Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

15 perkara Sunnah Haiat dalam Kitab Fathul Qorib

 

 

15 perkara Sunnah Haiat dalam Kitab Fathul Qorib

Fathul Qorib adalah kitab fikih bermazhab Asy-Syafii karya Syekh Muhammad Qasim al-Ghazi yang merupakan syarah Matan Abu Syuja atau yang populer dengan nama At-Taqrib.

Dalam kitab fathul qorib al-mujib ini dibahas tentang fiqih Mazhab Imam Syafi'i terdiri dari muqaddimah dan pembahasan ilmu fiqih yang secara garis besar terdiri atas empat bagian, yaitu tentang cara pelaksanaan ibadah, muamalat, masalah nikah, dan kajian hukum Islam yang berbicara tentang kriminalitas atau jinayat
 
berikut penjelasan Sunnah Haiat dalam Kitab Fathul Qorib
 

Sunnah Haiat

(وَهَيْئآتُهَا) أَيِ الصَّلَاةِ وَأَرَادَ بِهَيْئآتِهَا مَا لَيْسَ رُكْنًا فِيْهَا وَلَا بَعْضًا يُجْبَرُ بِسُجُوْدِ السَّهْوِ (خَمْسَةَ عَشَرَ خَصْلَةً

Sunnah haiat-nya sholat ada lima belas perkara. Yang dikehendaki dengan haiat ialah bukan rukun dan bukan sunnah ab’adl yang diganti dengan sujud sahwi -ketika ditinggalkan-.

رَفْعُ الْيَدَّيْنِ عِنْدَ تَكْبِيْرَةِ الْإِحْرَامِ) إِلَى حَذْوِ مَنْكِبَيْهِ

Yaitu mengangkat kedua tangan saat takbiratul ihram hingga sejajar dengan kedua pundak.

(وَ) رَفْعُ الْيَدَّيْنِ (عِنْدَ الرُّكُوْعِ) وَعِنْدَ (الرَّفْعِ مِنْهُ

Dan mengangkat kedua tangan ketika hendak dan bangun dari ruku’.

وَوَضْعُ الْيَمْيِنِ عَلَى الشِّمَالِ) وَيَكُوْنَانِ تَحْتَ صَدْرِهِ وَفَوْقَ سُرَّتِهِ

Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri. Dan keduanya berada di bawah dada dan di atas pusar.

(وَالتَّوَجُّهُ) أَيْ قَوْلُ الْمُصَلِّيْ عَقِبَ التَّحْرِيْمِ "وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضَ الَخ".

Do’a tawajjuh, maksudnya ucapan orang yang sholat setelah takbiratul ihram yang berbunyi,

وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضَ الَخ

وَالْمُرَادُ أَنْ يَقُوْلَ الْمُصَلِّيْ بَعْدَ التَّحَرُّمِ دُعَاءَ الْاِفْتِتَاحِ هَذِهِ الْآيَةَ أَوْ غَيْرَهَا مِمَّا وَرَدَ فِيْ الْاِسْتِفْتَاحِ

 Yang dikehendaki adalah setelah takbiratul ihram, orang yang sholat membaca doa iftitah, baik ayat di atas ini atau yang lainnya dari bentuk-bentuk doa istiftah yang datang dari Rosulullah Saw.

(وَالْاِسْتِعَاذَةُ) بَعْدَ التَّوَجُّهِ

Membaca isti’adzah (ta’awudz) setelah membaca doa tawajjuh.

وَتَحْصُلُ بِكُلِّ لَفْظٍ يَشْتَمِلُ عَلَى التَّعَوُّذِ

Kesunnah isti’adzah sudah bisa hasil dengan setiap lafadz yang mengandung ta’awudz (memohon perlindungan Allah).

"أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ"

Dan do’a ta’awudz yang paling utama adalah,

وَالْأَفْضَلُ "أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ"

“aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yagn terkutuk.”

(وَالْجَهْرُ فِيْ مَوْضِعِهِ) وَهُوَ الصُّبْحُ وَأُوْلَتَا الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ وَالْجُمُعَةُ وَالْعِيْدَانِ

Mengeraskan suara di tempatnya, yaitu di dalam sholat Subuh, dua rakaat pertama sholat Maghrib dan Isyat, sholat Jum’at dan dua sholat hari raya.

(وَالْإِسْرَارُ فِيْ مَوْضِعِهِ) وَهُوَ مَا عَدَا الَّذِيْ ذُكِرَ

Memelankan suara di tempatnya, yaitu di selain tempat-tempat yang telah disebutkan di atas.

(وَالتَّأْمِيْنُ) أَيْ قَوْلُ آمِيْنَ عَقِبَ الْفَاتِحَةِ لِقَارِئِهَا فِيْ صَلَاةٍ وَغَيْرِهَا لَكِنْ فِي الصَّلَاةِ آكَدُ

Ta’min yaitu ucapan “amin” setelah selesai membaca surat Al Fatihah bagi yang membacanya di dalam sholat dan selainya, akan tetapi di dalam sholat lebih dianjurkan.

وَيُؤَمِّنُ الْمَأْمُوْمُ مَعَ تَأْمِيْنِ إِمَامِهِ وَيَجْهَرُ بِهِ.

Seorang makmum sunnah membaca “amin” berbarengan dengan bacaan “amin” imamnya dengan mengeraskan suara.

(وَقِرَاءَةُ السُّوْرَةِ بَعْدَ الْفَاتِحَةِ) لِإِمَامٍ وَمُنْفَرِدٍ فِيْ رَكْعَتَيِ الصُّبْحِ وَأُوْلَتَيْ غَيْرِهَا

Membaca surat setelah membaca surat Al Fatihah bagi seorang imam atau orang yang sholat sendiri di dalam dua rakaatnya sholat Subuh dan dua rakaat pertamanya sholat yang lain.

وَتَكُوْنُ قِرَاءَةُ السُّوْرَةِ بَعْدَ الْفَاتِحَةِ فَلَوْ قَدَّمَ السُّوْرَةَ عَلَيْهَا لَمْ تُحْسَبْ

Membaca surat itu dilakukan setelah membaca surat Al Fatihah. Sehingga, seandainya seseorang mendahulukan membaca surat sebelum membaca Al Fatihah, maka bacaan suratnya tidak dianggap.

(وَالتَّكْبِيْرَاتُ عِنْدَ الْخَفْضِ) لِلرَّكُوْعِ

Bacaan takbir saat turun ke posisi ruku’.

(وَالرَّفْعِ) أَيْ رَفْعِ الصُّلْبِ مِنَ الرَّكُوْعِ

Dan saat mengangkat, maksudnya mengangkat punggung dari posisi ruku’.

(وَقَوْلُ سَمِعَ اللهُ لِمَن حَمِدَهُ) حَيْنَ يَرْفَعُ رَأْسَهُ مِنَ الرَّكُوْعِ

Bacaan “سَمِعَ اللهُ لِمَن حَمِدَهُ” ketika mengangkat kepala dari ruku’.

وَلَوْ قَالَ "مَنْ حَمِدَ اللهَ سَمِعَ لَهُ" كَفَى

Dan seandainya seorang yang sholat mengucapkanمَنْ حَمَدَ اللهَ سَمِعَ لَهُ"” “barang siapa memuji Allah, maka semoga Allah mendengar pujiannya”, maka sudah mencukupi.

وَمَعْنَى سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَ "تَقَبَّلَ اللهُ مِنْهُ حَمْدَهُ وَجَازَاهُ عَلَيْهِ"

Makna “سَمِعَ اللهُ لِمَن حَمِدَهُ” adalah semoga Allah menerima pujian darinya dan memberi balasan atas pujiannya.

وَقَوْلُ الْمُصَلِّيْ (رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ) إِذَا انْتَصَبَ قَائِمًا

Ucapan musholi (orang yang sholat) “رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ “ ketika sudah berdiri tegap.

(وَالتَّسْبِيْحُ فِيْ الرَّكُوْعِ) وَأَدَنَى الْكَمَالِ فِيْ هَذَا التَّسْبِيْحِ "سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ" ثَلَاثًا

Membaca tasbih di dalam ruku’. Minimal sempurna di dalam bacaan tasbih ini adalah "سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ" tiga kali.

(وَ) التَّسْبِيْحُ فِيْ (السُّجُوْدِ) وَأَدْنَى الْكَمَالِ فِيْهِ "سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى" ثَلَاثًا

Membaca tasbih di dalam sujud. Minimal sempurna di dalam bacaan tasbih ini adalah "سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى" tiga kali.

وَالْأَكْمَلُ فِيْ تَسْبِيْحِ الرَّكُوْعِ وَالسُّجُوْدِ مَشْهُوْرٌ

Untuk dzikiran yang paling sempurna di dalam bacaan tasbih saat ruku’ dan sujud sudah mashur.

(وَوَضْعُ الْيَدَّيْنِ عَلَى الْفَخْذَيْنِ فِيْ الْجُلُوْسِ) لِلتَّشَهُّدِ الْأَوَّلِ وَالْأَخِيْرِ

Meletakkan kedua tangan di atas kedua paha saat duduk tasyahud awal dan akhir.

(يَبْسُطُ) الْيَدَّ (الْيُسْرَى) بِحَيْثُ تُسَامِتُ رُؤُسُ أَصَابِعِهَا الرُّكْبَةَ

Dengan membuka tangan kiri sekira ujung jemarinya sejajar dengan lutut.

(وَيَقْبِضُ) الْيَدَّ (الْيُمْنَى) أَيْ أَصَابِعَهَا (إِلَّا الْمُسَبِّحَةَ) مِنَ الْيُمْنَى

Dan menggenggam tangan kanan, maksudnya jemarinya, kecuali jari telunjuk tangan kanan.

فَلَا يَقْبِضُهَا (فَإِنَّهُ يُشِيْرُ بِهَا) رَافِعًا لَهَا حَالَ كَوْنِهِ (مُتَشَهِّدًا) وَذَلِكَ عِنْدَ قَوْلِ "إِلَّا اللهُ"

Maka ia tidak menggenggamnya, karena sesungguhnya ia akan menggunakannya untuk isyarah, mengangkatnya saat mengucapkan tasyahud, yaitu ketika mengucapkan kalimat "إِلَّا اللهُ".

وَلَا يُحَرِّكُهَا فَإِنْ حَرَّكَهَا كُرِهَ وَلَا تَبْطُلُ صَلَاتُهُ فِي الْأَصَحِّ.

Dan hendaknya ia tidak menggerak-gerakan jari telunjuknya. Jika ia menggerak-gerakannya, maka hukumnya makruh dan sholatnya tidak sampai batal menurut pendapat al ashah.

(وَالْاِفْتَرَاشُ فِيْ جَمِيْعِ الْجَلَسَاتِ) الْوَاقِعَةِ فِي الصَّلَاةِ كَجُلُوْسِ الْاِسْتِرَاحَةِ وَالْجُلُوْسِ بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ وَجُلُوْسِ التَّشَهُّدِ الْأَوَّلِ

Dan sunnah melakukan duduk iftirasy pada semua posisi duduk yang dilakukan di dalam sholat, seperti duduk istirahah, duduk di antara dua sujud dan duduk tasyahud awal.

وَالْاِفْتِرَاشُ أَنْ يَجْلِسَ الشَّخْصُ عَلَى كَعْبِ الْيُسْرَى جَاعِلًا ظَاهِرَهَا لِلْأَرْضِ وَيَنْصِبَ قَدَمَهُ الْيُمْنَى وَيَضَعُ بِالْأَرْضِ أَطْرَافَ أَصَابِعِهَا لِجِهَةِ الْقِبْلَةِ

Iftirasy adalah seseorang menduduki mata kaki kirinya, memposisikan punggung kaki kirinya pada lantai, menegakkan telapak kaki kanan, dan memposisikan jemari kaki kanannya menempel pada lantai dan menghadap ke kiblat.

(وَالتَّوَرُّكُ فِي الْجَلسَةِ الْأَخِيْرَةِ) مِنْ جَلَسَاتِ الصَّلَاةِ وَهِيْ جُلُوْسُ التَّشَهُّدِ الْأَخِيْرِ

Dan sunnah duduk tawarruk saat duduk terakhir dari duduk-duduk di dalam sholat, yaitu duduk tasyahud akhir.

وَالتَّوَرُّكُ مِثْلُ الْاِفْتِرَاشِ إِلَّا أَنَّ الْمُصَلِّيَ يُخْرِجُ يَسَارَهُ عَلَى هَيْئَتِهَا فِي الْاِفْتِرَاشِ مِنْ جِهَةِ يَمِيْنِهِ وَيُلْصِقُ وَرَكَهُ بِالْأَرْضِ

Tawarruk sama dengan posisi duduk iftirasy, hanya saja di samping menetapi posisi iftirasy, mushali mengeluarkan kaki kirinya melalui arah bawah kaki kanannya dan menempelkan pantatnya ke lantai.

أَمَّا الْمَسْبُوْقُ وَالسَّاهِيْ فَيَفْتَرِشَانِ وَلَا يَتَوَرَّكَانِ

Adapun makmum masbuq dan orang yang lupa, maka dia disunnahkan melakkan duduk iftirasy, tidak duduk tawarruk.

(وَالتَّسْلِيْمَةُ الثَّانِيَةُ) أَمَّا الْأَوْلَى فَسَبَقَ أَنَّهَا مِنْ أَرْكَانِ الصَّلَاةِ.

Dan sunnah mengucapkan salam kedua. Adapun salam yang pertama, maka sudah dijelaskan bahwa sesungguhnya termasuk dari rukun-rukunnya sholat.

Posting Komentar untuk "15 perkara Sunnah Haiat dalam Kitab Fathul Qorib "