Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Macam-macam akad dalam Islam

 

Macam-macam akad dalam Islam
Macam-macam akad dalam Islam

Macam-macam akad berdasarkan obyek akad ada dua:

1)    ‘Aqdun Māliyyun

Yaitu akad yang tejadi pada obyek akad berupa harta, baik kepemilikannya dengan sistem timbal balik seperti akad bai‟ (jual beli), atau tanpa timbal balik seperti akad hibah (pemberian) dan akad qorḍ (utang- piutang).

2)    ‘Aqdun Gairu Māliyyin

Yaitu akad yang obyek akadnya tidak berupa harta seperti akad wakālah (perwakilan).

Macam –macam akad berdasarkan boleh digagalkan atau tidak ada dua:

1)    Akad Lāzim

Yaitu akad yang tidak boleh digagalkan secara sepihak tanpa ada sebab yang menuntut untuk menggagalkan akad seperti ada cacat dalam obyek akad. Akad lāzim tidak bisa batal sebab meninggalnya salah satu atau kedua pelaku akad. Seperti akad ijārah (persewaan) dan akad hibah (pemberian) setelah barang diterima mauhūb lah (pihak penerima).

2)    Akad Jā’iz

Yaitu akad yang boleh digagalkan oleh pelaku akad. Seperti akad wakālah (transaksi perwakilan) atau akad wadī‟ah (transaksi penitipan barang). Akad jā‟iz berbeda dengan akad lāzim, yakni jika salah satu pelaku akad meninggal maka berkonsekuensi membatalkan akad.
Secara detail, ada tiga macam:
•    Lāzim dari kedua pelaku akad.
•    Jā‟iz dari kedua pelaku akad.
•    Lāzim dari satu pihak dan jā‟iz dari pihak lain.


>   Akad yang tergolong dalam kategori lāzim dari kedua pelaku akad ada lima belas:

No.

Jenis Akad

1.

Bai‟; transaksi jual beli. jika masa khiyār telah habis.

2.

Salam; transaksi pesanan. jika masa khiyār telah habis.

3.

Ṣuluḥ; transaksi perdamaian.

4.

Hawālah; transaksi peralihan hutang.

5.

Ijārah; transaksi persewaan.

6.

Musāqāh; transaksi pengairan.

7.

Hibah ; transaksi pemberian. Jika barang telah diterima selain pemberian dari orangtua kepada anaknya.

8.

Wasiat ; setelah adanya penerimaan dari pihak penerima wasiat.

9.

Nikah.

10.

Mahar.

11.

Khulu‟; transaksi permintaan cerai dari pihak istri dengan „iwaḍ

(imbalan).

12.

I‟tāq; transaksi memerdekakan budak dengan „iwaḍ (imbalan).

13.

Musābaqah; perlombaan. jika „iwaḍ (imbalan/hadiah) berasal dari kedua belah pihak.

14.

Qarḍ; transaksi utang-piutang. Jika harta sudah ditasarufkan oleh pihak yang berhutang.

15.

„Āriyyah;   transaksi    peminjaman.    Jika    peminjaman untuk digadaikan atau mengubur jenazah.


>    Akad yang tergolong dalam kategori jā‟iz dari kedua pelaku akad ada dua belas:

No.

Jenis Akad

1.

Syirkah; transaksi perserikatan dagang.

2.

Wakālah; transaksi perwakilan.

3.

Wadī‟ah; transaksi penitipan barang.

4.

Qirāḍ; transaksi bagi hasil.

5.

Hibah; transaksi pemberian. Jika barang belum diterima.

 

6.

„Āriyyah; transaksi peminjaman. Jika peminjaman untuk selain digadaikan atau mengubur jenazah.

7.

Qaḍā`; putusan hukum.

8.

Wasiat; sebelum orang yang berwasiat meninggal.

 

9.

Wiṣāyah; setelah orang yang berwasiat meninggal dan sebelum adanya penerimaan dari pihak penerima wasiat.

10.

Rahn; transaksi gadai.

11.

Qarḍ;     transaksi    utang-piutang.    Jika     harta               belum ditasarufkan oleh pihak yang berhutang.

12.

Ju‟ālah; sayembara.

>    Akad yang tergolong dalam kategori lāzim dari salah satu pihak dan jā‟iz dari pihak lain ada delapan:

No.

Jenis Akad

 

1.

Rahn; transaksi gadai. Jika barang telah diterima murtahin (penerima gadai) atas izin rāhin [penggadai], maka status akad jā`iz dari pihak murtahin dan lāzim dari pihak rāhin.

 

2.

Ḍamān; transaksi jaminan. Jā`iz dari pihak maḍmūn lah (pihak yang dijamin) dan lāzim dari pihak ḍāmin (pihak yang menjamin).

 

3.

Kitābah; memerdekakan budak dengan sistem persyaratan budak harus mencicil sejumlah harta pada majikan. Jā`iz dari pihak budak dan lāzim dari pihak majikan.

 

4.

Hibah; pemberian orangtua kepada anaknya setelah barang diterima. Jā‟iz dari pihak orangtua dan lāzim dari pihak anak.

 

 

5.

Imāmah „Uẓmā; pengangkatan pemimpin tertinggi (al- imām al-a‟ẓam) dalam pemerintahan Islam. Lāzim dari pihak ahlul halli wal „aqdi dan jā`iz dari pihak imam selama ia bukan satu-satunya orang yang pantas untuk menjadi pemimpin.

 

6.

Hudnah; kesepakatan gencatan senjata antara pemerintah Islam dan non muslim. Lāzim dari pihak Islam dan jā`iz dari pihak non muslim.

 

7.

Amān; jaminan keamanan untuk non muslim yang hendak memasuki/mengunjungi wilayah kekuasaan pemerintah Islam. Lāzim dari pihak muslim dan jā`iz dari pihak non muslim.

 

8.

Jizyah; pajak yang diwajibkan pada non muslim yang mendapat perlindungan dari pemerintah Islam. Lāzim dari pihak pemerintah dan Jā`iz bagi pihak non muslim.


Macam-macam akad berdasarkan adanya imbalan atau tidak ada dua:

1)    Akad Mu’āwaḍah

Yaitu akad yang didalamnya terdapat imbalan („iwaḍ) baik dari satu pihak atau kedua belah pihak. Seperti akad bai‟ (transaksi jual beli), dan akad ijārah (transaksi persewaan). Imbalan („iwaḍ) dalam transaksi jenis ini disyaratkan harus diketahui oleh kedua pelaku akad, sehingga tidak sah jika imbalan tidak diketahui salah satu atau kedua pelaku akad.
 
Akad mu‟āwaḍah terbagi menjadi dua:
a)    Mu’āwaḍah Maḥḍah
Yaitu setiap akad yang obyek akadnya bersifat materi dari kedua belah pihak baik secara hakiki seperti akad jual beli dan salam, atau secara hukman seperti akad ijārah dan muḍārabah.
b)    Mu’āwaḍah Gairu Maḥḍah
Yaitu setiap akad yang obyek akadnya bersifat materi dari salah satu pihak seperti akad nikah dan khulu‟ atau tidak bersifat materi dari kedua belah pihak seperti akad hudnah (genjatan senjata) dan akad qaḍā‟ (kontrak hakim).

2)    Akad Tabarru’

Yaitu akad yang didalamnya tidak terdapat imbalan („iwaḍ). Seperti akad
hibah (transaksi pemberian). Akad tabarru‟ ada lima:
a)    Wasiat
b)    „Itqun (memerdekakan budak)
c)    Hibah (pemberian)
d)    Wakaf
e)    Ibāḥaḥ (perizinan untuk menggunakan barang). Seperti perizinan untuk meminum susu kambing kepada fakir miskin. Maka pihak yang mendapatkan izin tidak berhak mentasarufkan layaknya pemilik barang. Hanya boleh sebatas meminum, tidak boleh memberikan atau menjual pada orang lain.

Macam-macam akad berdasarkan terpenuhi rukun dan tidaknya terbagi menjadi dua:

1)    Akad Ṣaḥīḥ

Yaitu akad yang terpenuhi semua rukun dan syaratnya. Akad yang ṣaḥīḥ akan berkonsekuensi sebagaimana tujuan akad. Seperti konsekuensi berupa pemindahan kepemilikan barang terhadap pembeli dan pemindahan kepemilikan alat pembayaran terhadap penjual dalam transaksi jual beli, atau konsekuensi berupa pemindahan kepemilikan hak pemanfaatan barang terhadap pihak penyewa dan pemindahan kepemilikan alat pembayaran (ongkos sewa) terhadap pihak yang menyewakan dalam transaksi persewaan.

2)    Akad Fāsid

Yaitu akad yang tidak terpenuhi semua rukun dan syaratnya. Seperti pelaku akad adalah orang gila atau anak kecil. Kebalikan dari akad ṣaḥīh, akad fāsid tidak berkonsekuensi apapun. Maka transaksi jual beli yang dilakukan orang gila atau anak kecil tidak berkonsekuensi pemindahan kepemilikan. Dalam arti, barang tetap milik penjual dan alat pembayaran tetap milik pembeli.

Macam-macam akad berdasarkan adanya batas waktu yang ditentukan atau tidak terbagi menjadi dua:

1)    Akad Mu’aqqat

Yaitu akad yang disyaratkan harus ada penyebutan batas waktu. Seperti akad ijārah (transaksi persewaan) dan akad musāqāh (transaksi pengairan). Sehingga tidak sah jika jenis transaksi ini dilakukan tanpa ada penyebutan batas waktu.

2)    Akad Muṭlaq

Yaitu akad yang tidak diharuskan ada penyebutan batas waktu. Artinya, penyebutan batas waktu dalam transaksi ini tidak menjadi rukun bahkan jika ada penyebutan batas waktu akan menyebabkan transaksi tidak sah. Seperti akad nikah dan akad wakaf. Jika dalam transaksi ada penyebutan batas waktu seperti “saya nikahkan Ahmad dengan Fatimah dengan batas waktu satu tahun” maka akad nikah batal. Berbeda dengan akad mu‟aqqat, karena penyebutan batas waktu dalam akad mu‟aqqat menjadi rukun.

Posting Komentar untuk "Macam-macam akad dalam Islam"