Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Muzaraáh Dan Mukhabarah : Dalil, Definisi, Dan Klasifikasi

Muzaraáh Dan Mukhabarah : Dalil, Definisi, Dan Klasifikasi

A.    DALIL MUZĀRA’AH & MUKHĀBARAH

Dalil yang mendasari legalitas muzāra‟ah dan mukhābarah adalah sabda Rasulullah Saw.
 
“Dari Amr bin Dinar, ia mengatakan aku berkata kepada Ṭāwus wahai Abu Abdurrahman sebaiknya kau tinggalkan akad mukhābarah sebab para sahabat mengira bahwa Nabi Saw. melarangnya. Lalu Ṭāwus berkata wahai Amr orang yang lebih alim dari mereka yaitu Ibn Abbas memberitahuku bahwa Nabi tidak melarang mukhābarah melainkan beliau hanya mengatakan seandainya salah satu kalian memberikan (pinjaman) tanah kepada saudaramu, akan lebih baik dari pada menarik upeti tertentu kepadanya”. (HR. Muslim)
 
“Nabi Saw. melarang mukhābarah”. (HR. Bukhari)

“Sesungguhnya Rasulullah Saw. melarang muzāra‟ah dan memerintahkan ijārah, dan bersabda tidak ada masalah dengan ijārah”. (HR. Muslim)

 

B.    DEFINISI MUZĀRA’AH & MUKHĀBARAH

Muzāra‟ah secara bahasa adalah tanaman. Sedangkan secara istilah adalah kontrak kerja sama antara pemilik tanah (mālik) dengan pekerja („āmil) untuk bercocok tanam dengan sistem bagi hasil sesuai kesepakatan. Adapun benih dalam akad muzāra‟ah berasal dari mālik. Mukhābarah secara bahasa adalah tanah yang lunak (tidak keras). Mukhābarah secara istilah adalah kontrak kerja sama seperti muzāra‟ah. Namun dalam praktik mukhābarah benih berasal dari „āmil.

Meskipun hampir sama, para ulama Syafi’iyah membedakan antara mukhabarah dan muzara’ah. Mukhabarah adalah mengelola tanah di atas sesuatu yang dihasilkannya dan benihnya berasal dari pengelola. Adapun muzara’ah sama seperti mukhabarah, hanya saja benihnya berasal dari pemilik tanah.

Jadi perbedaan keduanya adalah terletak pada modalnya. Jika modal menggarap tanah berasal dari penggarap maka disebut mukhabarah. Sedangkan apabila modal berasal dari pemilik tanah maka disebut muzara’ah.


C.    KLASIFIKASI HUKUM MUZĀRA’AH & MUKHĀBARAH

Akad muzāra‟ah dan mukhābarah dipersilisihkan oleh Ulama. Secara umum ada tiga pendapat:
1)    Keduanya Sah
Pendapat pertama mengatakan bahwa muzāra‟ah dan mukhābarah adalah transaksi yang sah. Pendapat ini dipilih oleh Imam Assubki dan Imam Annawawi yang mengikuti Ibn Munżir. Pendapat ini bertendensi pada amaliyah sahabat Umar dan penduduk madinah.
2)    Keduanya Tidak Sah
Pendapat kedua kebalikan dari pendapat pertama. Pendapat ini dipilih oleh Imam Syafii, Imam Malik dan Imam Abu Hanifah.
3)    Muzāra’ah Sah, Mukhābarah Batal
Pendapat ini adalah pendapat Imam Ahmad bin Hanbal.

Posting Komentar untuk "Muzaraáh Dan Mukhabarah : Dalil, Definisi, Dan Klasifikasi"