Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sholat Qashar dan Jamak dalam Kitab Fathul Qorib

berikut penjelasan tentang Sholat Qashar dan Jamak dalam Kitab Fathul Qorib

Fathul Qorib adalah kitab fikih bermazhab Asy-Syafii karya Syekh Muhammad Qasim al-Ghazi yang merupakan syarah Matan Abu Syuja atau yang populer dengan nama At-Taqrib.

Dalam kitab fathul qorib al-mujib ini dibahas tentang fiqih Mazhab Imam Syafi'i terdiri dari muqaddimah dan pembahasan ilmu fiqih yang secara garis besar terdiri atas empat bagian, yaitu tentang cara pelaksanaan ibadah, muamalat, masalah nikah, dan kajian hukum Islam yang berbicara tentang kriminalitas atau jinayat
 
berikut penjelasan tentang Sholat Qashar dan Jamak dalam Kitab Fathul Qorib
 

Bab Qashar dan Jamak

(فَصْلٌ فِيْ قَصْرِ الصَّلَاةِ وَجَمْعِهَا

(Fasal) menjelaskan qashar dan jama’ sholat.

(وَيَجُوْزُ لِلْمُسَافِرِ) أَيِ الْمُتَلَبِّسِ بِالسَّفَرِ (قَصْرُ الصَّلَاةِ الرُّبَاعِيَّةِ) لَاغَيْرِهَا مِنْ ثَنَائِيَّةٍ وَثُلَاثِيَّةٍ

Diperkenankan bagi musafir, yaitu orang yang sedang bepergian untuk mengqashar sholat empat rakaat, bukan yang lainnya yaitu sholat dua rakaat dan tiga rakaat.

Syarat Qashar Sholat 

وَجَوَازُ قَصْرِ الصَّلَاةِ الرُّبَاعِيَّةِ (بِخَمْسِ شَرَائِطَ)

Diperkenankan mengqashar sholat dengan lima syarat. 

اْلأَوَّلُ (أَنْ يَكُوْنَ سَفَرُهُ) أَيِ الشَّخْصِ (فِيْ غَيْرِ مَعْصِيَةٍ)

Yang pertama, perjalanan yang dilakukannya bukan maksiat.

هُوَ شَامِلٌ لِلْوَاجِبِ كَقَضَاءِ دَيْنٍ وَلِلْمَنْدُوْبِ كَصِلَّةِ الرَّحْمِ وَلِلْمُبَاحِ كَسَفَرِ تِجَارَةٍ

Yaitu mencakup perjalanan wajib seperti untuk melunasi hutang, perjalanan sunnah seperti untuk silaturrahmi dan perjalanan mubah seperti perjalanan untuk berdagang.

أَمَّا سَفَرُ الْمَعْصِيَةِ كَسَفَرٍ لِقَطْعِ الطَّرِيْقِ فَلَا يَتَرَخَّصُ فِيْهِ بِقَصْرٍ وَلَا جَمْعٍ

Adapun perjalanan maksiat seperti perjalanan untuk membegal jalan, maka saat melakukan perjalanan ini, seseorang tidak diperkenankan melakukan kemurahan qashar sholat dan jama’.

(وَ) الثَّانِيْ (أَنْ تَكُوْنَ مَسَافَتُهُ) أَيِ السَّفَرِ (سِتَّةَ عَشَرَ فَرْسَخًا) تَحْدِيْدًا فِيْ الْأَصَحِّ وَلَا تُحْسَبُ مُدَّةُ الرُّجُوْعِ مِنْهَا

Kedua, jarak perjalanannya mencapai enam belas farsakh secara pasti menurut pendapat al ashah. Dan jarak yang ditempuh saat pulang tidak dihitung. 

وَالْفَرْسَخُ ثَلَاثَةُ أَمْيَالٍ وَحِيْنَئِذٍ فَمَجْمُوْعُ الْفَرَاسِخِ ثَمَانِيَةٌ وَأَرْبَعُوْنَ مَيْلًا وَالْمَيْلُ أَرْبَعَةُ أَلَافِ خَطْوَةٍ وَالْخَطْوَةُ ثَلَاثَةُ أَقْدَامٍ وَالْمُرَادُ بِالْأَمْيَالِ الْهَاشِمِيَّةِ

Satu farsakh adalah tiga mil. Kalau demikian, maka jumlah seluruh farsakh di atas adalah empat puluh delapan mil. Satu mil adalah empat ribu jangka kaki. Dan satu jangka sama dengan tiga telapak kaki. Yang dikehendaki dengan mil adalah ukuran mil keturuan bani Hasyim.

(وَ) الثَّالِثُ (أَنْ يَكُوْنَ) الْقَاصِرُ (مُؤَدِّيًا لِلصَّلَاةِ الرُّبَاعِيَّةِ)

Ketiga, orang yang melakukan qashar adalah orang yang melakukan sholat empat rakaat secara ada’.

أَمَّا الْفَائِتَةُ حَضَرًا فَلَا تُقْضَى فِيْهِ مَقْصُوْرَةً وَالْفَائِتَةُ فِي السَّفَرِ تُقْضَى فِيْهِ مَقْصُوْرَةً لَا فِي الْحَضَرِ

Adapun sholat yang tertinggal saat di rumah, maka tidak diperkenankan diqadla’ secara qashar saat melakukan perjalanan. Sedangkan sholat yang tertinggal diperjalanan, maka boleh diqadla’ dengan diqashar saat melakukan perjalanan, tidak diqadla’ di rumah.

(وَ) الرَّابِعُ (أَنْ يَنْوِيَ) الْمُسَافِرُ (الْقَصْرَ) لِلصَّلاَةِ (مَعَ الْإِحْرَامِ) بِهَا

Ke empat, seorang musafir niat melakukan qashar besertaan takbiratul ihram sholat tersebut. 

(وَ) الْخَامِسُ (أَنْ لَا يَأْتَمَّ) فِيْ جُزْءٍ مِنْ صَلاَتِهِ (بِمُقِيْمٍ) أَيْ بِمَنْ يُصَلِّيْ صَلَاةً تَامَّةً لِيَشْمُلَ الْمُسَافِرَ الْمُتِمَّ.

Ke lima, orang yang qashar sholat tidak bermakmum di dalam sebagian sholatnya pada orang muqim, yaitu orang yang melakukan sholat secara sempurna. Pentafsiran seperti ini (orang yang sholat secara sempurnya) agar mencakup pada seorang musafir yang melakukan sholat dengan sempurna.


Sholat-Sholat Yang Boleh di Jama’ 

(وَيَجُوْزُ لِلْمُسَافِرِ) سَفَرًا طَوِيْلًا مُبَاحًا (أَنْ يَجْمَعَ بَيْنَ) صَلَاتَيِ (الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ) تَقْدِيْمًا وَتَأْخِيْرًا وَهُوَ مَعْنَى قَوْلِهِ (فِيْ وَقْتِ أَيِّهِمَا شَاءَ

Bagi seorang musafir yang melakukan perjalanan jauh yang mubah, diperkenankan menjama’ antara sholat Dhuhur dan Ashar, dengan jama’ taqdim dan jama’ ta’khir. Dan ini adalah makna perkataan mushannif, “di waktu manapun yang ia kehendaki”.

وَ) أَنْ يَجْمَعَ (بَيْنَ) صَلَاتَيِ (الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ) تَقْدِيْمًا وَتَأْخِيْرًا وَهُوَ مَعْنَى قَوْلِهِ (فِيْ وَقْتِ أَيِّهِمَا شَاءَ)

Dan diperkenankan menjama’ antara sholat Maghrib dan Isya’ dengan jama’ taqdim dan jama’ ta’khir. Dan ini adalah makna ungkapan mushannif, “di waktu manapun yang ia kehendaki”.


Syarat Jama’ Taqdim

وَشُرُوْطُ جَمْعِ الْتَقْدِيْمِ ثَلاَثَةٌ الْأَوَّلُ أَنْ يَبْدَأَ بِالظُّهْرِ قَبْلَ الْعَصْرِ وَبِالْمَغْرِبِ قَبْلَ الْعِشَاءِ

Syarat-syarat jama’ taqdim ada tiga. Yang pertama, di mulai dengan melakukan sholat Dhuhur sebelum sholat Ashar, dan dengan sholat Maghrib sebelum sholat Isya’.

فَلَوْ عَكَسَ كَأَنْ بَدَأَ بِالْعَصْرِ قَبْلَ الظُّهْرِ مَثَلًا لَمْ يَصِحَّ وَيُعْيِدُهَا بَعْدَهَا إِنْ أَرَادَ الْجَمْعَ

Seandainya dia membalik, seperti memulai dengan sholat Ashar sebelum melakukan sholat Dhuhur, maka tidak sah dan dia harus mengulangi sholat Ashar setelah melakukan sholat Dhuhur jika ingin melakukan sholat jama’.

وَالثَّانِيْ نِيَةُ الْجَمْعِ أَوَّلَ الصَّلَاةِ الْأُوْلَى بِأَنْ تَقْتَرِنَ نِيَةُ الْجَمْعِ بِتَحَرُّمِهَا

Kedua, melakukan niat jama’ di permulaan sholat yang pertama, yaitu membarengkan niat jama’ dengan takbiratul ihramnya.

فَلَا يَكْفِيْ تَقْدِيْمُهَا عَلَى التَّحْرِيْمِ وَلَا تَأْخِيْرُهَا عَنِ السَّلَامَ مِنَ الْأُوْلَى وَتَجُوْزُ فِيْ أَثْنَائِهَا عَلَى الْأَظْهَرِ

Sehingga tidak cukup jika mendahulukan niat jama’ sebelum takbiratul ihram dan mengakhirkan hingga setelah melakukan salam dari sholat yang pertama. Namun diperkenankan melakukan niat jama’ di pertengahan sholat pertama menurut pendapat al adhhar.

وَالثَّالِثُ الْمُوَالَاةُ بَيْنَ الْأُوْلَى وَالثَّانِيَةِ بِأَنْ لَا يَطُوْلَ الْفَصْلُ بَيْنَهُمَا

Ke tiga, muwallah (terus menerus) antara pelaksanaan sholat pertama dan sholat yang kedua, dengan arti tidak ada pemisah yang relatif lama di antara keduannya.

فَإِنْ طَالَ عُرْفًا وَلَوْ بِعُذْرٍ كَنَوْمٍ وَجَبَ تَأْخِيْرُ الصَّلَاةِ الثَّانِيَةِ إِلَى وَقْتِهَا

Jika ada pemisah yang relatif panjang/lama, walaupun sebab udzur seperti tidur, maka wajib menunda pelaksanaan sholat ke dua hingga masuk waktunya.

وَلَا يَضُرُّ فِي الْمُوَالَاةِ بَيْنَهُمَا فَصْلٌ يَسِيْرٌ عُرْفًا

Pemisah yang relatif sebentar / pendek tidak berpengaruh di dalam muwallah antara dua sholat tersebut.


Syarat Jama’ Ta’khir

  وَأَمَّا جَمْعُ التَّأْخِيْرِ فَيَجِبُ فِيْهِ أَنْ يَكُوْنَ بِنِيَّةِ الْجَمْعِ وَتَكُوْنُ النِّيَّةُ هَذِهِ فِيْ وَقْتِ الْأُوْلَى

Adapun jama’ ta’khir, maka di dalam pelaksanaannya wajib untuk niat jama’ dan niat tersebut harus dilakukan di dalam waktunya sholat yang pertama.

وَيَجُوْزُ تَأْخِيْرُهَا إِلَى أَنْ يَبْقَى مِنْ وَقْتِ الْأُوْلَى زَمَنٌ لَوِ ابْتُدِئَتْ فِيْهِ كَانَتْ أَدَاءً

Boleh mengakhirkan niat hingga waktu sholat yang pertama masih tersisa masa yang seandainya sholat tersebut dilakukan saat itu niscaya akan menjadi sholat ada’.

وَلَا يَجِبُ فِيْ جَمْعِ التَّأْخِيْرِ تَرْتِيْبٌ وَلَا مُوَالَاةٌ وَلَا نِيَّةُ جَمْعٍ عَلَى الصَّحِيْحِ فِي الثَّلَاثَةِ

Di dalam jama’ ta’khir tidak wajib melaksanakan secara tertib, muwallah dan tidak harus niat jama’, menurut pendapat ash shahih di dalam tiga hal ini.


Sholat Jama’ Sebab Hujan 

(وَيَجُوْزُ لِلْحَاضِرِ) أَيِ الْمُقِيْمِ (فِيْ) وَقْتِ (الْمَطَرِ أَنْ يَجْمَعَ بَيْنَهُمَا) أَيِ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ وَالْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ لَا فِيْ وَقْتِ الثَّانِيَةِ بَلْ (فِيْ وَقْتِ الْأُوْلَى مِنْهُمَا) إِنْ بَلَّ الْمَطَرُ أَعْلَى الثَّوْبِ وَأَسْفَلَ النَّعْلِ وَوُجِدَتِ الشُّرُوْطُ السَّابِقَةُ فِيْ جَمْعِ التَّقْدِيْمِ

Di waktu hujan, bagi orang yang muqim diperkenankan melakukan sholat jama’ antara keduanya, maksudnya antara sholat Dhuhur dan Ashar, dan antara sholat Maghirb dan Isya’, tidak di waktu sholat yang kedua, bahkan di waktu sholat yang pertama dari keduanya, jika air hujan bisa membasahi pakaian bagian teratas dan bagian sandal yang paling bawah, dan juga memenuhi syarat-syarat yang telah disebutkan di dalam sholat jama’ taqdim.

وَيُشْتَرَطُ أَيْضًا وُجُوْدُ الْمَطَرِ فِيْ أَوَّلِ الصَّلَاتَيْنِ

Juga disyaratkan harus turun hujan saat permulaan melakukan dua sholat tersebut.

وَلَا يَكْفِيْ وُجُوْدُهُ فِيْ أَثْنَاءِ الْأُوْلَى مِنْهُمَا

Tidak cukup hanya turun hujan di pertengahan sholat pertama dari keduanya.

وَيُشْتَرَطُ أَيْضًا وُجُوْدُهُ عِنْدَ السَّلَامِ مِنَ الْأُوْلَى سَوَاءٌ اسْتَمَرَّ الْمَطَرُ بَعْدَ ذَلِكَ أَمْ لاَ

Juga disyaratkan harus turun hujan saat melakukan salam dari sholat yang pertama, baik setelah itu hujan terus turun ataupun tidak.

وَتَخْتَصُّ رُخْصَةُ الْجَمْعِ بِالْمَطَرِ بِالْمُصَلِّيْ فِيْ جَمَاعَةٍ بِمَسْجِدٍ أَوْ غَيْرِهِ مِنْ مَوَاضِعِ الْجَمَاعَةِ بَعِيْدٍ عُرْفًا وَيَتَأَذَّى الذَّاهِبُ لِلْمَسْجِدِ أَوْ غَيْرِهِ مِنْ مَوَاضِعِ الْجَمَاعَةِ بِالْمَطَرِ فِيْ طَرِيْقِهِ.

Kemurahan melakukan jama’ sebab hujan hanya tertentu bagi orang yang sholat berjama’ah di masjid atau tempat-tempat sholat berjama’ah lainnya yang jaraknya jauh menurut ukuran ‘urf, dan ia merasa berat / kesulitan untuk berangkat ke masjid atau tempat-tempat sholat berjamaah lainnya sebab kehujanan di perjalanannya.



Posting Komentar untuk "Sholat Qashar dan Jamak dalam Kitab Fathul Qorib "