Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Terjemah Bab Ni’ma dan Bi’sa dan kalimah yang berlaku seperti keduanya Kitab Alfiyah Ibnu Malik

Terjemah Bab Ni’ma dan Bi’sa dan kalimah yang berlaku seperti keduanya Kitab Alfiyah Ibnu Malik

نِعْمَ وَبِئْسَ وَمَا جَرَى مَجْرَاهُمَا
Ni’ma dan Bi’sa dan kalimah yang berlaku seperti keduanya


فِعْلانِ غيْرُ مُتَصَرِّفَيْنِ ***  نِعْمَ وَبِئْسَ رَافِعَان اسْمَيْنِ

Ada dua fi'il yang tidak menerima tashrif, yaitu ni'ma dan bisa keduanya dapat me-rafa-kan isim-nya masing-masing.


مُقَارِنَىْ ألْ أوْ مَضَا فَينِ لِمَا *** قَارَنَهَا كَنِعِمَ عُقْبَى الكُرَما

Yang dibarengi dengan al atau di-mudhaf-kan kepada lafaz yang dibarengi dengan al, seperti contoh: ni'ma 'uqbal kuramaa (sebaik- baik akhir adalah bagi orang-orang yang dermawan).


وَيَرْفَعَانِ مُضْمَراً يُفَسِّرُهُ *** مُمَيِّزٌ كَنِعْمَ قَوْماً مَعْشَرُهُ

Keduanya dapat me-rafa-kan isim dhamir yang ditafsiri oleh mumayyiz (tamyiz), seperti ni'ma qauman ma'syaruhu (sebaik-baik kaum adalah golongannya).


وَجَمْعُ تَمْيِيْزٍ وَفَاعِلٍ ظَهَرْ  *** فِيْهِ خِلاَفٌ عَنْهُمُ قَدِ اشْتَهَرْ

Menghimpunkan antara tamyiz dan fa'il yang ditampakkan permasalahannya masih diperselisihkan di kalangan mereka (ahli nahwu), hal ini sudah terkenal.


وَمَا مُمَيِّزٌ وَقِيْلَ فَاعِلُ ***  فِي نَحْوِ نِعْمَ مَا يَقُولُ الفَاضِلُ

lafaz ma yang berkedudukan tamyiz, menurut beberapa pendapat sebagai fail `contohnya ni'ma ma yaquulul faadil (sebaik baik perkataan adalah yang dikatakan orang yang memiliki keutamaan)


وَيُذْكَرُ المَخْصُوصُ بَعْدُ مُبْتَدَا ***  أَو خَبَرَ اسْمِ لَيْسَ يَبْدُو أَبَدَا

Isim yang dijadikan subjek disebutkan sesudahnya sebagai mubtada, atau sebagai khabar dari isim (mubtada) yang selamanya tida disebutkan.


وَإِنْ يُقَدَّمْ مُشْعِرُ بِهِ كَفَى ***  كَالعِلمُ نِعْمَ المُقْتَنَى وَالمُقْتَفَى

Apabila telah didahulukan lafaz yang memberitahukan tentangnya, maka hal ini sudah dianggap cukup, contoh "al 'ilmu ni'mal muqtana wal muqtafa" (Ilmu adalah sebaik-baik hal yang dicari dan diikuti).


وَاجْعَل كَبِئْسَ سَاء وَاجْعَل فَعُلاَ ***  مِنْ ذِي ثَلاَثَةٍ كَنِعْمَ مُسْجَلاَ

Jadikanlah lafaz saa'a seperti bi'sa, dan jadikanlah wazan fa'ula dari fi'il tsulatsi dikategorikan sebagai ni'ma.


وَمِثْلُ نِعْمَ حَبَّذَا الفَاعِلُ ذَا  *** وَأَنْ تُرِدْ ذَمًّا فَقُل لاَ حَبِّذَا

Sama dengan lafaz ni'ma yaitu lafaz habbadzaa, sedangkan dzaa sebagai fa'il-nya. Apabila hendak mengungkapkan kata celaan katakanlah, "la habbadzaa".


وَأَولِ ذَا المَخْصُوصَ أَيًّا كَانَ لاَ ***  تَعْدِل بِذَا فَهْوَ يُضَاهِي المَثَلاَ

Ikutilah (letakkanlah) al makhshush (subjek) sesudah dzaa dalam bentuk apapun, dan janganlah menyesuaikan dengan dzaa karena sesungguhnya dzaa disamakan sebagai matsal (peribahasa).


وَمَا سِوَى ذَا ارْفَعْ بِحَبَّ أَو فَجُرّ ***  بِالبَا وَدُونَ ذَا انْضِمَامُ الحَا كَثُرْ

Lafaz selain dzaa rafa-kanlah dengan habba, atau jar-kanlah dengan ba; bila tanpa dzaa huruf haa banyak dibaca dhammah.

Posting Komentar untuk "Terjemah Bab Ni’ma dan Bi’sa dan kalimah yang berlaku seperti keduanya Kitab Alfiyah Ibnu Malik"