata- kata sebelumnya”.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tamyiz adalah isim nakirah yang disebutkan dengan tujuan menghilangkan kesamaran isim yang terletak sebelumnya. Atau dengan kata lain bahwa tamyiz merupakan keterangan pembeda, terhadap pengertian yang belum jelas pada kata-kata yang sebelumnya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa Isim nakirah itu mengandung pengertian مِنْ ( berarti dari)

Dalam kitab al jurumiyah disebutkan pengertian tamyiz

التَّمْيِيِزُ هُوَ الْاِسْمُ الْمَنْصُوْبُ المُفَسِّرُ لِمَا اَنْبَهَمَ مِنَ الذَّوَاتِ، نحو قَوْلِكَ:تَصَبَّبَ زَيْدٌ عَرَقَاً، وَتَفَقَّأَ بَكْرٌ شَحْمَاً، وَطَابَ مُحَمَّدٌ نَفْسًا وَاِشْتَرَيْتُ عِشْرِيْنَ غُلَامًاً، وَمَلَكْتُ تِسْعِيْنَ نَعْجَةً، وَزَيْدٌ أَكْرَمُ مِنْك أَبَاً، وَأَجْمَلُ مِنْكَ وَجْهاً.

Tamyiz ialah isim yang dibaca nashob , yang berfungsi menjelaskan beberapa perkara(dzat) yang samar . seperti contoh ucapanmu: tashabbaba zaidun ‘araqan (telah mengalir zaid,keringatnya) , tafaqqa a bakrun syahman (telah terpecah pecah bakar,lemaknya) , thoba muhammadun nafsan (telah wangi muhammad,badanya) , isytaraitu ‘isyrina ghulaaman (aku telah membeli dua puluh orang budak)  , malaktu tis’iina na’jatan (aku memiliki sembilan puluh ekor kambing)  , zaidun akramu minka abaa (zaid itu lebih mulia dari kamu , bapaknya) , ajmalu minka wajhan (dan lebih bagus dari kamu wajahnya).

Tamyiz termasuk isim yang dinashabkan yang menjelaskan zat yang sebelumnya samar

Contohnya :

 تَصَبَّبَ زَيْدٌ عَرَقًا
keringat zaid mengalir,

  تَفَقَّأَ بَكْرٌ شَحْمًا
lemak Bakr berlapis-lapis

طَابَ مُحَمَّدٌ نَفْسًا
badan Muhammad wangi

اِشْتَرَيْتُ عِشْرِينَ غُلَامًا
aku membeli 20 budak

مَلَكْتُ تِسْعِينَ نَعْجَةً
aku memiliki 90 ekor kambing

زَيْدٌ أَكْرَمُ مِنْكَ أَبًا
Bapaknya Zaid lebih mulia dari mu

أَجْمَلُ مِنْكَ وَجْهًا
 wajah Zaid lebih tampan darimu

Ketentuan Tamyiz

وَلَا يَكُوْنُ التَّمْيِيْزُ إِلَّا نَكِرَةً، وَلَا يَكُوْنُ إِلَّا بَعْدَ تَمَامِ اْلكَلاَمِ

Dan tidak ada tamyiz kecuali dengan isim nakirah , dan juga tidak ada tamyiz kecuali sesudah sempurnanya kalam/perkataan. 

Tamyiz itu harus nakirah dan tamyiz hanya terjadi setelah kalimat nya sempurna.

Pembagian Tamyiz

Tamyiz sebagai penjelasan dari sesuatu yang kabur atau belum jelas terbagi dalam dua jenis:

1.    Tamyiz al- Mufrad.

Tamyiz mufrad yaitu tamyiz yang menjelaskan sesuatu kekaburan yang timbul dari kosa kata (المفرد ). Tamyiz ini terbagi dua:

a.       Tamyiz yang bukan bilangan

b.      Tamyiz yang termasuk bilangan.

a.    Tamyiz yang bukan bilangan

Tamyiz bukan bilangan terbagi pula dalam:

1)      Yang menunjukkan pada takaran (الكيل), seperti :

“Saya mempunyai satu liter beras”         عندي لترٌ ارزًّا

2)      Yang menunjukkan pada timbangan ( الوزن), seperti:

“ saya mempunyai satu kilo gram apel.عندي كيلو جرام تفّاحا

3)      Yang menunjukkan kepada luas (المساحة), seperti:

“saya mempunyai satu hektar tanah” عندي هكتار أرضا

4)      Yang menunjukkan pada ukuran panjang (الطول ), seperti:

“Dia mempunyai satu meter dari kain” عنده متر قماشا

5)      Tamyiz adalah asal dari kata sebelumnya, seperti:

“ Dia mempunyai cincin perak” عنده خاتم فضة

 Susunan kalimat dan struktur diatas dapat diungkapkan dalam bentuk lain, yaitu bahwa semua isim yang berbentuk tamyiz yang manshub dapat dijadikan:

1)      Majrur, dengan huruf jar “من” , seperti :

عندي لتر من ارزٍ : saya mempunyai beras satu liter

عندي خاتم من فضّةٍ : saya mempunyai cincin perak

Atau majrur sebagai “المضاف إليه”, seperti:

عندي لترُ ارزّ : saya mempunyai beras satu liter

عندي خاتمُ فضةٍ: saya mempunyai cincin perak

2)      Atau sebagai badal ( البدل ), atau pengganti dari isim sebelumnya. Karena itu,

 Badal bisa berasal dari isim marfu’ (المرفوع ), seperti :

عندها ساعةٌ ذهبٌ : dia mempunyai jam emas

عندكَ ثوبٌ صوفٌ: kamu mempunyai pakaian wol

Badal dari isim manshub, seperti :

اشترينا هكتارًا ارضًا : kami membeli satu hektar tanah

صنعنا كرسيًّا خشبًا : kami membuat kursi kayu

Badal dari isim majrur, seperti:

زرعْنا على هكتارٍ ارضٍ : kami menggarap satu hektar tanah

جلسنا على كرسيٍّ خشبٍ : kami duduk diatas kursi kayu

b.    Tamyiz Bilangan ( تمييز عدد ).

Tamyiz bilangan dibagi ke dalam Sembilan bentuk:

a.       Bilangan (angka) satu dan dua tidak mempunyai tamyiz, karena masing – masing bentuk telah menunjukkan kepada jumlahnya, seperti:

مجلّةٌ ( sebuah majalah)

مجلّتانِ ( dua buah majalah)

Tetapi dapat juga ditulis bersamaan dengan angkanya, namun ia berstatus sebagai taukid (التوكيد) yang berarti penguat.

b.      Bilangan angka 3 ( tiga) sampai dengan sepuluh, dalam menentukan tamyiznya, mempunyai 3 ciri:

1)      Berbentuk jamak

2)      Majrur, sebagai mudhaf ilaih (مضاف إليه )

3)      Bilangan (العدد )dengan yang dibilang (المعدود ) dalam hal ini adalah tamyiz selalu berlawanan antara muzakkar  dan muannats, coba perhatikan contoh: ثلاثُ كُتُبٍ

Kata “كتب” adalh yang dibilang atau yang dihitung, sekaligus berperang sebagai tamyiz berbentuk jamak majrur, karena ia adalah mudaf ilaih, yang berasal dari kata “كِتَابٌ” yang berbentuk mufrad muzakkar, oleh karena ia muzakkar, maka bilangannya (العدد) harus muannats, yaitu “ثلاثة”. Akan tetapi sebaliknya, apabila yang dihitung muannats, maka bilangnnya harus muzakkar, seperti : ثلاثُ مجلّاتٍ.

c.       Bilangan (angka) sebelas dan dua belas, ketentuannya sebagai berikut :

1)      Tamyiznya atau al- ma’dudnya berbentuk mufrad dan manshub.

2)      Tidak berlawanan antara al-‘adad dan al- ma’dud atau tamyiznya dari segi muzakkar dan muannats.

3)      Bilangan satuan dan puluhannya selalu mabni, kecuali kata “اثنان” (ia marfu’ dengan alif dan manshub dan majrur dengan ya). Hubungan antara “اثنان” dengan puluhannya yaitu “عشر”, adalah hubungan antara mudhaf dengan mudhaf ilaih. Jadi huruf nun pada kata “اثنان” dibuang dan menjadi “اثنا عشر”  atau “اثنى عشر” kalau mansub atau majrur.

Sebagai contoh :

حَضَرَ أحدُ عشرُ طالبًا : telah hadir sebelas mahasiswa

رَأيْتُ أحدَ عشرَ طالبا : saya melihat sebelas mahasiswa

نَظَرْتُ إلَى احْدَى عَشرة طَالبةً : saya melihat sebelas mahasiswi

حَضَرَ اثنا عشرُ طالبًا : telah hadir dua belas mahasiswa

رَأيْتُ اثنىَ عشرَ طالبا : saya melihat dua belas mahasiswa

نَظَرْتُ إلَى اثنتى عَشرة طَالبةً. : saya melihat dua belas mahasiswi

d.      Bilangan (angka) tiga belas sampai dengan Sembilan belas (kecuali) angka puluhan yang bersamaan dengan angka satu dan dua, ketentuannya sebagai berikut:

1)      Tamyiz (al-ma’dud)nya: mufarad dan manshub dengan fathah.

2)      Al-‘adad bersama dengan al-ma’dud, atau tamyiznya berlawanan dengan mudzakkar dan muannats pada bilangan satuannya.

3)      Angka puluhan dan satuannya mabni. Contoh: untuk yang dihitung mudzakkar, maka satuan bilangannya harus mu’annats.

ثلاثة عشر طالبا : tiga belas mahasiswa

Yang dihitung, yaitu: "طالب", ia adalah muzakkar, maka satuan bilangannya yaitu “ثلاثة” harus berbentuk muannats. Dan kedua, puluhan dan satuan tetap mabni. Demikian pula sebaliknya, apabila yang dihitung muannats, maka bilangannya harus mudzakkar. Seperti: ثلاث عشرة طالبة         : tiga belas mahasiswi

Perhatikan contoh – contoh berikut :

خمسة عشر يوما   : lima belas hari

خمس عشرة مجلة : lima belas majallah

ستة عشر قلما  : enam belas polpen

 ست عشرة جريدة: enam belas koran

e.       Untuk angka puluhan genap dari dua puluh, tiga puluh, dan seterusnya, tetap terbentuk mufrad dan manshub, dan tidak berlawanan antara muannats dengan mudzakkar, seperti:

حضر عشرون طالبا او طالبة : telah hadir dua puluh mahasiswa atau mahsiswi

رأيت عشرين طالبا أو طالبة: saya melihat dua puluh mahasiswa

نظرت الى ثلاثين طالبا او طالبة : saya melihat tiga puluh mahasiswa

f.        Untuk angka (bilangan) satu dan dua bersamaan dengan angka puluhan genap dari dua puluh, tiga puluh, dan seterusnya, maka angka satu dan dua tidak berlawanan antara al-‘adad dengan al-ma’dud, seperti:

حضر واحد وعشرون طالبا                  حضرت احدى و عشرون طالبة

حضر اثنان و عشرون طالبا                   حضرت اثنتان و عشرون طالبة

g.      Untuk angka (bilangan) satuan tiga sampai dengan Sembilan, apabila bersamaan dengan angka puluhan, dan sampai ke angka Sembilan puluh, maka angka satuannya sebagai al-’adad  berlawanan dengan al-ma’dud dan tamyiznya berbentuk mufrad dan manshub.

Perhatikan contoh – contoh berikut:

نجح ثلاثة و عشرون طالبا                              نجحت ثلاث و عشرون طالبة 

رأيت أربعة و ثلاثين طالبا                                 رأيت أربعا و عشرون طالبة

نظرت الى سبعة و اربعين طالبا                              نظرت إلى سبع و أربعين طالبة

h.      Untuk angka (bilangan) seratus, seribu, jutaan, maka tamyiznya adalah mufrad majrur dan tidak berlawanan antara al-‘adad dan al-ma’dud, contoh:

مائة طالب او طالبة : seratus mahasiswa

الف طالب او طالبة : seribu mahasiswa

مليون طالب او طالبة : satu juta mahasiswa

2.    Tamyiz Nisbah atau Jumlah (تمييز النسبة او الجملة)

Tamyiz nisbah atau jumlah adalah tamyiz yang menjelaskan atau menentukan maksud dari suatu jumlah yang belum jelas bagi si pendengar, seperti kalau kita mengatakan:

Tamu itu segar………..                                              طاب الضيف...........

Susunan kalimat tersbut dalam bahasa Arab masih menimbulkan pertanyaan, yaitu apa yang segar? Apakah jiwanya, hingga kita harus mengatakan: طاب الضيف نفسا, apakah dari segi mentalnya, hingga kita harus mengatakan    طاب الضيف عقلا, ataukah dari segi budi pekertinya, hingga kita seharusnya mengatakan: طاب الضيف خلقا .

Jadi kata “ نفسا, عقلا,  خلقا , dalam contoh tersebut berfungsi sebagai tamyiz, karena menjelaskan aspek yang mana yang dimaksud dengan ungkapan “طاب الضيف”  itu. Oleh karena itu, ia disebut “تمييز الجملة”, karena menjelaskan maksud dari satu jumlah, yang juga dikenal dengan “تمييز النسبة “ .

Kata نفسا, عقلا,dan  خلقا ,tidak berfungsi sebagai maf’ul bihi (مفعول به), karena kata kerja “طاب” termasuk kata kerja lazim “الفعل اللازم” yaitu fi’il yang tidak memerlukan maf’ul bih (مفعول به).

Tamyiz nisbah atau jumlah ini, terbagi dua:

1.      Tamyiz yang berasal dari fungsi yang lain, selain ia sebagai tamyiz, juga biasa dikenal dengan istilah “التمييز المحوّل “ atau “التمييز المنقول  ". kata المحوّل dan المنقول (yang berarti dialihkan atau dipindahkan), apakah pengalihan dan pemindahan berasal dari fa’il, maf’ul bih ataupun berasal dari mubtada’.

Contoh:  

·         استعل الرأس شيبا  : menyala kepala itu ke uban ( diliputi oleh warna putih) seakan- akan ia menyala.

Kata “الرأس” marfu’ sebagai fail dan “شيبا  “ manshub, sebagai tamyiz, dan contoh tersebut berasal dari : اشتعل شيب الرأسِ

·         وفجّرنا الأرض عيونا  : kami memancarkan bumi itu penuh mata air.

Kata “الأرض” adalah maf’ul bih, karena itu ia mansub, sedang kata “عيونا” adalah tamyiz, juga manshub. Contoh tersebut berasal dari : وفجّرنا عيون الأرض

·         الأستاذ اكثر منك علما  : guru itu lebih banyak ilmu dari pada anda.

Kata “الأستاذ  “ adalah mubtada’, kata “اكثر” adalah khabar dan ia marfu’, kata “علما” adalah tamyiz dan ia manshub. Contoh tersebut berasal dari : علم الأستاذ اكثر من علمك

2.      Tamyiz yang tidak dialihkan dari posisi yang lain menjadi tamyiz (التمييز غير المنقول)  atau ( غير المنقول ), seperti kalam seseorang ingin mengungkapkan rasa kekagumannya terhadap keistimewaan orang lain, maka ia mengatakan :

لله دَرُّهُ شاعرا : alangkah bagusnya ia sebagai seorang penyair

لله دره كاتبا: alangkah bagusnya ia sebagai seorang penulis

Dan contoh- contoh yang lain seperti:

وكفى بالله ناصرا  Cukuplah Allah menjadi penolong :                                       


Posting Komentar untuk "Tamyiz : Pengertian, Pembagian, Ketentuan dan Contohnya."