Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Larangan Mencela dan Mencaci maki Sahabat Nabi Muhammad Saw (dalil Al qur'an dan Hadis)

Larangan Mencela dan Mencaci maki Sahabat Nabi Muhammad Saw
Larangan Mencela dan Mencaci maki Sahabat Nabi Muhammad Saw

Secara bahasa, kata ash-shahabah (الصحابة) adalah bentuk plural (jamak) dari kata shahib (صاحب) atau shahabiy (صحابي) yang berarti teman sejawat.

Sahabat Nabi Muhammad adalah orang yang pernah bertemu Rasulullah SAW,  beriman kepada allah SWT dan rasulullah serta berikrar mengikutinya. Ini merupakan keistimewaan persahabatan dengan Rasulullah. 

 LARANGAN MENCELA SAHABAT

Allah telah meridhai para sahabat. Sehingga, bila mencela mereka, berarti menunjukkan ketidakridhaan kepada mereka. Demikian ini bertentangan dengan firman Allah :

لَّقَدْ رَضِىَ اللهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَافِي قُلُوبِهِمْ فَأَنزَلَ السَّكِينَة عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا

“Sungguh Allah telah meridhai kaum mukminin ketika mereka memba’iatmu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).” (QS. Al Fath: 18)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ يُؤْذُونَ اللهَ وَرَسُولَهُ لَعَنَهُمُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَاْلأَخِرَةِ وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا مُّهِينًا

“Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan.” (QS. al-Ahzab: 57).

Orang-orang yang menyakiti para sahabat berarti mereka telah menyakiti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan siapa saja yang menyakiti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berarti telah menyakiti Allah Subhanahu wa Ta’ala dan siapa pun yang menyakiti Allah Subhanahu wa Ta’ala maka dia adalah orang yang melakukan perbuatan dosa yang paling besar bahkan bisa mengeluarkan pelakunya dari Islam. 

sebuah hadis tentang larangan mencela sahabat , Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ

Dari Abu Sa’id Al Khudri RA yang berkata Rasulullah SAW bersabda “Janganlah Kalian mencela para SahabatKu. Seandainya salah seorang dari Kalian berinfaq emas sebesar gunung Uhud tidak akan menyamai satu mud infaq salah seorang dari mereka dan tidak pula setengahnya”.

Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahih Bukhari 5/8 no 3673, Muslim dalam Shahih Muslim 4/1067 no 221 (2540), Sunan Tirmidzi 5/695 no 3861, Sunan Abu Dawud 2/626 no 4658, Sunan Ibnu Majah 1/57 no 161 dan Musnad Ahmad 3/11 no 11094.

Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

مَنْ سَبَّ أَصْحَابِي، فَعَلَيْهِ لَعْنَـةُ اللهِ، وَالْـمَلَائِكَةِ، وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ

“Barang siapa mencela sahabatku, atasnya laknat Allah, para malaikat dan manusia seluruhnya.” (HR. Thabarani dalam Mu’jamul Kabir, 12:142 dihasankan oleh Al-Albani dalam Silsilah Ahadis Ash-Shahihah, no.2340).

Masih banyak lagi dalil-dalil yang menunjukkan kemuliaan para sahabat dan haramnya mencela apalagi mencaci para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan kewajiban kita adalah memuliakan mereka karena mereka telah memuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Inilah manhaj (metode) yang ditempuh oleh ahlus sunnah wal jama’ah. Siapa saja yang menyimpang dari metode ini berarti mereka adalah orang-orang yang tersesat dari jalan yang benar.

Al-Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan, “Termasuk hujjah (argumentasi) yang jelas adalah menyebut kebaikan-kebaikan para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam seluruhnya, dan menahan lisan dari membicarakan keburukan mereka dan perselisihan yang terjadi di antara mereka. Siapa saja yang mencela para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam atau salah satu di antara mereka, mencacat dan mencela mereka, membongkar aib mereka atau salah satu dari mereka maka dia adalah mubtadi (bukanlah ahlussunnah), rafidhi (Syi’ah) yang berpemikiran menyimpang. Mencintai para sahabat adalah sunah, mendoakan kebaikan untuk mereka adalah amalan ketaatan, meneladani mereka adalah perantara (ridha-Nya), mengikuti jejak mereka adalah kemuliaan. Para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia terbaik, tidak dibenarkan bagi seorang pun menyebut-menyebut kejelekan mereka, tidak pula mencacat atau mencela dan membicarakan aib salah satu di antara mereka.” Wallahu a’lam.

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda di dalam hadits 'Irbadh bin Sariyah,

عليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين من بعدي عضوا عليها بالنواجذ وإياكم ومحدثات الأمور

Wajiblah atas kalian berpegang dengan sunnahku dan sunnah khulafaurrasyidin yang berpetunjuk sepeninggalku,gigitlah sunnah itu dengan gigi-gigi geraham. Hati-hatilah kalian terhadap hal-hal baru(dalam agama)(HR Tirmidzi)

Khulafaurrasyidin adalah:Abu Bakar,Umar,Usman dan Ali, radhiallahu anhum. Allah ta'ala pernah menurunkan firman Nya tentang kemuliaan Abu Bakar dalam beberapa ayat Al Quran.

Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan diantara kalian bersumpah bahwa mereka(tidak)akan memberi(bantuan)kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah,dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada (An Nuur:22)

Tidak ada yang memperselisihkan bahwa ayat tersebut berkenaan dengan Abu Bakar yang di sifati dengan keutamaan,Allah meridhoinya.

Allah berfirman lagi,

Sedang ia adalah salah seorang di antara dua orang di dalam gua (At Taubah:40)

Bahwa ayat tersebut juga tentang Abu Bakar juga tidak ada yang memperselisihkannya. Allah menjadi saksi atas persahabatannya dan Allah memberikan berita gembira dengan kedamaian. Ia juga dihiasi dengan kata Tsaniya itsnaini(satu diantara dua) sebagaimana Umar bin Khatab berkata, siapakah yang lebih mulia daripada satu di antara dua orang sedang Allah yang ketiganya.

Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda dalam hadits Abdullah bin Busr radhiallahu anhu:

طُوْبَى لِمَنْ رَآنِي وَطُوْبَى لِمَنْ رَأَى مَنْ رَآنِي وَلِمَنْ رَأَى مَنْ رَأَى مَنْ رَآنِي وَآمَنَ بِي

“Keberuntungan bagi orang yang melihatku (para sahabat), keberuntungan bagi orang yang melihat orang yang melihatku (tabi’in), keberuntungan bagi orang yang melihat orang yang melihat orang yang melihatku (atba’ut tabi’in) dan beriman kepadaku”. (HR. Al-Hakim no. 7095 dan dihasankan oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 1254)

Posting Komentar untuk "Larangan Mencela dan Mencaci maki Sahabat Nabi Muhammad Saw (dalil Al qur'an dan Hadis)"