Pandangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah Terhadap Sahabat Rasulullah SAW
Ahlus Sunnah wal Jama’ah Terhadap Sahabat Rasulullah SAW |
Sahabat Rasulullah SAW
Secara bahasa, kata ash-shahabah (الصحابة) adalah bentuk plural (jamak) dari kata shahib (صاحب) atau shahabiy (صحابي) yang berarti teman sejawat.
Sahabat Nabi Muhammad adalah orang yang pernah bertemu Rasulullah SAW, beriman kepada allah SWT dan rasulullah serta berikrar mengikutinya. Ini merupakan keistimewaan persahabatan dengan Rasulullah.
Allah SWT berfirman:
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا ۖ سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ ۚ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ ۗ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Fath: 29)
rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda dalam hadits Abdullah bin Busr radhiallahu anhu:
طُوْبَى لِمَنْ رَآنِي وَطُوْبَى لِمَنْ رَأَى مَنْ رَآنِي وَلِمَنْ رَأَى مَنْ رَأَى مَنْ رَآنِي وَآمَنَ بِي
“Keberuntungan bagi orang yang melihatku (para sahabat), keberuntungan bagi orang yang melihat orang yang melihatku (tabi’in), keberuntungan bagi orang yang melihat orang yang melihat orang yang melihatku (atba’ut tabi’in) dan beriman kepadaku”. (HR. Al-Hakim no. 7095 dan dihasankan oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 1254)
Pandangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah Terhadap Sahabat Rasulullah SAW
Aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah sangat menjaga keselamatan hati dan lidah dari kebencian terhadap sahabat Rasulullah. Keselamatan hati dari kebencian, kemarahan dan iri hati dan keselamatan lidah dari segala ucapan yang tidak layak terhadap kedudukan para sahabat.
Terhadap pasa sahabat, pandangan Hati Ahlus Sunnah wal Jamaah bersih dari semua kebencian, melainkan penuh dengan kecintaan, penghormatan, penghargaan kepada sahabat Nabi. Ahlus Sunnah mencintai sahabat Nabi dan mengunggulkannya di atas seluruh manusia karena mencintai mereka termasuk mencintai Rasulullah dan mencintai Rasulullah termasuk mencintai Allah.
Sehingga seseorang yang berpaham ahlus sunnah wal jamaah, lidah mereka tidak mencela, menghina, melaknat, pemberian gelar fasik, kafir dan lain-lain yang dilontarkan oleh ahli bid’ah , mereka adalah Udul ( Udul jama’ dari Adil . ( Menurut bahasa Adl yaitu : “Adalah” atau ‘Adl lawan dari Jaur yang artinya kejahatan. Rojulun ‘Adl maksudnya : Seseorang dikatakan adil yakni seseorang itu diridhai dan diberi kesaksiannya.(Lihat Kamus Muktarus- Shihah hal. 417 cet. Darul Fikr). Menurut Istilah ahli : Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata : “Yang dimaksud dengan adil ialah orang yang mempunyai sifat ketaqwaan dan muru’ah”. ( Nuzhatun Nazhar Syarah Nukhbatul-Fikar hal. 29 cet. Maktabat Thayibah tahun 1404H).
para sahabat memiliki derajat dan kedudukan tinggi. Keutamaan dan kedudukan yang ada bagi sahabat Nabi SAW diterima oleh Ahlus Sunnah wal Jamaah.
Sebagai contoh Ahlus Sunnah menerima banyaknya shalat atau sedekah atau puasa atau haji atau jihad atau keutamaan-keutamaan lain dari mereka. Ahlus Sunnah menerima – contohnya – keutamaan Abu Bakar yang hadir kepada Nabi dengan seluruh hartanya pada saat Nabi mendorong sahabat bersedekah. Ini adalah keutamaan.
Ahlus Sunnah menerima keterangan yang ada di dalam al-Qur’an dan Sunnah bahwa Abu Bakarlah seorang yang menemani Rasulullah dalam hijrah di gua. Mereka menerima sabda Nabi tentang Abu Bakar, “Sesungguhnya orang yang paling banyak jasanya terhadapku dalam harta dan persahabatannya adalah Abu Bakar.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Begitu pula keterangan-keterangan tentang keutamaan Umar, Usman dan Ali dan sahabat-sahabat yang lain. Semua itu diterima oleh Ahlus Sunnah wal Jamaah. Begitu pula dengan derajat, Ahlus Sunnah wal Jamaah menerima keterangan tentang derajat mereka. Derajat tertinggi umat ini diraih oleh khulafa’ rasyidin, yang tertinggi dari mereka adalah Abu Bakar kemudian Umar kemudian Usman kemudian Ali.
Hal itu karena perkara-perkara berikut:
Pertama :
Dari Abdullah bin Mas’ud radliallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
“Sebaik-baik manusia adalah orang-orang yang hidup pada zamanku (generasiku) kemudian orang-orang yang datang setelah mereka kemudian orang-orang yang datang setelah mereka.” (HR. Al-Bukhari no. 3378 dan Muslim no. 4601)
Kedua : Mereka adalah perantara antara Rasulullah dengan umat, dari merekalah umat menerima syariat.
Ketiga : Jasa penaklukan yang besar lagi luas melalui tangan mereka. Dengan wasilah mereka lah negeri-negeri dapat merasakan hidayah iman dan islam.
Keempat : Mereka menebarkan kemuliaan di kalangan umat, Kejujuran, nasihat, akhlak dan adab yang tidak ada di selainnya. Hal ini tidak diketahui oleh orang yang membaca tentang mereka dari balik tembok, bahkan hal ini tidak diketahui kecuali oleh orang yang hidup dalam sejarah mereka dan mengenal keutamaan-keutamaan, jasa-jasa, pengorbanan-pengorbanan dan ketaatan mereka kepada Allah dan Rasul-Nya.
Posting Komentar untuk "Pandangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah Terhadap Sahabat Rasulullah SAW"