Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian Dan Penjelasan Hadits Mudhtharib Dalam Kitab Al Baiquniyah

Pengertian Dan Penjelasan Hadits  Mudhtharib ’ Dalam Kitab Al Baiquniyah
Hadits Mudhtharib

      

Kitab  mandzumah matan al Baiquniy / البيقونية - Baiquniyah merupakan satu dari sekian banyak kitab yang membahas ilmu ulumul Hadits. Manzhumah al-Baiquniyah (bahasa Arab: منظومة البيقونية‎) merupakan naskah ringkas (matan) pengantar ilmu hadis (musthalahul hadits) dalamnya terdapat rangkaian bait-bait syair (nazham) yang berisi istilah dan hukum dasar seputar pembagian hadits dan macam-macamnya. pegarang kitab matan baiquni adalah Thaha atau amr bin Muhammad bin Futuh Al-Baiquni, seorang ahli hadits yang wafat sekitar tahun 1080 H (1669/1670 M).

Tentang Kitab Baiquni

Nama kitab            :   Manzhumah al-Baiquniyah (bahasa Arab: منظومة البيقونية‎)

Nama pengarang   :    Thaha atau amr bin Muhammad bin Futuh Al-Baiquni

Fan bidang ilmu     :    pengantar ilmu hadis (musthalahul hadits) 

Karya al-Baiquni terbilang populer, hal ini dapat dilihat dari banyaknya ulama yang memberikan syarah atau penjelasan terhadap kitab tersebut. Seperti Ahmad bin Muhammad al-Hamwi (w. 1098 H) yang menuliskan syarahnya yang berjudul Talqih al-Fikr bi Syarh Manzumah al-Atsar, kemudian Muhammad bin Ahmad al-Badiri al-Dimyathi (w. 1140 H) yang menulis Syarh Mandzumah al-Baiquni, ada pula Hasan bin Ghali al-Azhari al-Jadawi (w. 1202 H) menulis kitab Syarh al-Mandzumah al-Baiquniyah. Tercatat puluhan ulama yang diketahui telah menuliskan syarah untuk kitab al-Mandzumah al-Baiquniyyah.

kitab ini berisi syair yang terdiri dari 34 bait. Meskipun minim keterangan, namun hampir seluruh pembahasan mengenai ilmu hadis dibahas di dalamnya. Jumlah keseluruhan 32 macam jenis  pembahasan hadits diantaranya hadits shahih, hasan, dha’if, marfu', maqthu’, musnad, muttashil, musalsal, ‘aziz, masyhur, mu’an’an, mubham, ‘ali, nazil, mauquf, mursal, gharib, munqathi’, mu’dhal, mudallas, syadz, maqlub, fard, mu’allal, mudhtharib, mudraj, mudabbaj, muttafiq-muftariq, mu`talif-mukhtalif, munkar, matruk, dan maudhu’.

Pada bagian ini akan membahas secara rinci Pengertian Dan Penjelasan Hadits Mudhtharib Dalam Kitab Al Baiquniyah :

BAIT 25

وَذُو اخْتِلافِ سَنَدٍ أَوْ مَتْــنِ ۞ مُضْطَرِبٌ عِنْدَ أُهَيْلِ الْفَنِّ

Hadits yang sanad atau matannya berbeda disebut hadits mudhtharib menurut ahli hadits

Hadits Mudhtharib

Secara bahasa mudhtharib artinya (مُخْتَلٌّ) yaitu goncang, tidak teratur, bingung, tidak seimbang, tidak normal, dan sakit pikiran. Secara istilah hadits mudhtharib adalah hadits yang diriwayatkan seorang atau banyak perawi dalam bentuk redaksi yang berbeda dengan riwayat yang masyhur, padahal sama-sama kuat sehingga tidak bisa ditarjih (ditentukan yang kuat) karena tidak mungkin dijama’ (digabungkan).

hadis mudhtharib adalah hadis yang terjadi perselisihan baik pada sanadnya atau matnnya atau keduanya dari seorang rawi atau lebih. Gambarannya adalah ketika seorang perawi atau lebih meriwayatkan suatu hadis dengan bentuk lebih dari satu; misalnya suatu hadis diriwayatkan terkadang dengan peniadaan dan terkadang diriwayatkan dengan penetapan, atau terkadang dengan tambahan suatu lafadz terkadang tidak, atau terkadang diriwayatkan dengan maushul (bersambung) terkadang dengan mursal, dan seterusnya. Dengan catatan bahwa perselisihan itu (1) tidak mungkin untuk dikompromikan satu dengan yang lainnya (jama’) dan (2) tidak mungkin untuk dikuatkan salah satu dari yang lainnya (tarjih)

Idhthirab (kegoncangan) ini kebanyakan terjadi pada sanad tetapi kadang terjadi juga pada matan. Ia termasuk hadits dha’if.

Contoh muththarib sanad adalah hadits Abu Dawud no. 689 dalam Sunannya yang dinilai dha’if Al-Albani:

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ الْمُفَضَّلِ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ أُمَيَّةَ، حَدَّثَنِي أَبُو عَمْرِو بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ حُرَيْثٍ، أَنَّهُ سَمِعَ جَدَّهُ حُرَيْثًا يُحَدِّثُ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيَجْعَلْ تِلْقَاءَ وَجْهِهِ شَيْئًا، فَإِنْ لَمْ يَجِدْ فَلْيَنْصِبْ عَصًا، فَإِنْ لَمْ يَكُنْ مَعَهُ عَصًا فَلْيَخْطُطْ خَطًّا، ثُمَّ لَا يَضُرُّهُ مَا مَرَّ أَمَامَهُ

Sanad hadits ini idhthirab karena beberapa riwayat antara Ismail bin Umayyah sampai Abu Hurairah goncang redaksinya hingga mencapai 10 lebih, di antaranya:

١- عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ أُمَيَّةَ، عَنْ أَبِي مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ حُرَيْثٍ يُحَدِّثُهُ عَنْ جَدِّهِ

٢- عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ أُمَيَّةَ، عَنْ أَبِي عَمْرِو بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ حُرَيْثٍ، عَنْ جَدِّهِ حُرَيْثِ بْنِ سُلَيْمٍ

٣- عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ أُمَيَّةَ، عَنْ أَبِي عَمْرِو بْنِ حُرَيْثٍ، عَنْ أَبِيهِ

٤- عَنْ أَبِي مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ حُرَيْثٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ

Sya’aib Al-Arnauth mengomentari ini dalam ta’liq Shahih Ibnu Hibban no. 2361, “Sanadnya dha’if karena idhthirab dan kemajhulan (tidak dikenal) Abu Muhammad bin ‘Amr bin Huraits dan kakeknya. Hadits ini didha’ifkan oleh Sufyan Ibnu ‘Uyainah, Asy-Syafi’i, Al-Baghawi, dan lain-lain. Ibnu Qudamah berkata dapat Al-Muharrar, ‘Ini hadits mudhtharib isnad.’”


Posting Komentar untuk "Pengertian Dan Penjelasan Hadits Mudhtharib Dalam Kitab Al Baiquniyah"